Chapter 24

4 1 0
                                    

Huhu makin dekat sama end. Guys jangan lupa buat tekan bintang dan isi Kolom komentar.
Daku sedih mau tamat guys. Nanti gak ada yang nyusahin daku. Jadi dukung terus ya.

Jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote, Kkomen dan share cerita ini keteman-teman kalian lainnya jangan lupa untuk follow akun author. GreVo3.

Bantu daku nemu typo.

Happy reading

[Rado alfrendo]

Hari ini aku berangkat sekolah seperti biasanya. Tapi, tidak dengan hatiku. Aku merasa gelisah, sepeti ada sesuatu yang akan terjadi tetapi, aku tidak tau apa. Ditambah tentang Alve yang tidak bisa dihubung dari semalam. Apa dia sengaja menolak panggilan dariku? Atau dia tidak ingin berbicara denganku.

Aku segera menuju Rumah Alve. hari ini aku ingin menjemputnya. Entahlah sekarang rasanya aku tidak ingin pergi jauh dari dia. Tapi kenapa perasaanku begitu gelisah. Aku memacu motor vespaku menuju rumahnya. Saat sampai di pagar depan rumahnya bertingkat ini. Keadaannya sangat sepi dan seperti tidak ada orang di Rumah ini. Aku mencoba menekan bell beberapa kali. Tapi tidak ada satpam yang membukakan pagar.

"Kemana orang-orang disini? Apa mereka pindah rumah semalam?" Pikirku.

"Dek, cari siapa?" Ujar ibu-ibu yang sepertinya pulang dari pasar.

"Pagi bu. Ini saya lagi cari teman saya yang tinggal dirumah ini," ujarku sambil tersenyum.

"Loh, adek gak tau ya. Kalau anak cewek dari penghuni rumah ini gak pulang tadi malam," ujar ibu-ibu itu. Aku sangat terkejut mendengar fakta ini.

"Oh, makasi bu."

Aku masih tidak percaya jika Alve menghilang begitu saja. Sangat jelas aku melihat ia pergi dari taman semalam. Apa yang terjadi padanya. Aku harus ikut mencarinya. Segera kuhidupkan. Motorku, tiba-tiba terdengar sebuah nada dari hpku. Ternyata Angga yang menelponku.

"Apa," ujarku tanpa basa-basi 'halo-hai' itu sangat memperlambat bagiku.

"Lo dimana si? Ini pak penjas nyariin lo. Kata dia kalau gak datang maka nilai PJOK lo bakalan nol," ujar Angga, aku sangat terkejut mendengar pernyataan Angga.

"Ok, otw sekarang," Ucapku lalu memutuskan sambunganku dengan Angga. Sejenak aku melupakan masalah Alve. Nilai penjas begitu penting untuk kenaikan kelas ini.

***

Aku hanya terdiam saat mendengar Nilai ku hanya 50, karena terlambat 5 menit. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ini sudah menjadi persetujuan kami saat awal mulai KBM. Aku segara kembali kekelas saat materi di lapangan selesai. Hari ini aku sangat tidak fokus sama sekali. Terutama karena Alve yang menghilang secara mendadak. Banyak pikiran yang berkecamuk diotakku.

Aku segera pergi menuju wc, dan mencuci mukaku di westafel. Aku melihat pantulanku wajahku dicermin. Terlihat garis hitam besar dibawa mata. Aku terlihat seperti orang yang terkena insomnia setiap hari.

"Bro, kenapa lagi?" Tanya Angga.

"Gak ada Ngga," jawabku.

"Gue tau lo lagi ada masalah. Terlihat dari sorot mata lu dan garis hitam dibawa mata. Lo selalu gini jika lo takut dan punya masalah. Kita udah berteman dari kecil bro. Jadi jangan sembunyikan apa-apa," ujar Angga. Aku menatap Angga sebentar lalu tersenyum bahagia.

"Thanks. Gue lagi bingung, mau cari kemana. Alve hilang setelah selesai acara pensi kemarin malam. Mereka sibuk mencari Alve, dan gue cuma disini. Gue rasa gak pantas untuk Alve Ngga," ujarku.

"Alve hilang? Bagaimana bisa," tanya Angga.

"Gue gak tau Ngga, terakhir kita bertemu ditaman, dia tiba-tiba ingin pulang dan gue mau anterin tapi, dia nolak. Gue merasa pengecut jadi cowok ngga," ujarku.

"Kita bakalan bantu nyari Alve Do, Allgerdo punya motto. Satu terluka semua jadi penyelamat," ujarku Angga.

Aku sangat terkejut saat Daniel tiba-tiba memeluk ku, lalu disusul oleh anak-anak lainnya yang berada di toilet putra itu.
Aku tidak menyangka mereka ingin membantuku. Aku tersenyum pada mereka semua.

"Thanks," ujarku.

"Kita keluarga kedua yang selalu jadi pertama," ujar mereka semua.

***

[Yeni putri wongso]

Aku terduduk diam dirumah. Hari ini aku tidak datang kesekolah. Aku sangat ingin marah marah hari ini, bagaimana bisa ayahku ingin menyerahkan seluruh hartanya pada negara. Aku sangat ingin memiliki kekuasan itu, walaupun aku masih SMA tapi jiwa bisnisku sangat tinggi.

Aku tertawa dalam gedung besar dan kumuh ini. Karena aku punya rencana untuk kekuasaan besar ayah. Dan sebentar lagi aku akan melawan musuhku dengan sempurna tanpa gangguan dari orang-orang yang ingin menjadi pahlawan. Aku tersenyum saat malam akan tiba.

Aku segera berjalan kearah gudang yang berisi orang sebgai pancinganku saja. Ada target utama yang perlu aku habisi. Aku senang saat umpanku berhasil dimakan ikan besar.

"Hai, gimana hari ini?" Ujarku lembut namun menusuk.

"Ahahaha, lo tau? Luka lo gak seberapa dengan gue," ujarku padanya yang masih memejamkan mata.

Aku sengaja memberinya obat bius dengan dosis banyak. Karena aku ingin bermain-main sebentar dengan dia. "Lo udah bikin gue sakit. Jadi lo bukan target pertama gue. Tapi terget pertama gue adalah ...."

***

Aku sengaja tetap menghidupkan god pada hpnya. Agar terget utamaku datang ketempat ini. Aku menatap poto lama yang ada dikamarku. Terkadang ada penyesalan saat tau kenapa Ku bisa begini tapi, terkadang ada sebuah perasaan yang harus dituntaskan dengan kekerasan. Aku tidak tau kanapa.

"Hiks... bun aku rindu. Banyak hal yang telah dilalui dengan begitu sulit. Banyak persoalan yang membuatku ingin menyiksa diri sendiri. Tapi, apa ini bisa berakhir?" Ujarku. Aku terus saja menatap poto itu dengan derai air mata.

Aku yakin semuanya akan terungkap setelah ini. Bun, tunggu waktu nya aku akan membalas semua itu.





***

Guys part ini cukup sampai disini ya. Ok part ini jangan lupa tekan tombol ✩ agar daku makin semangat.

Jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote Komen dan share cerita ini keteman teman kalian lainnya.

Jangan lupa follow akun author @GreVo3.

Ada cerita lain di GreVo3.

Rado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang