Chapter 5

35 9 3
                                    

Chapter 5

Novel by @GreVo3

Jangan lupa tekan tombol ✩, dan komen, serta share cerita ini ya.

Mari bantu daku nemu typo

Happy reading.

[Rado alfrendo]

Aku berjalan seperti biasa menuju kelas, tapi  aku ingin pergi menuju ruang musik dulu. Sehingga aku berbalik menuju lift. Rasanya sudah lama tidak bermain musik. Aku memang bukan anak musik, tapi bisa bermain alat musik. Saat menuju ruang musik aku tidak sengaja melintas dikelas Daniel. Aku tidak meladeni tantangan Daniel, mungkin dia masih masih menyimpan dendam padaku. Tapi itu terserah dia mau dendam apa tidak. Karena itu bukan urusanku.

"Wow si hebat lewat tuh," mereka bilang begitu karena aku mengundurkan diri saat sekolah mengikuti lomba basket nasional.

"Haha yoi, pahlawan basket," aku tahan aja.

"Iya bro, beraninya keluar pas udah mau mulai tanding...," dia menyunggingkan bibirnya.

"Dasar sok jagoan," aku sudah gak mampu menahan semua ini.

"Maksud lo apaan!!" Ucapku menarik kerah baju Daniel.

"Faktanya lo sok jagoan."

Bugh

Satu tinjuan terkena bibirnya. "Lo gak usah sok tau, kalau gak tau faktanya," bibirnya berdarah tapi rasa kasian ku sudah habis.

"Well, kita buktikan dilapangan. Gue tunggu lo hari sabtu," ujarnya sambil melepaskan tanganku.

Aku masih menatap kearah gerombolan Daniel. Dia udah berubah, banyak yang hilang dari sosok Daniel. Dia tidak seperti dulu lagi. Lebih baik aku pergi ke ruang musik. Saat menuju ruang musik tiba tiba ada yang memanggil ku.

"Hap, dapat lo. Dari tadi gue cariin ternyata disini. Mau ngapain lo turun lagi?" Aku menoleh pada angga.

"Gue mau ke ruang musik bentar. Kenapa?" Kami berdua masuk kedalam lift.

"Ooh iya lebih baik ke mading aja dulu. Lah kita harus naik lagi dong," aku hanya diam karena kegoblokannya.

"Mading kelas 10 kan ada, kita bisa ke mading bentar," ujarku.

Kami menuju mading kelas 10. Aku masih ingat disini kami bercanda tertawa. Memulai kisah SMA yang kata mereka penuh dengan dunia halu. Aku pun merasa begitu masa sma sangat menyenangkan. Banyak hal yang dilewati masa ini. Tapi aku bahagia saat ini, banyak hal yang telah kami lewati bersama.

Dikelas 10 kita masih labil, sifat di SMP masih melekat. Dikelas 11 kita sudah bentuk menjadi pribadi yang dewasa. dimana kita merasa bermain sudah harus dikurangi dan sudah mencari sang pujaan hati. Dikelas 12 menurutku kita harus bisa menjadi lebih dewasa, menjadi panutan untuk anak kelas 10 dan 11.

Kami sudah sampai didepan mading kelas 10. Terlalu ramai didepan mading itu. Bukan hanya kelas 10 tapi ada juga kelas 11, Sepertinya memang ada hal yang menarik di mading itu. Kami berusaha maju kedepan walaupun harus berebutan. Aku membaca brosur yang tertempel di situ. Ternyata ada lomba piano yang diadakan oleh sebuah organisasi yang juga sebagai donatur sekolah. Aku tertarik, tapi saat membaca s&k, menjadi ragu. Apa aku bisa mendapatkan partner? Apalagi ini perempuan! Astaga kenapa tidak solo saja.

"Bro ternyata harus ada partner. Perempuan lagi, bagus buat pendekatanmu. Hahaha," aku menatapnya datar.

"Yaudah lo jadi cewek gue aja," dia membulatkan matanya.

Rado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang