Chapter 29

13 3 0
                                    

Huhu cahpter 29 udah dekat sekali guys. Pokoknya jangan lupa tinggalkan jejak ✩.

Jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote, Komen, dan share cerita ini keteman-teman kalian lainnya. Serta juga follow akun author GreVo3.

Bantu daku nemu typo.

Happy reading.

[Rado Alfrendo]

Aku sudah bersiap-siap dari jam setengah 6 tadi. Sekarang sudah berada didepan rumah Alve. Aku memakai setelan tuxedo berwarna navi, dengan jam tangan channel. Aku tidak sabar menanti dia keluar dari rumahnya. Aku tidak tau kenapa malam ini rasanya sangat berbeda. Aku merasa sangat gugup dan bahagia sekaligus. Ink seperti mimpi indah bisa makan berdua bersama orang yang dicintai.

Aku tersenyum lebar dan tidak sabar memberinya hadiah. Yang berupa hatiku. Hati yang selalu aku jaga untuk gadis kecil yang sudah mengambil hatiku sejak dulu. Aku menatap pantulan wajahku pada kaca mobil. Aku rasa penampilanku sudah sempurna.

"Hai, maaf membuatmu menunggu lama," ujar seseorang yang istimewa dari belakangku.

Aku terdiam sebantar menatap penampilannya yang begitu menawan. Dia memakai long dress putih yang perpaduan dengan liontin biru. Itu tampak mengagumkan. Aku terus saja menatapnya dari atas sampai bawah. Bagaimana mungkin seorang gadis cantik ada didepanku.

"Hei, apa aku tidak cocok memakai gaun ini?" Tanyanya yang merasa tidak enak dipandang begitu intens.

"Gak, kamu cocok. Kamu sangat sempurna malam ini. Kamu tau, aku sangat mencintaimu," ujarku sambil memeluknya.

"Thanks, Do."

Aku segera membawanya masuk kedalam mobilku. Dia terlihat sangat anggun, tidak habisnya aku memuji  Alve. Dia bagaikan seorang yang sangat berharga. Aku memacukan mobilku menuju cafe candle light, disana semunya sudah siap sesuai dengan pemberitahuanku.

"Do, kita mau kemana si?" Tanyanya.

"Ketempat yang biasa. Tapi, mungkin akan berkesan," jawabku.

"Kamu tau gak, banyak orang yang ngincar dekat sama kamu. Tapi, kenapa kamu malah milih aku?" Tanyanya.

"Oh ya. Aku milih kamu, ya kerena kamu. Kamu selalu ada disisiku. Kamu selalu sabar melawan egoku. Kamu pokoknya punya aura yang berbeda dari yang lain. Kamu tau, seorang anak domba yang hilang bisa membuat gembala bahagia saat mendapatkan lagi. Seperti aku bahagia bisa memelikimu lagi," jawabku lalu menoleh ke arah depan.

"Kamu tau, aku sangat takut saat awal bertemu. Aku kira kamu orang yang sangat cuek dan dingin. Karena mendengar cerita dari mereka. Ternyata kamu tidak seburuk itu. Kita bertemu pertama kali saat kamu ingin ke toilet. Kamu tau aku sebenarnya tidak ingin menemuimu tapi mereka selalu memaksa. Untuk dekat denganmu. Entah kenapa mereka begitu. Tapi mungkin karena kekepoanku terhadap kamu," cicit Alve.

Aku tertawa terbahak-bahak saat melihat ia malu mengungkapkan bahwa dirinya sangat ingin berkenalan denganku. "Kamu tau siapa yang selalu memperhatikanku dari meja didepan pintu masuk kekantin?" Tanyaku sambil tersenyum. Dapat kulihat wajahnya memerah karena pertanyaan yang sudah sangat jelas sekali jika itu mamang benar dia.

"Dari situ kamu tau, bahwa aku merasa manjadi orang yang terkenal. Jadi ya sudah lebih baik aku dekati kamu pas mulai dari partner musikal," ujarku jujur.

***

Kami sudah duduk ditempat yang aku pesankan. Sedangkan Alve masih menutup matanya menggunakan kain yang ku beri. Sebelum itu akan menyuruh para pelayan segera menyiapkan hidangan kami. Aku segera berjalan mendekat kearahnya. Dan membawanya lebih dekat dengan sisi balkon cafe ini.

"Buka setelah aku menghitung sampai tiga," bisikku.

"Satu ... dua ... tiga ... buka matamu," ucapku sambil tersenyum kearahnya.

"Do, ini indah banget, gue suka. Makasi, makasi untuk semuanya. Ini bakalan jadi kenangan terindah kita," ujar Alve.

"Entah kenapa kata-katamu seperti akan pergi jauh dari ku atau aku yang mungkin akan jauh darimu," ujarku sambil memeluknya dari belakang.

"Kenapa berpikiran begitu?" Tanyanya.

"Gak tau, rasanya kayak memang begitu kenyataannya," ujarku.

"Jangan ngomong gitu. Kita bakalan bersama terus," ujarnya. Aku berharap juga seperti itu.

Kami makan dengan ditemani musik classic yang selalu membuat suasana dinner lebih nyaman. Setelah makan aku membawanya berdansa sebantar. Aku ingin malam ini benar-benar menjadi spesial. Aku menarik tanganya yang dipundak berpindah kepinggangku. Aku menyatukan kening kami. Menatap matanya yang teduh. Mencari kenyamanan dalam matanya.

"I love you, more and more, again," ujarku.

"Thanks, i prince," jawab nya.

Setelah selesai berdansa aku membawanya kursi. Kau menyuruhnya duduk, dan aku mulai berjongkok didepan dirinya. Dia menatap heran ke arahku. Tapi aku hanya tersenyum lalu segera mengambil sesuatu dari saku jasku. Dan membuka beludru itu. Dia tampak terkejut saat melihat sebuah cincin.

"Ini untukmu, jaga hatiku. Hatiku ada didalam ini. Aku sebenarnya sangat gugup saat memberi ini. Jangan lupa pakai cincin ini setelah kita lulus," ujarku lalu aku mengambil sebuah disk dari dalam beludru itu.

"Ini adalah inti dari isi hatiku. Jangan pernah lupa tentang kita. Jangan pernah bosan dengan kita. Jangan ada kata hilang dari kita, i love you my girlfriend," Ujarku pada Alve.

"Too, i love you," ujar Alve yang membuatku bahagia.

Lalu kami berpelukan seperti tidak ada hari esok.

***

Setelah mengantar Alve kerumah. Aku segera pulang dengan senang. Aku tersenyum tiada henti dan bahagia sekali pada malam ini. Rasanya cintaku yang telah lama pergi kembali lagi. Dia yang pembaca hatiku telah datang untuk menyatukan hatimu lagi. Aku sangat bahagia sampai aku tidak tau jika ada sebuah mobil yang melaju didepan berlawanan arah denganku.

BRAKK...

Semua pandanganku gelap. Kini hanya rasa sakit yang ada didalam tubuhku. Aku tidak bisa menolak rasa sakit ini. Aku tidak bisa menolak takdir ini. Aku tidak bisa menolak jika aku dan dia harus berakhir dengan seperti ini.

Sebelum kesadaran ku hilang, aku berdoa dalam hati, _"Tuhan jaga dia, jika suatu saat nanti aku tidak ada disisinya. Bimbing lah ia agar bisa melewati semua ini. Berikan ia segala sesuatu yang terbaik. Jika aku pergi, mungkin ini bukan yang terbaik untuknya. Hanya satu pintaku Tuhan bilang padanya melalui angin Jika aku Rado Alfrendo mencintai Alveara danisa dan sangat menyayangi keluargaku."_ Aku kehilangan kesadaran dan semuanya gelap. Tanpa ada sutu pun yang hidup.

***

Takdir tak ada yang tahu. Semuanya berada dijalan dan tangan Tuhan berserta diri kita.

Jika pergi membuat dirimu mendapatkan yang terbaik aku tidak akan menyangkal lagi, itu memang takdirku.

"Cinta bagiku, yaitu ada orang yang bisa membuatku merasa nyaman dengan berada disisinya."
—Rado Alfrendo.

"Setiap kisah yang indah punya perpisahan yang menutup, setiap awal yang baru punya akhir untuk memulai."
—GreVo3.





***

Huhu buat udah mau end. Hua goodbye babank Rado. Gak ada lagi orang kalem tapi Narsis dan bucin.

Ini kisah daku untuk memulai hal yang baru.

Jangan lupa tinggalkan jejak, seperti Vote, Komen, dan share cerita ini keteman-teman kalian lainnya. Serta follow akun author GreVo3.

Ada cerita lain di GreVo3.

Rado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang