Chapter 12

8 2 0
                                    

Huhu balik lagi sama daku, babank Rado mau ngucapin selamat pagi sama kalian.

Awas nanti jatuh...




Jatuh hati, kan jadi retak😂😂😂

Ok jangan lupa buat vote, Komen, dan share cerita ini keteman teman kalian, serta follow akun author GreVo3

Mari bantu daku nemu typo.

Happy reading.

[Rado Alfrendo]

Hari ini aku berencana berangkat pagi, dan pergi kesuatu tempat terlebih dulu. Akhir-akhir ini aku tidak bersemangat mengerjakan tugas rumah. Tapi lebih bersemangat dengan dunia luar. Seperti perkumpulan anak anak komplek dan organisasi lainnya. Aku melihat jam pada tanganku, ternyata baru 06.10. Ini masih terlalu awal bagiku. Aku memutar arah  agar dapat berlama-lami di jalan. Aku sangat malas pergi kesekolah walapun tugas disekolah bisa di kerjakan nanti. Tapi aku lebih memilih untuk diam dimobil saja.

Saat sampai pada tujuan awalku, aku berdiri didepan rumah mewah namum minimalis ini, dan menunggu sang empunya keluar dari dalam rumah. Aku sudah menunggu lebih dari 15 menit. Kemana penghuni rumah ini? Pikirku. Lebih baik aku gunakan bel saja. Agar dia tau jika ada orang lain yang menunggunya disini. Diam seperti orang gila yang tidak tua arah jalan.

Ting... tong...
Ting... tong...
Ting... tong...
Ting... tong...
Ting... tong...

Aku terkekeh sendiri saat menekan bell berkali kali. Aku sangat yakin orang didalam rumah tersebut merasa kesal.
Entah kenapa sekarang aku lebih suka bersama Alve dan menghabiskan waktu dengannya. Semenjak Alve datang surat tersebut hanya seminggu sekali dan sekarang kalimat disetiap surat berbeda-beda.

Romansa yang datang menyembuhkan luka.

Nestapa yang ada perlahan hilang karena orang yang sama.

Rasa yang lenyap kini telah kembali dan tumbuh.

Kamu jangan ragu siapa dia. Jangan tanyakan mengapa dia ada disini. Semua hanya perlu waktu yang tepat untuk ini semua.

Begitulah isi surat yang datang seminggu terakhir ini.

"Maaf mas saya gak pesan ojol," ucap seseorang dari arah belakangku.

"Hai, gue bukan ojol," jawabku sambil tersenyum.

"Rado," ucapnya. Dengan pupil mata yang melebar.

***

Setelah kami sampai disekolah, banyak pasang mata yang memperhatikan kearah parkiran. Karena ini yang pertama kali aku membawa cewek selain adikku sendiri. Mungkin bagi mereka ini hal aneh tetapi, bagiku itu hal biasa. Aku keluar dari mobil sambil membuka pintu untuk alve. Kami sempat berdebat kecil saat hendak sampai disekolah. Dia memintaku menurunkannya 20 dari sekolah tapi, karena ingin membuatnya kesal aku dia sampai parkiran. Dan dia terus saja mengoceh sepanjang perjalanan setelah kami berdebat.

"Ngapain ngikutin gue!" Ujarnya padaku. Dia sepertinya masih kesal.

"Gue gak ngikutin lo, kelas gue kan diatas juga," jawabku sambil menatap matanya.

"Kenapa? Masih kesal," ujarku sambil mendekatinya, sehingga ia mundur beberapa langkah kebelakang dan mentok didinding.

Dag... dig... dug...

"Kenapa jantung gue detaknya cepat ya? Apa gue gugup didepan  gadis ini?" Ujarku dalam hati.

"Jangan lupa makan yang sehat. Jantung lo detak terus dari tadi. Mungkin udah waktunya," bisikku ketelinganya hingga terlihat aku seperti menciumnya dari beberapa sisi. Dan aku pergi dari hadapannya menuju lift.

Rado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang