Chapter 2

51 14 0
                                    

Ketemu lagi di sini bersama daku. Kita lanjut bagian 2

Jangan lupa follow akun author, vote, komen, dan share cerita ini keteman-teman kalian.

Buat bagian ini, daku perlu jawaban kalian, gimana menurut kalian chap 1 nya? Kasi kesan aja.

Bantu daku nemu typo.

Happy reading

[Rado alfrendo]

Aku harus bersabar dengan orang ini. Dia memberi surat tanpa nama lagi. Apa aku harus balas surat ini? Aku sangat lelah.
Apalagi Sekarang jam delapan malam tapi rura belum pulang. Kemana anak itu, apa dia lupa jalan pulang. Aku sungguh khawatir padanya.

Brum
Brum
Brum

Suara mobil siapa itu? Papa gak mungkin keluar lagi, dia kan ada ruang keluarga. Ooh ternyata si Rura. Baik aku introgasi dulu. Apa dia gak tau gimana khawatir nya aku. Aku sudah menunggu nya didepan pintu aku yakin dia tidak akan menemuiku diruang keluarga.

Saat pintu terbuka aku sudah muncul didepan nya. "Bagus. Jam berapa sekarang? Pulang gak langsung kerumah. Gak tau apa abangmu ini nungguin lebih dari dua jam hah! Ooh atau gak ingat ini rumahnya. Dan juga lupa jika ada yang lebih hawatir disini. Gak tau apa gue udah nungguin lo, berdiri didepan rumah dari pulang sekolah. Kenapa diam!"

" ...."

"Gak tau apa gue lebih milih nunggu lo dirumah dari pada ikut ekstra musik disekolah," dia menunduk diam, dia gak berani angkat kepalanya.

"Jawab Rura" Ujarku padanya dengan nada rendah.

"Bang roro jahat!!"

Deg

Kenapa sakit saat dia bilang aku jahat. Apa aku sangat keterlaluan? Aku juga sakit. Apa dia tidak melihat aku sangat khawatir padanya. Dia pergi melewatiku begitu saja, tanpa mengucapkan satu kata lagi selain  kata kata yang menyakitkan bagiku. Apalagi saat aku tidak sengaja melihat airmatanya jatuh kelantai. Apa aku belum pantas menjadi seorang abang? Aku begitu mengekang Rura. Aku harus bicara padanya dan meminta maaf.

Aku berlari menuju kamarnya. Kamar kami memang berbeda tangga sehingga aku harus menaiki tangga yang satu lagi.
Aku kembali mendengar isakannya. Memang kamar Rura tidak didesain kedap suara. Biar mudah jika terjadi sesuatu akan terdengar sampai luar.

"Bang roro jahat hiks... hiks...," kenapa aku kembali sakit lagi.

"Aku ingin— "

"Bang, ngapain disitu?" Tanya mama, aku tidak bisa mendengar kata kata Rura lagi karena mama datang kekamar Rura.

"Biar mama aja yang ngomong sama Rura, kamu tenang tarik napas lakukan seterusnya sebelum kamu tenang. Lalu temani papamu diruang keluarga ya," aku hanya diam. Lalu pergi turun kebawah. Tapi aku tidak menemui papa diruang keluarga. Aku lebih memilih kekamar saja. Disana aku bisa lebih tenang.

Aku masuk kedalam kamar dan kembali memikirkan hal tad, masih terekam jelas saat Rura bilang "bang roro jahat".
Aku sangat takut jika Rura membenciku. Aku juga takut dia tidak mau menegurku nanti. Aku takut dia tidak mau bermanja-manja dengan ku. Dia lebih memilih diam dari pada berbicara padaku. Apa dia sudah punya orang yang lebih peduli padanya? Ya semacam pacar.

Mungkin saja dia punya pawangnya, dia akan ada orang yang menjaganya kelak selain aku. Dia akan bahagia bersama orang yang sudah menjadi miliknya. Dan disitu aku—.

Tuk
Tuk
Tuk

"Boleh papa masuk?" Ternyata papa.

"Silahkan pa," jawabku pada papa.

Rado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang