Happy reading 😊
5 tahun kemudian...
"Tidak boleh!"
"Boleh!"
"Tidak boleh!"
"Boleh!"
Perseteruan dua laki-laki berbeda usia menggaung di sebuah ruang tamu, yang ternyata itu adalah perseteruan Erick dengan putranya.
"Papah harus mengalah, kemarin kan Papah sudah tidur dengan Mamah, berarti sekarang giliran Revan." Ucap putra Erick sambil berkacak pinggang.
Erick mendengus "Tentu saja, Mamahmu kan istri Papah, ya pantaslah kalau Mamah tidur dengan Papah." Erick memeletkan lidahnya, membuat Revan terlihat begitu kesal.
"Ya ampun, Ada apa ini? Suara kalian, terdengar sampai luar." Terdengar suara Mia, dibarengi dengan Mia yang memasuki ruang tamu sambil membawa kantung belanjaan.
Erick dan Revan seketika tersenyum sumringah ketika melihat Mia "Mamah! Sini Revan bantu." Revan memeletkan lidahnya kearah Erick, lalu berlari kearah Mia. Tidak mau kalah, Erick ikut berlari menghampiri istrinya dan selanjutnya yang terjadi Erick dan Revan terlihat berebutan untuk membawa belanjaan Mia.
Mia menghela nafas, lalu mengangkat sebelah tangannya dan bergantian menyentil kening suami dan putranya "Diam! Biar aku saja yang bawa sendiri." Mia menggeleng dan langsung berjalan kearah dapur, melihat itu lagi-lagi Erick dan Revan berlari untuk menyusul Mia.
Mia menoleh kebelakang ketika lagi-lagi mendengar suara keributan putra dan suaminya dan langsung menghela nafas ketika melihat putra dan suaminya terlihat berebutan memasuki dapur.
Mia benar-benar sudah terbiasa melihat hal itu, perseteruan kecil antara anak dan suaminya, yang dimana keduanya jauh lebih mirip seperti adik Kakak daripada Ayah dan anak, terlebih dengan sikap suaminya yang sifat kekanak-kanakannya belum berubah, membuat keduanya tidak ada yang mau mengalah jika sedang berseteru, dan akhirnya dirinya lah yang harus menjadi penengah diantara keduanya.
Mia terdorong sedikit kedepan ketika tiba-tiba Erick memeluknya dari belakang "Wlee.. Papah berhasil memeluk Mamah, kamu pelukan saja sana sama kulkas." Ucap Erick dengan senyum jahil pada putranya.
"Sayang, berhenti mengganggu Revan." Tegur Mia, namun terlihat Erick tidak menggubrisnya, karena ia terus menggoda Revan dengan sesekali memeletkan lidahnya.
Revan menggelembungkan pipinya dengan ekspresi kesal luar biasa, lalu menarik-narik pakaian Erick "Lepas! Papah nakal!" Dan akhirnya Revan melancarkan senjata ampuhnya, yakni dengan langsung menangis untuk mengalahkan Papahnya. Membuat Erick langsung menutup telinganya.
Mia langsung berbalik dan mencubit pelan pinggang Erick, membuat Erick meringis "Kamu ini, kenapa terus mengganggu Revan." Mia membungkukkan tubuhnya dan langsung menggendong putranya untuk menenangkan nya.
"Papah nakal Mamah." Ucapnya disela-sela tangisannya sambil menunjuk Erick.
Mia langsung menepuk pundak Erick dan kembali memeluk putranya "Cup cup, Papah sudah Mamah pukul,"
Revan meredakan tangisannya "Mamah nanti malam tidur sama Revan ya?" Ucapnya dengan mata yang masih sembab.
Mia tersenyum "Iya, nanti malam Mamah tidur dengan Revan." Revan tersenyum dan menenggelamkan wajahnya pada bahu Mia.
Melihatnya Erick hanya menghela nafas pelan "Aku kalah." Gumamnya.
**
Erick memiringkan tubuhnya sambil menyangga kepalanya dengan sebelah tangannya, menatap istrinya yang sedang berkaca sambil menyisir rambut "Sayang, malam ini begitu dingin, kamu tidur disini saja ya, aku tidak akan sanggup tidur sendirian ditemani hawa dingin." Ucap Erick, sambil memberikan senyum penuh godaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Playboy Is My Calon Husband (Tamat)
RomanceErick, pria Playboy dengan sifatnya yang kekanak-kanakan bahkan terkadang manja jika berada disekitar orang-orang terdekatnya. Ketika pertama kali bertemu Mia, Erick langsung meniatkan dalam kepalanya untuk menaklukkan Mia yang terlihat anti pada pr...