Maaf ya author baru update setelah sekian lama😀
Happy reading 😊
Erick mencengkram rambutnya dengan kedua tangannya, wajahnya menatap lantai koridor rumah sakit. Saat ini dirinya sedang duduk menunggu istrinya yang tengah ditangani di ruang UGD oleh dokter.
Terdengar suara langkah kaki cepat berjalan kearahnya, namun Erick sama sekali tidak mempedulikannya karena saat ini yang ada dipikirannya hanya Mia.
"Erick! Bagaimana keadaan Mia?!" Suara Diana yang bercampur panik dan khawatir, masuk kedalam Indra pendengaran Erick.
Diana dan yang baru pulang dari kantor, mendapatkan kabar dari bik Surti mengenai Mia, membuat mereka langsung pergi kerumah sakit.
Erick menggeleng, masih menundukkan juga mencengkram kepalanya "Aku tidak tahu Mami, aku tidak tahu." Suara Erick bergetar, tanda Erick sedang berusaha menahan tangis.
Diana mengelus punggung Erick, memberikan dukungan pada putranya agar putranya sedikit lebih tenang, walaupun ia tahu itu sama sekali tidak membantu karena belum ada kabar apapun mengenai Mia.
"Erick takut Mami." Seru Erick dengan suara yang tercekat di tenggorokan, mata Erick bahkan sudah memerah menahan tangis. Membuat Diana langsung memeluk Erick.
"Mia akan baik-baik saja." Evan membuka suaranya, untuk membantu mengurangi kegundahan putranya.
Terdengar isakan kecil dari bibir Erick, karena rasa khawatirnya yang begitu besar pada istri dan anaknya. Ketakutannya begitu besar, takut akan kehilangan keduanya.
Suara pintu terbuka, membuat ketiganya langsung menoleh dan langsung berdiri lalu menghampiri dokter yang keluar dari ruang UGD.
"Bagaimana?!" Tanya Erick tidak sabar pada dokter itu.
Dokter itu menatap ketiganya bergantian "Nyonya Mia baik-baik saja." Untuk sejenak Erick menghela nafas lega "Namun kandungan nya sangat lemah, sehingga kami tidak bisa menyelamatkan nya, maaf Tuan Erick." Ucap Dokter perempuan itu penuh sesal.
Tubuh Erick lemas, seketika dadanya seperti ditimbpa sebuah batu besar yang membuat dadanya begitu sesak, Erick menyandarkan tubuhnya di dinding koridor dan secara perlahan menjatuhkan tubuhnyake lantai, pandangan mata Erick kosong namun matanya menyiratkan kesedihan yang amat mendalam. Diana memeluk Evan menumpahkan tangisannya, sedangkan Evan terlihat begitu tegar sambil sesekali menenangkan istrinya. Sedangkan sang dokter segera pamit undur diri, untuk memindahkan Mia ke ruang perawatan.
Diana berjongkok dan langsung memeluk Erick, tahu saat ini putranya jauh lebih terpukul darinya "Tabahkan dirimu sayang." Bisik Diana dengan isakan kecil.
Air mata lolos dari mata Erick, tangisan pilu keluar dari bibir Erick, suara tangisan yang amat menyayat hati terdengar sepanjang lorong itu membuat siapapun yang mendengarnya akan ikut merasakan kesedihan nya. Tangisan yang berasal dari hati terdalam seorang pria karena kehilangan yang dikasihinya.
Nafas Erick tersendat-sendat dengan air mata yang terus mengalir, memeluk erat sang Mami, dirinya masih belum mempercayai kalau calon anaknya telah tiada bahkan disaat dirinya belum sempat melihatnya.
Mia mengerjapkan matanya beberapa detik setelahnya ia sadar kalau saat ini dirinya tengah berada di rumah sakit, Mia menggerakkan perlahan kepalanya keluar jendela dan melihat kalau hari masih gelap.
Mia menggerakkan kepalanya kearah lain, ketika merasakan tangannya yang terbebas infus di genggam erat. Mia menatap Erick yang sepertinya masih belum menyadari kalau dirinya telah sadar, karena Erick terlihat melamun dengan pandangan kosong menatap lurus kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Playboy Is My Calon Husband (Tamat)
RomanceErick, pria Playboy dengan sifatnya yang kekanak-kanakan bahkan terkadang manja jika berada disekitar orang-orang terdekatnya. Ketika pertama kali bertemu Mia, Erick langsung meniatkan dalam kepalanya untuk menaklukkan Mia yang terlihat anti pada pr...