Chapter 13

18 2 0
                                    

Hooh balik lagi sama babank Rado dan daku sebagai kembarannya. Rado sekarang makin kalem Guys. Senyumnya aja mirip daku Wkwk.
Sans ini cuma dagelan.

Ok jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote, Komen, dan share cerita ini keteman teman lainnya serta jangan lupa follow akun author GreVo3.

Bantu daku nemu typo.

Happy reading.

[Rado Alfrendo]

Hari ini kami disuruh pak Darmadi untuk datang kesekolah saat sore hari. Aku berangkat menuju rumah Ginda. Dia meminta tolong padaku untuk mengantarnya kesekolah. Karena aku juga ingin kesekolah jadi ya sudah ku tawari dia bersama pergi kesekolah. Aku pikir Ginda ikut bermain drama ternyata dia ada urusan osis. Aku hanya tersenyum saat ia mengatakan bahwa drama nanti akan sangat meriah, karena akan ada acara dansa.

Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan acara dansa tersebut. Yang menjadi tarikan ku yaitu aku akan tampil lagi menjadi seorang pianis. Entah rasanya sangat bahagia. Aku merasa dunia musikku akan. Kembali. Saat acara itu tiba aku akan mengudang roven dan yuzhita untuk menonton ku tampil pertama kali di SMA. Aku yakin bisa berubah menjadi lebih baik lagi.

"Thanks ya do, kalau gak ada lo mungkin gue gak bisa datang kesekolah," ujar Ginda padaku saat sudah sampai disekolah.

"Sama Gin, gue juga punya urusan kesekolah. Gue duluan ya," jawabku padanya lalu pergi menuju ruang musik dan seni.

Saat tiba disana, ternyata sudah banyak yang datang awal. Termasuk Daven dan Angga, mereka lebih dulu dariku. Padahal tadi baru on the way. Apa karena aku terlalu bersemangat berbicara dengan Ginda? Maybe dia terlalu asik untuk diajak ngomong.

"Bri dimana si Aina?" Tanya Angga padaku.

"Woo mana gue tahu, gue cuma tempe," jawabku cengengessan.

"Yaelah gue tanya baek baek. Lo jawab gitu," ujarnya kesal.

"Cie nayriin," ledekku pada Angga.

"Sembarangan, masalahnya gue lagi kebagi peran dengan Aina sebagai jasmine dan alasan," kata Angga serius.

"Emang kita drama tentang cerita jasmine aladin?" Tanyaku heran.

"Bukan lah. Ini gabungan dari dua belas prince dan 12 pangeran. Lo kalau gak salah kebagi jadi pengantin belle," ujarnya. aku menatapnya dengan kening mengkerut.

"Kenapa harus jadi pengantin belle? Coba aja gue jadi pangeran buat cinderella pasti ketemu tu sepatu kacanya," ocehanku yang tidak dihiraukan oleh angga.

"Baik anak-anak, karena kalian sudah datang. Jadi bapak ulangi pemeran kalian masing masing.
Pertama ini fokus sama cinderella. Bla... bla... bla...," ujar pak Darmadi. Aku hanya fokus pada namaku yang disebut setelah nama Aldenio.

"Rado menjadi pasangan belle, dan yang menjadi belle adalah Alve," kata pak Darmadi yang membuatku terkejut sekaligus senang sekali. Lalu aku menghampiri Alve yang duduk dipojokkan.

"Hai alve, kita satu tim lagi," ujarku memecahkan keheningan.

"Iya, makin padat jadwal kita," jawabnya lesu.

"Ya gak papa dong. Emangnya lo gak suka sama karakter belle?" Tanyaku heran.

"Yups, si belle datang terlambat. Mengucapakan kata cinta pada pangeran beast sehingga mawar tersebut telah habis dan hidupnya pun berakhir," ujarnya sendu.

"Lo kayaknya udah hapal bener tu film," ujarku lagi. Dia malah terkekeh kecil. 

"Bukan gue tapi, adik gue yang suka nontonnya," jawabnya.

Rado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang