Part 22

2.3K 248 20
                                    

Hm author mencium bau-bau ending.

Happy reading 😊

Mia menyangga dagunya dengan sebelah tangannya, sedangkan sebelah tangannya memegang handphone nya dimana saat ini tengah menunjukan bagaimana titik putih yang tidak lain adalah Erick, jarang sekali bertemu dengan titik merah yang tidak lain adalah seorang perempuan, bahkan kalaupun ada titik merah yang mendekati titik putih, maka titik putih didalam handphone nya akan bergerak menjauh, dimana artinya Erick berusaha menghindari perempuan itu.

Mia menegakan tubuhnya, ketika melihat kalau Erick terlihat mendekati sebuah titik merah yang tidak bergerak, tanda kalau Erick memang ingin menghampiri titik merah itu atau dengan kata lain Erick tengah mendekati seorang perempuan.

"Mia!" Panggil Erick membuat Mia langsung menoleh, Mia tersenyum ketika sadar kalau titik merah itu adalah dirinya.

Erick duduk dihadapan Mia, lalu menoleh kanan kiri seperti mencari sesuatu "Temanmu yang biasa menemani dimana?"

"Sakit." Jawab Mia, membuat Erick ber oh ria.

Erick menyangga wajahnya menatap Mia "Jadi bagaimana?"

Mia mengernyit "Bagaimana apanya?"

Erick tersenyum lalu menegakan tubuhnya "Tentang gesper dan pembuktian yang ku lakukan."

Mia tersenyum tipis "Kau hebat juga, selama hampir satu Minggu ini aku lihat, kau jarang berdekatan dengan perempuan." Erick tersenyum dan mengangguk bangga "Memang kau tidak kesulitan? Bagaimana jika ada perempuan yang ingin membahas pekerjaan denganmu?"

"Kami berdiri jauh-jauhan." Mendengarnya Mia menggeleng pelan.

"Akhiri saja, bukankah kau sendiri yang kerepotan?"

Erick menggeleng lalu menyeruput minumannya "Terus bagaimana tentang meyakinkan Mia kalau aku sudah berubah?"

Mia tersenyum "Kan aku sudah bilang, aku sudah yakin padamu. Tenang saja, kepercayaanku padamu tidak akan goyah. Jadi akhiri saja, aku tidak ingin kau kerepotan." Erick tersenyum penuh haru, lalu mengangguk pelan.

"Iya aku akhiri." Mia mengangguk pelan.

"Lalu apa dasar yang membuatmu begitu niat membuatku yakin? Ayo katakan." Mia menyangga wajahnya menatap Erick.

Erick tersenyum "Mau kuberitahu?" Mia mengangguk "Sabtu besok kita ketemuan." Mendengarnya Mia langsung berdecak.

"Kenapa tidak sekarang sih?" Ucap Mia tidak sabar.

Erick terkekeh "Sabar sayang, aku perlu mempersiapkan semuanya." Mendengarnya Mia semakin dibuat penasaran, namun tentu saja Erick tetap tidak memberitahu alasannya, karena tidak mungkin kejutan lamaran nya untuk Mia, bocor duluan pada yang diberi kejutan.

**

Erick menuruni tangga dengan baju santai, memasuki ruang tamu. Erick berjalan menghampiri kedua orangtuanya yang duduk di sofa, dimana Papinya duduk bersebelahan dengan Maminya dengan kepala Papinya bersandar pada bahu Maminya. Keduanya tengah menonton televisi, yang menayangkan berita.

Erick langsung duduk disebelah Maminya dan langsung tiduran di paha sang Mami "Uhh, pria-pria ku yang manja." Diana tertawa pelan, sambil mengelus kepala Erick dan mengelus rahang suaminya.

Setelahnya hening.

"Mami, Papi, Erick mau melamar Mia." Erick membuka suara.

Kedua orang tua Erick begitu terkejut, terlihat dari Evan yang langsung menegakan kepalanya dan Diana membelakan matanya.

"Kau serius?" Tanya Evan tak percaya "Kau yakin bisa menjalani sebuah komitmen?" Erick tersenyum lalu mendudukkan tubuhnya. Erick mengangguk mantap untuk menjawab pertanyaan Papinya.

That Playboy Is My Calon Husband (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang