Part 29

2.6K 221 9
                                    

Happy reading 😊

Beberapa karyawan terlihat berkumpul dan membicarakan sesuatu "Pak Erick akhir-akhir ini aneh sekali, masa dikira aku pakai minyak wangi sepabrik, kalau aku datang nih keruangan nya, dia langsung tutup hidung." Ucap seorang karyawati.

"Iya sama, aku juga dibilang begitu sama dia." Balas seorang karyawan dan dibalas hal yang sama oleh karyawan yang lain.

"Mungkin hidungnya sedang sensitif." Ucap seorang karyawati.

"Iya benar!" Ucap Erick, lalu berjalan mendekati kerumunan itu, membuat kumpulan karyawan itu terlihat terkejut.

"Pak Erick maaf." Ucap mereka bergantian, takut Erick tersinggung.

Erick mengibaskan tangannya, terlihat tak marah, lalu menutup hidungnya dengan sapu tangan "Hidungku memang sedang sensitif akhir-akhir ini, aku akan muntah-muntah jika mencium bau yang menyengat, jadi mohon dimaklumi ya."

"Iya Pak." Ucap mereka serempak.

Erick mendengus kasar sambil menggosok sapu tangannya di hidung "Akhh! Kalian kebiasaan, pakai minyak wangi sampai satu botol! Benar-benar boros!" Erick membersit hidung nya, lalu pergi ke ruangannya dengan berlari kecil, meninggalkan para karyawan nya yang terlihat menahan emosi.

"Kan kita sudah bilang akan memaklumi Pak Erick." Ucap seorang karyawan pada teman-teman nya, yang ditanggapi ucapan 'iya' dengan malas oleh mereka.

***

Ray membuka-buka berkas yang dapat ditangannya dengan ekspresi serius, Ray mengernyit ketika merasakan seperti ada yang mengawasi nya. Ray menegakan kepalanya dan menatap sekelilingnya, Ray terlihat terkejut untuk sesaat namun ia bisa mengendalikan ekspresi wajahnya, ketika ia melihat sebelah wajah Erick tengah mengintip di balik pintu masuk ruangan nya, layaknya adegan horor di film-film.

"Apa yang kau lakukan dasar payah!" Ucap Ray dengan suara bariton nya.

Erick membuka pintu ruangan Ray dan langsung berlari menghampiri sahabatnya "Ray aku ngidam! Aku mau makan bersama mu!" Ucap Erick semangat, seolah kejadian tadi tidak pernah terjadi.

Ray menatap Erick dengan wajah datar, lalu menghela nafas "Kau kelihatan lelah, sepertinya aku harus mulai mencari kandidat untuk manager HRD selanjutnya." Ray mengangguk-angguk dengan ekspresi santai.

Mendengarnya Erick langsung membelak dan menggeleng cepat "Tidak!" Teriak Erick "Ray jangan begitu, aku tidak lelah kok. Aku memang hanya ingin makan denganmu, aku juga sudah mengajak Dion. Aku benar-benar ngidam makan bersama kalian." Ray berdecih, terlihat tidak peduli.

"Ayolah Ray, aku ini sedang menggantikan posisi istriku tersayang dalam menjalani gejala-gejala kehamilan, seperti ngidam atau tidak enak badan karena kehamilan. Mia ku sayang yang hamil, aku yang seperti orang keracunan bahkan ngidam. Aku tidak bohong Ray, aku benar-benar ngidam makan bersama kalian, di warung soto pinggir jalan, karena makanan akan terasa enak kalau kita makan bersama-sama." Ucap Erick panjang lebar sambil menunduk lesu.

Ray berdecih lalu bersandar "Jadi benar, berita tentang kau yang mengalami gejala seperti orang hamil?" Ray sudah mengetahuinya dari cerita istrinya yang didapat dari Mia.

Erick menegakan kepalanya lalu mengangguk cepat. Ray menghela nafas "Ya." Ucap Ray datar, mengiyakan ajakan Erick. Dia melakukannya tidak lain karena istrinya sudah mewanti-wanti, kalau Erick membutuhkan bantuan nya, maka dirinya harus menolong Erick, tentu saja dia tidak bisa menolak permintaan istrinya itu.

That Playboy Is My Calon Husband (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang