Chapter 23

4 1 0
                                    

Yuhu daku datang lagi ini mah. Jadi jangan sungkan untuk tekan tombol ✩ agar daku makin senang bekarya.

Jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote. Komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian lainnya. Jangan lupa follow akun author @GreVo3. Dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya.

Bantu daku nemu typo

Happy reading.

[Alveara Danisa]

Aku hampir saja rasanya hampir jantungan. Saat tiba-tiba angga menarik ku kedalam lorong wc kelas 11 MIPA 1. Aku kira dia salah satu dari gengnya yeni, ternyata bukan. Yeni sudah tidak menganggu setelah Rado membentaknya. Aku juga tidak tau seperti apa hubungan mereka sebelum aku pindah kesekolah ini.

Aku terkejut saat Angga menodongku dengan berbagai pertanyaan. Terutama ia menanyakan kenapa aku memberi surat pada Rado. Dan ia juga bertanya apakah aku yang selalu memberi surat untuk Rado? Aku menjawab iya. Tapi untuk pertanyaan pertama aku berkata kepadanya:

"Gue belum siap untuk bilang semua ini kekalian ... terutama Rado," ujarku pelan.

"Ok, gue gak maksa buat lo jujur jika belum siap. Tapi, kenapa lo harus ngasi Rado surat sedangkan lo udah dekat sama Rado," tanyanya lagi.

"Gue punya alasan yang paling menyakitkan untuk Rado. Jadi gue harap lo jangan bilang apa-apa sama Rado masalah surat itu," ucapku pada Angga. Yang kini tersenyum sendu.

"Apa lo tau kisah masa lalu Rado?" Tanya angga.

"Gue ...."

***

Hari ini aku akan tampil untuk pertama kalinya bersama seorang pianis internasional. Aku terus saja tersenyum saat mencoba pakaian yang akan aku gunakan nanti malam. Apa pakaian kami akan senada? Aku harap begitu pikirku. Aku terus saja menatap pakaian ini. Sekarang Rado tidak menghindar dariku semoga ini adalah awal yang baik dan indah.

Tuk
Tuk
Tuk

Aku tersadar dari lamunan ku saat mendengar ketukan pintu kamar. Aku segera membuka pintu kamarku saat mendengar suara mama.

"Kak, kok mama manggil dari tadi gak nyaut-nyaut sih," ujar mama.

"Hehe, maaf ma."

Aku hanya nyegir kearah mana yang selalu tersenyum. "Kakak mau kemana bawa gaun?" Tanya mamaku.

"Ini gaun buat aku nampil nanti ma," ujarku.

"Lho bukannya kamu udah ada kostum dari sekolah," heran mama.

"Ini lho buat lomba yang nanyi pake partner itu, dan partner aku Rado ma," jawabku bahagia.

Tidak ada rahasia antara aku dan mama kecuali segala urusan yang bisa membuat mama sedih. Mama tau segala tanggung jawabku karena dia lah yang membuatku terus bertahan sampai saat ini. Dia lah yang membuatku sadar bahwa kehilangan bukan untuk takdir yang menyakitkan tapi mereka hanya berpulang pada yang menciptakan. Aku tersenyum lagi kearah mama.

"Iya kak. Tapi ingat tanggung jawab kakak, ini semua tanggung
Jangan sampai kelapasan," ujar mama.

Entah kenapa semua yang dikata mama memang benar dan sekaligus membuatku sedih. Ini semua hanya tanggung jawa. Gak lebih. Setelah ini mungkin aku akan pergi jauh. Setelah semuanya berakhir aku akan segera kembali ke dunia asalku tanpa tanggung jawab ini. Tanpa harus tersenyum dalam luka lagi. Aku harap ini berakhir dengan indah.

"Sudah jangan terlalu dipikirkan, sekarang bersiap-siap mama liat tadi ada Rado didepan," seru mama.

Aku segera melihat kearah balkonku. Dan mengecek hpku. Ternyata banyak sekali notif dari Rado. Waduh gawat sekarang udah jam 15.00 tepat. Bergegas dengan cepat. Sebelum Rado pergi meninggalkanku. Aku segera turun dari kamar dan menemui Rado dengan cepat.

"Hai. Hehe maaf lama," ujarku.

"Cepat masuk.nanti kita kena siraman rohani lagi," ujarnya dan aku segera masuk sebelum makin terlambat.

Kami sampai si studio sekitar jam 15.35. Untung saja jalanan tidak terlalu macet. Jadi mudah bagi Rado membawa mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi. Sehingga aku segera memegang seltbet ku.

Sesampainya disana kami memang beneran diberi siraman rohani sama bu Mutia. Aku hanya tersenyum sekali kali saat bu Mutia menegurku. Wajar si kami terlalu jauh dari tepat waktu. Setelah selesai mendengar siraman rohani itu kami disuruh untuk segera bersiap-siap karena acara akan dimulai jam 6 tepat.Aku segera mengambil gaun kuning yang dipakai putri belle.

"Ve lo cantik. Lo gak bakalan gugup," ujarku pada diri sendiri.

"Astaga Ve, lo cantik banget pake gaun itu," puji nika.

"Eum, thanks. Jawabku.

***

Acara berjalan dengan lancar. Aku dab Rado menyelesaikan lagu dan drama dengan baik. Aku merasa bahagia saat turun panggung. Ini seperti mimpi saat bisa tampil bersama orang yang hebat bagiku. Sekarang kita berada di taman studio ini. Tamannya indah dipenuhi lampu tumbler. Suka segera duduk di kursi taman karena kakiku yang pegal.

"Kakinya pegal? Sini gue pijitin," ujar Rado tiba-tiba susah jongkok didepan kakiku.

"Udah enakkan?" Tanyanya.

"Iya, makasi ... buat semuanya," cicitku seakan mewakili semua nya. Tapi sepertinya ia tidak mendengarkannya.

""Ve," panggilnya saat aku sibuk menatap bintang.

Aku menoleh padanya. "Gue mau bilang, gue bukan orang yang romantis; gue bukan orang yang hebat; gue bukan nathan dengan kata-kata manisnya; gue bukan dilan dengan rindu beratnya; gue hanya orang yang ingin merasakan cinta. Orang yang ingin bahagia bersama orang yang disayang," ujarnya. Dia baru saja menembakku. Apa yang harusku lakukan.

"Gue mungkin gak bisa janji gak bikin lo nangis. Tapi gue bakalan berusaha ada disisi lo. Apa pun terjadi. Gue bakalan ada disisi lo," ujarnya. Aku sudah menahan air mata yang ingin jatuh.

"Will you be mine ... my love," ujarku. Entah kenapa kata-kata ini menyakitkan untukku.

"Gue harus pulang Do, ini udah malem," ujarku. Aku tidak bisa berlama-lama bersamanya

"Gue anterin ya," serunya.

"Gak usah, gue udah ada yang jemput," ujarku lalu pergi dari hadapannya. Aku sendiri tidak ada yang menjemput. Tapi, aku sendiri saat ini.

Aku menatap sendu kearah Rado. "Jawabannya, bakalan gue jawab nanti," aku segera pergi dengan satu tetesan air mata sedih sekaligus bahagia.

Aku berjalan sendiri di kota ini. Banyak mereka yang pergi berpasang-pasangan. Aku rasa ini adalah titik terakhir yang akan sulit aku jawab dan memutuskan segalanya. Aku terus saja berjalan dan tak disadari ada seseorang yang datang dari belakang menutup mulutku dengan kain. Setelah itu aku merasa seluruh sarafku melemah. Dan semua gelap, aku tidak tau apa yang terjadi selanjutnya.







***

Hua apa yang akan terjadi pada alve?
Siapa yang membiusnya?
Bagaimana dengan keadaan Rado besok saat alve tidak masuk kesekolah?

Mari kita saksikan di part berikutnya.

Jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote. Komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian lainnya. Jangan lupa follow akun author @GreVo3. Dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya.

Ada cerita lainnnya di GreVo3.

Rado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang