" Ada rasa takut kehilangan, namun bukan siapa - siapa, apakah itu egois? "
.
.
.
Di sebuah gudang kosong yang lokasinya tak jauh dari lingkungan sekolah, kini LAGOS berada.Yapp, LAGOS, geng motor pembuat onar dan pastinya musuh bebuyutan Reno dkk. Geng yang diketuai oleh Jevan ini tengah menyusun sebuah strategi dalam menjalankan aksinya.
" Jangan ada yang keluar sebelum gue perintah " ucap Jevan memberi arahan.
Semua anak - anak LAGOS lainnya pun mengangguk menuruti apa yang dikatakan Jevan.
" Jangan gegabah, inget " ucap Jevan seraya menepuk bahu Gio yang tengah melamun itu.
Yaa Gio, sekarang ia telah bergabung dengan LAGOS untuk membalaskan dendamnya pada SAGAR, terutama Reno.
Setelah mengucapkan kata - katanya, Jevan pun pergi dari gedung itu seraya mengintruksi seluruh anak buahnya untuk pergi dari sana.
Kini tinggallah Gio sendirian di dalam gedung kosong dengan pencahayaan yang minim serta aura yang menyeramkan.
Ia pun mulai melangkahkan kakinya ke dalam suatu ruangan rahasia di dalam gedung ini, yang tak seorang pun tau, karena hanya dirinya saja yang tau.
Di dalam ruangan itu terdapat beberapa foto yang tertempel di sebuah dinding dengan tanda " X " di setiap fotonya.
Ia pun mengambil salah satu foto seorang cewek yang tengah tersenyum manis ke arah camera dengan sebuah boneka teddy bear di tangannya.
Menatap lama foto tersebut seraya mengusap - usapnya dengan lembut, terlihat jelas dari raut wajah serta tatapannya menyiratkan sebuah rasa kesedihan, benci, takut, amarah bersatu menjadi satu.
" Maafin abang dek gak bisa jagain kamu, emang semua salah abang dek, gak becus jagain kamu, maaf " ucapnya lirih sambil terus mengusap - usap foto itu, tak terasa setetes air mata jatuh di pipinya.
Dengan segera ia menghapusnya, ia tak mau adiknya bersedih disana, ia harus bahagia.
" Abang janji dek, bakal buat orang penyebab kamu pergi menderita, biar dia juga ngerasain gimana rasanya kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya " ujar Gio seraya mengalihkan pandangannya ke arah foto - foto yang telah ia tandai.
Meletakkan kembali foto sang adik ke tempat semula dengan rapih. Setelah selesai, ia pun mengambil sebuah panah kecil dan dilemparkannya panah itu tepat mengenai sebuah foto perempuan yang tengah tersenyum lepas.
Seringai tajam terulas di wajahnya, " Nyawa dibalas dengan nyawa " ujarnya seraya menatap lekat foto tersebut dalam - dalam.
•••
Suara riuh tepuk tangan menggema di seluruh sekolah, persembahan terakhir yang ditampilkan membuat semuanya hanyut dalam perasaan mereka masing - masing.
Retha dan Reno pun mengakhiri penampilannya dengan menundukkan kepalanya sebagai ucapan terima kasih, setelah selesai mereka pun turun dari atas panggung untuk menuju ke belakang panggung.
" Ahh Rethaa, gue baper!! " teriak Deva sambil berlari menghampiri Retha dan langsung memeluknya.
Reno yang masih berada di sana itu pun hanya memutar bola matanya malas melihat tingkah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E N O [ REVISI ]
Teen Fiction[ TAHAP REVISI ] DISINI SAYA UMUMKAN BUAT PARA PEMBACA BAHWA CERITA INI TENGAH MELAKUKAN REVISI BESAR - BESARAN, JADI SAYA MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA, KALAU CERITANYA BERANTAKAN. OKE, SEKIAN DARI SAYA, TERIMAKASIH ○ ○...