liquid: permainan berandai

121 25 0
                                    

Note: Riset yang digunakan pada part ini sangat sedikit. Tolong anggap ini hanya sebagai cerita fiksi.

_______

BEL PULANG berbunyi dengan nyaring. Sebagai anak SMP yang sifat bawaannya masihlah anak-anak, sudah pasti hampir semua murid yang ada di sana langsung bergegas merapikan buku, keluar dari sekolah dan bersiap berkumpul dengan teman-teman sekelompoknya. Melakukan hal yang menyenangkan, dan pastinya melupakan setumpuk pelajaran membosankan yang tadi mereka lalui.

Lima menit, dan hanya tersisa gadis itu di kelas. Ia segera menenteng tas, lalu berlari menuju kelas di ujung lorong. Rambut di kepangnya bergerak seirama gerak tubuh, dan sebuah senyum mengembang sangat lebar di bibirnya.

"Renna, jangan lari-lari begitu. Aku tidak akan ke mana-mana, kok."

Suara yang menenangkan itu langsung menyambut ketika gadis berkepang bernama Renna tadi akhirnya mengambil tempat duduk dengan napas sedikit terengah. "Aku terlalu semangat! Aku penasaran pengandaian seperti apa yang akan kamu kisahkan kali ini, Kiran!"

Gadis di hadapan Renna tersenyum. Rambut sebahunya bergerak kecil ketika tangannya menyerahkan sebuah buku. Begitu anggun dan dewasa. Entah sudah ke berapa kalinya Renna kagum dengan sahabatnya itu.

Renna menunduk saat akhirnya mendapatkan kesadaran penuh dan mengalihkan perhatian pada buku bersampul hijau di tangan. Terdapat gambar aneh benda bulat bergerigi dan lonjong yang Renna tidak pernah lihat. Ensiklopedia Virus Mematikan di Dunia. Itulah judul yang tertulis di sana.

Renna terdiam. Dari judulnya saja, ia jadi merinding. Ia tidak mengerti kenapa Kiran malah memilih buku yang aneh, lagi. Namun, karena keunikan isi pemikirannya itulah ia jadi selalu penasaran. Ia hilangkan perasaan takut sesaat itu, lalu berdeham. "Kalau begitu aku mulai. Nona Kiran, Nona Kiran—"

Renna memandang wajah Kiran yang juga tersenyum lalu melanjutkan, "Andai Nona bisa melakukan apa saja. Apa yang ingin anda lakukan?"

Kiran tersenyum lebih lebar hingga kedua matanya menyipit. "Aku ingin membuat sebuah virus."

"Kalau begitu, tolong jelaskan, Nona!"

Kiran mengeluarkan sebuah buku lainnya. Ia biasa menuliskan hal-hal penting dari apa yang ia baca di sana. Saking banyaknya hal yang ia tulis, buku tersebut sudah hampir mencapai lembar terakhir. Renna mendekat untuk melihat lebih jelas.

"Pertama akan kujelaskan apa itu virus, ya. Karena di pelajaran IPA kita, materi ini belum ada. Aku juga baru tahu setelah membaca buku paket SMA."

Renna mengangguk bersemangat. Inilah temannya, orang paling pandai di angkatan mereka. Tanyakan dia pelajaran apa saja, Kiran pasti tahu.

"Virus itu seperti tanaman parasit. Kita sudah belajar hubungan pohon mangga dan benalu, bukan? Cara kerjanya hampir sama. Bedanya, virus ukurannya sangat kecil, dan dia akan hidup ketika hinggap di inang yang juga makhluk hidup.

"Sama seperti benalu, virus juga merugikan bagi manusia. Meskipun sudah ada hal yang dimanfaatkan darinya, kerugian yang diberikan jauh lebih banyak. Di buku ini, contohnya. Semua virus yang dijabarkan di sana, telah berhasil menewaskan ribuan orang dari waktu ke waktu."

Renna merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia jadi berkeringat dingin hanya dengan mendengar cerita Kiran. Ia lihat sekali lagi buku berwarna hijau itu. Dadanya bergemuruh saat sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul di kepalanya. "Kenapa Kiran ingin membuat sebuah virus?"

Kiran terdiam. Untuk sesaat, Renna yakin senyum luntur dari bibir sahabatnya itu. Setelahnya, dengan cepat tangan Kiran mencapai dahinya lalu menyentilnya pelan. Renna mengaduh.

"Ra-ha-si-a!" Kiran kembali tersenyum lalu mengambil alih buku hijau besar itu. "Kalau aku bisa membuatnya, aku akan menamainya … hm, Korona, mungkin."

Renna mengerjap. Sikap Kiran kembali seperti biasa. Apa ia salah lihat tadi? "Kenapa Korona?"

"Korona itu bagian paling luar dari matahari yang memiliki warna putih yang cantik. Dia tidak terlihat secara langsung dari bumi, tapi saat terjadi gerhana matahari total, cahanya jadi terlihat dengan jelas. Aku ingin membuatnya … sesuatu yang cantik dan mematikan."

Renna terdiam. Kali ini ia tidak bisa menikmati permainan seperti biasanya. Pembahasan tentang virus, dan kematian ini … ia tidak tahu bagian mananya yang bisa dibicarakan dengan gembira tentang itu. Yang ada, ia malah takut sekarang. "Kiran, di dunia nyata … virus mematikan itu bisa dibuat?"

"Hm … aku tidak yakin. Kebanyakan virus yang kubaca memang alami ada karena pengaruh alam. Tapi, ada konspirasi yang mengatakan kalau ada virus yang dibuat untuk mengontrol jumlah manusia setiap satu abad sekali."

Renna merasakan tubuhnya merinding dan langsung refleks memegang tangan Kiran. Padahal ia tidak paham maksud mengontrol jumlah manusia, tapi terdengar menakutkan sekali.

"Kamu lihat sendiri kan, manusia di bumi terus bertambah. Tapi bumi tidak. Wilayah, dan bahan makanan. Kalau manusia dibiarkan terus bertambah tak terkontrol, pasti akan sangat sulit bertahan. Karena itu … katanya ada pihak berkuasa yang membuat virus itu untuk mengurangi jumlah manusia setiap 100 tahun sekali."

Renna menahan napas mendengarnya.

"Pertama kali diketahui tahun 1720 … 1820 … 1920 … lalu sekarang …, 2020—"

"Hiiii!"

Renna berjengit saat Kiran tiba-tiba memegang pundaknya. "Kiran!! Jangan main-main, ah. Aku takut!"

Kiran terkikik. Ia memasukkan semua buku kembali ke tas besarnya sembari berkata, "Kamu, sih. Serius sekali. Kita kan hanya sedang berandai-andai."

"Habisnya kamu bilang sungguhan ada!"

"Itu namanya konspirasi. Kon-spi-ra-si! Tidak ada yang tahu kebenarannya sampai saat ini." Kiran mengembuskan napas, mengambil sebuah tas di kolong mejanya lalu berdiri. "Kali ini sudah, ya. Sebentar lagi ekskul silatnya mulai. Aku harus ganti baju."

Renna mengangguk, lalu menatap tubuh kecil dengan kekuatan yang berkali-kali lipat darinya itu semakin menjauh. Dadanya masih berdegup sangat cepat. Dan entah kenapa, ia jadi gelisah. Pertanyaan yang tadi tidak Kiran jawab kembali berputar dalam otaknya.

Kalau saja …

Kiran dapat membuat virus itu,

siapa yang akan dibunuhnya?

______

A/N

Ada Kiran lagi. Ya karena memang, rencananya aku akan menjadikan gadis itu, dan pikiran gelapnya sebagai bumbu utama cerita ini.

Mungkin masih ada yang bingung terhadap perbedaan sikap Kiran. Tapi semua akan terjawab di bagian-bagian cerita berikutnya. Anggap saja, kalian sedang menjelajah setiap bagian puzzel dati jati diri Kiran.

Sampai bertemu di part berikutnya!

liquid: get your revenge || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang