Chapter 20

6 2 0
                                    

Huhu balik lagi sama daku ya. Jangan lupa doakan indonesai kita. Agar cepat bebas dari penyakit ini

Ok, guys jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote, komen, dan share cerita ini keteman-teman kalian lainnnya. Serta jangan lupa follow akun author GreVo3.

Happy reading.

[Alveara Danisa]

Setelah sampai dirumah aku melanjutkan acara mewekku. Entah lah rasanya banyak sekali yang harus aku selesaikan. Aku segara masuk kedalam lingkungan sekolah. Belum ada anak-anak yang datang. Masih sepi, padahal sekarang sudah jam 6. Aku segera menuju kelasku yang berada diatas. Jika sepi begini lebih enak menggunakan lift saja, daripada menaikki tangga.

Saat sudah sampai dikelas juga belum ada yang datang. Berarti aku hanya aku sendiri dilantai atas ini. Aku meletakan tasku diatas meja dan segera mengeluarkan isinya. Tidak sengaja aku juga mengeluarkan sebuah surat yang kutulis tadi malam. Aku menatap surat itu, apa aku haris memberinya surat ini? Aku merasa seperti tukang teror saja menggunakan surat.

"Lebih baik gue kasih aja. Sekarang juga belum ada yang datang," ujarku.

Aku segera menuju kelas yang hanya berjarak dua ruang saja. Dan ternyata belum ada orang sama sekali. Aku menoleh keluar kelas juga belum ada yang datang. Aku segera menuju meja yang paling depan.  Saat sampai dimeja tersebut. Aku melihat banyak coretan nama pemilik meja ini. Aku tersenyum melihat ukiran nama yang bagus.

"Nando kurus diatas genteng, Rado unch paling ganteng," bacaku pada coretan dimeja.

"Hahaha, gak nyangka Rado bisa senarsis ini. Hahaha lucu juga kata katanya," ujarku sambil tertawa.

"Ini lagi. Rado ganteng, Rado imut, milik kamu. Bhuahaha si kamunya siapa," ujarku lagi.

Aku tersadar jika suaraku terlalu besar dan lama disini mungkin anak-anak yang lain akan heran menatapku. Sebelum aku keluar aku letakkan surat berwarna putih itu diatas meja nya. Setelah itu aku segara kembali kekelas. Saat tiba di didepan pintu  kelas 11 MIPA 1 tiba-tiba ada orang yang menarik ku menuju lorong wc.

Ternyata dia ....

"Lo ...."

***

[Rado Alfrendo]

Aku masih kesal pada Alve, dia membatalkan janji begitu saja. Dan mungkin kemarin mereka makan berdua dan bermesraan. Entah kenapa opiniku membuat panas. Aku seperti gila saja. Berangkat pagi lumayan enak. Selain menghindar guru digerbang juga bisa berekspresi tanpa dilihat orang. Aku harus mencari Angga, dia yang membuatku pergi sepagi ini. Entah apa yang ingin dilakukan anak itu.

Aku sudah sampai di depan pintu. Aku melihat seperti ada seorang perempuan didepan meja ku. Siapa perempuan itu? Aku segera bersembunyi saat ia melihat kebelakang ternyata Ginda. Sebuah surat? Jadi selama ini dia yang memberi aku surat misterius itu. Aku segera masuk dan menghampirinya.

"Jadi selama ini lho yang ngasi gue surat," ujarku.

"Tapi surat-surat lo bagus kok. Thanks," ujarku sambil mengambil surat yang dipegangnya.

"Itu bu—"

Kring

"Itu udah bel, bye bye," ujarku padanya yang masih diam. Tanpa bicara.

Aku segara duduk dan membuka isi surat tersebut. Aku penasaran apa isi surat itu.

Hai ....

Rado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang