Part 14

2.6K 239 8
                                    

Happy reading 😊

Mia bersidekap menatap tangan Erick yang tengah dilepas perbannya oleh dokter. Mia tersenyum tipis 'Aku bebas!' batin Mia dengan heboh nya.

Erick menoleh ke arah Mia yang tersenyum, lalu ikut tersenyum ke arah Mia "Kau sangat bahagia ya aku sembuh?" Ucap Erick dengan percaya dirinya, padahal Mia tersenyum seperti itu karena bahagia bisa terbebas dari Erick.

Mia mengangguk-angguk "Ya aku senang akan hal itu. Tapi aku lebih senang, karena aku terbebas darimu." Mia terkekeh dan Erick hanya mencebikan bibir nya.

Erick berdecak, dan menatap tangannya 'Rasanya aku ingin lebih lama seperti ini, agar Mia selalu di dekatku, tapi nanti kalau aku mencelakai diriku sendiri, bukan Mia lagi yang harus bertanggungjawab padaku.' Erick menghembuskan nafas panjang.

"Baiklah, anda sudah bisa bergerak lagi, tapi pastikan jangan sampai mengalami benturan keras dulu Pak." Ucap sang dokter yang langsung diangguki Erick.

Erick dan Mia berjalan beriringan menuju mobil yang terparkir di parkiran rumah sakit "Nah sampai sini saja Kak Erick kebersamaan kita, kalau begitu aku pergi dulu." Belum sempat Mia berbalik, Erick langsung memegang lengan Mia.

Mia menyipitkan matanya tajam ke arah lengannya yang dipegang Erick,  melihatnya dengan cepat Erick langsung melepaskan nya "Maaf, tapi bisa kita mengobrol. Ini mengenai yang terjadi di keluarga ku, karena masalah ini hanya kau satu-satunya orang asing yang mengetahuinya." Erick menunduk lesu.

Mia rasanya ingin menolak dan langsung pergi, namun ia sama sekali tidak tega melihat wajah lesu Erick yang jarang ditampakkan, apalagi ini membahas mengenai keluarga Erick yang beberapa hari belakangan ini sudah dekat dengannya.

Mia menghela nafas "Baiklah." Erick menegakan kepalanya dan tersenyum sumringah.

"Terimakasih Mia!" Erick merentangkan tangannya berniat memeluk Mia, dengan cepat Mia langsung pasang kuda-kuda, membuat Erick terdiam dan menyengir "Iya maaf, ayo kita cari restoran terdekat." Mia mengangguk pelan.

Mia dan Erick duduk berhadapan, Erick menatap Mia sejenak lalu menatap makanan di depannya "Kau ingat Clara yang aku ceritakan?" Mia mengangguk pelan.

"Menurutmu apa yang harus aku lakukan? Sekarang Mami sudah tidak mengajak Papi bertengkar dengan heboh lagi, tapi itu justru membuatku takut, karena sekarang Mami hanya diam." Erick mengepalkan tangannya.

"Hanya diam?" Tanya Mia.

"Diam juga menangis." Ucap Erick sendu.

Flashback on.

Erick mengehentikan langkahnya ketika samar-samar mendengar tangisan sang Mami dari dalam kamar kedua orang tuanya.

"Evan aku lelah, wanita itu benar-benar membuatku gila!" Teriak Diana, di sela-sela isakannya.

Evan menggenggam tangan Diana "Sayang jangan seperti ini, seberapa pun dia berusaha untuk menggoda ku, demi Allah aku tidak akan berpaling darimu." Evan memegang kedua pipi Diana.

"Tapi aku takut Evan, aku sangat takut. Apalagi wanita itu sama sekali tidak mau menyerah untuk terus menggoda mu." Evan duduk di sebelah Diana,lalu memeluknya.

"Maafkan aku. Tapi percayalah aku tidak akan mungkin berpaling darimu sayang." Bisik Evan, membuat isakan Diana mulai mereda.

Flashback off.

Mia terdiam begitupun Erick, selepas Erick bercerita "Apa Om Evan tidak bisa menolak investasi yang diberikan?"

Erick menggeleng "Sudah ada perjanjiannya kalau yang hanya bisa menarik investasi ya, si investor itu. Jadi Papi tidak bisa apa-apa, kalau tetap melakukan nya, itu akan berdampak buruk untuk perusahaan, dan Mami tidak mau menjadi egois, dengan memaksa Papi melakukannya."

That Playboy Is My Calon Husband (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang