4. Jadian?

2.7K 115 4
                                    

Hari senin, hari yang paling dimalasi oleh semua siswa, karena jauh dari hari minggu, dan paling males yaitu upacara.

Saat ini Raina baris di barisan tengah siswi sedangkan Rayhan dibarisan paling belakang siswa, ya aturannya karena barisan laki dan perempuan dipisah.

"Na dari tadi lo diliatin rayhan noh," ujar Eva, teman satu kelasnya.

"Salah liat lo kali," sanggah Raina.

"Mata gue masih sehat ya."

"Terserah." ujar raina, dengan mata menatap seseorang yang baru dibicarakannya. "Rayhan kok pucat banget ya, apa dia sakit?" ucap Raina dalam hati karena melihat wajah rayhan yang pucat, lalu ia fokus pada pidato yang disampaikan oleh kepala sekolah.

Brukk

Suara salah satu seorang siswa jatuh pingsan.

Raina refleks menoleh dan benar dugaannya ternyata yang pingsan adalah Rayhan. Raina langsung menghampiri dan meminta tolong teman yang lain karena Raina termasuk anggota PMR di sekolah.

Raina memberikan aroma minyak kayu putih pada Rayhan yang sudah berada di atas brankar Uks.

Mata yang tertutup rapat kemudian perlahan terbuka.

"Ray lo nggak papa kan?" tanya Raina langsung. Rayhan hanya tersenyum dan mengangguk. Kemudian anggota PMR yang lain keluar dari Uks.

"Lo kenapa bisa pingsan sih, nggak sarapan?" tanya Raina.

Rayhan mengambil posisi duduk."Cye khawatir."

"Apasih, lo udah sarapan belum?" tanya Raina yang hanya di jawab gelengan oleh Rayhan.

"Lain kali sarapan, gue ke kantin dulu ya? Beli sarapan buat lo."

"Rain nggak usah, gue nggk laper." Raina langsung beranjak tanpa memerdulikan perkataan Rayhan.

Raina datang membawakan satu piring makanan untuk sarapan Rayhan.

"Kan gue udah bilang gausah, masih tetep aja beli," ucap Rayhan menatap malas pada Raina.

"Ck, nggak ngehargai usaha orang lo," ucap Raina dengan tangan menyodorkan sesendok makanan.
Rayhan membuka mulutnya menerima suapan raina.

"Nih makan sendiri," ucap Raina menyodorkan makanannya pada Rayhan setalah menyuapi Rayhan beberapa suap.

"Suapin kek, lemes nih tangan gue." Rayhan mencari alasan agar Raina mau menyuapinya. Cari kesepakatan dalam kesempitan. Padahal sih tangannya nggak lemas.

Raian percaya aja pada Rayhan, ia menyuapi Rayhan sampai habis. "Kamu istirahat dulu deh, gue mau masuk ke kelas."

"Gue sendirian disini?" ucap Rayhan polos.

"Ya sendiri lah, tapi ada yang nemenin kok."

"Siapa?"

"Ada pokonya, tapi lo nggak bisa liat."

"Siapa?"

"Ya ada, alu nggak bisa ngasuh tahu, ntar lo takut lagi."

"Emang tadi lo bicara gitu, nggak bikin aku takut apa?"

Aku cuma ngasih tahu lo, hati-hati aja kalau di sini sendiri."

"Emang lo bisa liat Rain?"

"Ya nggaklah. Kata banyak siswa sih gitu, di suruh hati-hati kalau ke sini sendiri."

Rayhan nampak menegang. "Tapi seriusan gue sendiri disini?"

"Iya lah, emang sama siapa?"

"Lo!" tunjuk Rayhan langsung pada Raina. "Lo temenin gue di sini pokonya.

Cinta masa SMA (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang