38. Naila (Lagi) ?

880 54 0
                                    

Rayhan menghampiri Raina. "Kamu nggak papa kan?"

Raina menjawab dengan gelengan. "Cewek tadi ke mana?" tanya Raina.

"Oh ya, tadi berjalan ke sini." Rayhan berjalan diikuti Raina di belakang.

"Mbak," panggil Rayhan.

Perempuan itu mendongak perlahan. "Mas Rayhan?" lirihnya.

Ia berdiri lalu memeluk Rayhan. Rayhan sangat terkejut, begitu pun Raina. Dia Naila?

"Mas, aku takut," lirihnya dengan isak tangis.

"Sabar Rain, dia pasti sangat syok tadi," batin Raina menenangkan diri.

Raina sudah tak tahan ia berbalik. Sebelum Raina melangkahkan kakinya, Rayhan mencekal pergelangan tangan Raina. Ia menatap Raina, seolah meminta maaf.

Rayhan melepas pelukan dari Naila. "Udah, sekarang kita antar kamu pulang," ujar Rayhan pada Naila.

"Mas aku takut," lirih Naila.

Raina berjalan mendekati Naila, lalu memeluknya. "Nggak papa,  kamu sekarang baik-baik aja kok. Kita antar kamu pulang ya." Raina menggandeng Naila berjalan ke arah mobil Rayhan.

Rayhan mengikutinya dari belakang. Raina mendudukkan Naila di belakang dan Raina duduk di sampingnya. Alhasil Rayhan duduk di depan, sebagai supir.

"Ck, kayak supir aja gue," gerutunya dalam hati.

"Makasih, Mbak," ucap Naila tulus. Raina menatap Naila lalu tersenyum dan mengangguk. "Jangan panggil aku mbaklah, berasa tua. Panggil Raina aja ya." Naila nampak ragu tak utung mengangguk.

"Kamu sekolah di mana?" tanya Raina.

"Di Ma Al-Hasan, Mbak."

Raina berdecak. "Di bilangin jangan panggil mbak, Raina aja. Oke."

Naila mengangguk.

"Rumah kamu di mana Nai?" tanya Rayhan.

"Masih satu komplek sama Bang Afif," jawab Naila.

"Afif? Siapa?" tanya Raina.

"Dia sepupuku, Na. Kenapa?"

"Nggak, kok sama ya namanya sama sepupuku." Naila hanya mengangguk saja.

"Emang satu orang kali Rain," celetuk Rayhan.

"Maksudnya?" Raina measih belum paham.

"Afif tuh sepupu lo sama Naila."

"Berarti kita kerabat dong," ucap Naila.

"Kok bisa sih?" Raina measih saja belum paham.

"Em, kalau aku sepupuan Bang Afif dari pihak ayahnya. Ibuku adik ayahnya bang Afif. Kalau kamu?"

"Aku dari Budhe Rita, mamaku adiknya Budhe Rita."

"Oh pantes, kita tenyata kerabat jauh."

"Kamu di perumahan nomor berapa Nai?" tanya Rayhan.

"Perumahan Anggrek nomor 07."

Rayham menepikan mobilnya di halaman rumah Naila. Rumah yang sedehana, tapi terkesan elegan.

"Makasih, Mas, Raina." Naila turun dari mobil.

"Pindah depan Rain!"titah Rayhan. "Berasa kek supir gue."

"Tapi Ray,  enakan di belakang loh. Gue di belakang aja ya," ucap Raina tanpa berpindah posisi.

"Depan Rain!"

Raina pindah ke depan tanpa keluar dari mobil, ia melewati celah antara bangku kemudi dan samping.

"Mentang-mentang tubuh lo kurus maen lewat seenak jidat lo." Rayhan kembali melajukan mobilnya.

"Emang kurus," ucap Raina menjulurkan lidahnya. Rayhan menatap datar Raina.

"Gue gemukin perut lo, tau rasa lo."

Raina menatap bingung Rayhan. "Emang bisa ya? Gue aja kerajaannya makan terus, tapi nggak gemuk-gemuk, heran gue." Raina belum ngeh dengan apa yang di ucapkan Rayhan.

"Bisa," ucap Rayhan berhenti sejenak. "Tapi nanti kalau kita udah nikah," bisik Rayhan pelan, lalu kembali fokus menyetir.

Raina masih bergeming.

Nanti kalau udah nikah?

Kok bisa?

Seketika Raina membulatkan matanya saat sudah paham apa yang di katakan Rayhan. Raina menatap garang Rayhan. Sedangkan yang di tatap bersikap acuh.

"Rayhan!"

"Apa?" wajah Rayhan berlagak sok polos.

"Mesum!"

Pecah sudah tawa Rayhan.



See you next part

04-07-20

Cinta masa SMA (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang