Chapter 25

8 1 0
                                    

Hola guys up lagi ya. Balik sama daku. Jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote, Komen, dan share cerita ini keteman-teman lainnya.

Gak mau basa basi lagi. Pokoknya tekan tombol ✩  teman teman.

Bantu daku nemu typo

Happy reading.

[Rado Alfrendo]

Aku bersama orang tua Alve mencari keseluruh tempat terakhir dia berada tapi, tidak ditemukan tanda tanda jejak dia menghilang. Penculik ini sudah merencanakan semuanya dengan bersih sehingga tidak ada bekas jejak sedikit pun. Aku kini duduk di tepi taman yang masih banyak anak muda jalan bersama pasangan mereka.

"Ve, lo kemana? Apa yang terjadi saat lo pulang," tanyaku pada poto candid Alve yang diambil secara tidak sengaja.

"Lo tau, gue sebenarnya udah bahagia saat lo mau dibawa gue ke taman. Gue udah berharap semuanya berakhir bahagia," ujarku.

"Do, kita balik dulu. Nanti kita cari lagi, istirahat sana. Lo dari pulang sekolah belum ganti baju. Biar nanti kita cari lagi," ujar Angga.

Aku menatap sendu kearah matahari tenggelam. Aku segera beranjak dari taman itu. Lalu menuju motorku. Aku akan bersih bersih dulu. Setelah itu baru aku harus mencarinya lagi

***

Aku mendengar ada sebuah rintihan suara dari dalam ruangan yang besar. Dari situ aku mendengar surau minta tolong namum terdengar parau. Aku berusaha mengintip dari celah pintu namum tidak terlihat apa-apa. Hingga aku menemukan sebuah celah kecil yang tidak jauh dari pintu masuk. Aku segera Menuju kesana, namun masih terhalang karena adanya sebuah meja. Aku berusaha mengelilingi ruangan itu untuk mencari celah untuk melihat apa yang terjadi didalam sana.

Saat aku menemukan celah yang tepat tetapi, hanya berlubang kecil. Sehingga aku harus mencari alat bantu untuk memperbesar celah tersebut. Saat celah tersebut sudah bisa dilihat dengan aku segera menempel mataku kedinding tersebut. Disana aku melihat dua orang perempuan sebaya ku. Salah satunya dari perempuan disitu disiksa oleh perempuan lainnya. Aku sangat terkejut bukan main saat perempuan yang menyiksa itu mencabukkan ikat pinggang ketubuh perempuan yang lemah itu. Aku tidak bisa melihat wajah mereka berdua karena perempuan jahat itu menghalang penglihatanku.

Sekarang hanya terdengar rintihan sakit yang kecil. Mungkin ia sudah lelah dan pasrah. Ia sepertinya sudah menunggu waktunya untuk pergi.  Saat perempuan jahat itu berpindah tempat pemandangan yang kulihat sangat menyakitkan hatiku. Hatiku begitu peri saat tau yang disiksa oleh perempuan itu adalah Alve. Dari jauh terlihat bekas luka pipinya, sperti sayatan silet. Aku beropini jika perempuan jahat itu pasti seorang psikopat.

Yang membuatku paling sakit adalah aku tidak bisa menolongnya saat ia meminta bantuan padaku.

"Rado, tolongin aku," ujar Alve lemah.

Aku merasa seperti ada yang menahan kakiku. Sehingga sangat sulit untuk digerakan. Aku merasa aku adalah orang yang paling bersalah saat ini. Aku hanya bisa melihat dari jarak jauh tanpa bisa mendekat. Apa yang harus ku lakukan selain berusaha mendekat? Aku terus saja berpikir jika aku yang paling bersalah.

Banyak sekali luka pada tubuh Alve. Saat ini yang aku lihat perempuan jahat itu meneteskan air jeruk pada luka Alve. Dia meringis menahan perih. Saat bersmaan dia melihat kearahku. Disitu kami seperti berbicara melalui tatapan mata dan perasaan. Dia menggelengkan kepalanya saat aku ingin mendekat. Tapi aku terus saja berusaha mendekat kearahnya
Saat sudah hampir sampai aku melihat perempuan jahat itu menodong pistol ke arah kepala Alve.

Rado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang