DARI BALIK semak-semak, dua serigala berukuran besar berlari cepat menuju pemukiman desa. Di atas salah satu serigala itu, ada seorang gadis kecil memakai topeng menyeramkan dan sebuah tombak di tangan yang mengendarainya. Mereka mengenal gadis itu dengan nama Putri Mononoke.
Terdengar bunyi pelatuk, lalu setelahnya, sebua ledakan hampir mengenai mereka. Gadis kecil itu mendecak, menyuruh para serigala itu memacu lebih cepat lalu mereka berhenti di belakang sebuah pohon besar. “Mereka sudah mengetahui keberadaan kita. Kalian di sini saja, biar aku yang maju.”
Gadis itu mengambil satu napas panjang sebelum maju semakin dekat ke arah desa, dengan lincah menghindari setiap tembakan dari para warga yang berjaga di atas gerbang desa dan mengeratkan pegangan pada tombaknya. Pintu gerbang telah tertutup sepenuhnya. Namun hal itu tak menghentikannya. Dia mengambil ancang-ancang, dan akhirnya melompat dengan sangat tinggi melewati gerbang dan berhasil membuat semua warga terkejut.
“Putri Mononoke berhasil masuk!”
“Dia sendirian! Kita pasti bisa mengalahkannya!”
Bergerak cepat dan terus memberikan perlawanan bagi siapa pun yang menghalangi jalannya, gadis itu mencoba bertahan. Namun sayang, melawan satu desa yang memiliki banyak peralatan senjata tajam mauoun api, ia tidak bisa bertahan lama.
Satu tembakan, dua tembakan, ia terus tersudut menuju tengah desa dan akhirnya tak bisa kabur lagi saat dikelilingi warga desa yang membawa senjata di tangan. Dia masih berusaha melukai beberapa warga yang mencoba melukainya, namun ketika sebuah tembakan tepat mengenai kaki kiri dan tangan kanannya, gadis itu langsung kehilangan kekuatan dan terduduk di tanah.
“Bunuh dia!!”
“Bisakah kalian hentikan semua ini?”
Saat suara tarikan senapan beradu dengan benda tajam hampir membuatnya akan mati di sana, suara berat dan keras itu menghentikan aktivitas warga desa. Putri Mononoke mendongak dan mendapati seseorang telah berdiri dan melindunginya dari depan.
“Ashitaka, apa yang kamu lakukan? Kamu tahu sudah berapa banyak warga yang terbunuh karena ulah dia dan serigala-serigala itu?!”
Keributan warga kembali terdengar. Sorak demi sorakan terdengar melempar protes ke arah laki-laki di depannya. Gadis itu menggeram, tangannya terkepal kuat—tak peduli pada timah panas peluru yang telah melubangi tangannya dan terus mengucurkan darah saat ia melakukannya.
“Aku tahu, tapi kalian telah menembaknya. Dia tidak akan bisa bergerak lagi dalam waktu cukup lama. Bukankah itu sudah cukup?”
Laki-laki bernama Ashitaka itu berlutut, berusaha membantunya bangun. Namun, Putri Mononoke malah menebas tangan itu. “Berhenti mengganggu, aku harus membunuh kalian semua!”
Ashitaka menghela napas, dengan kekuatan yang tidak bisa dibandingkan dengan dirinya sedang terluka, laki-laki itu membuatnya berdiri lalu mengarahkan pandangan ke arah kepala desa.
“Kau masih berusaha melakukannya, Ashitaka.”
“Ya, dan aku tidak akan berhenti hingga berhasil.”
Kepala desa itu terdiam. “Biarkan gadis itu pergi kali ini.”
Di tengah-tengah keributan para warga yang protes, Ashitaka memberikan sebuah senyum terima kasih dan menuntun Putri Mononoke berjalan keluar desa. Gadis itu merasa kesal. Namun ia tahu kalau ia tidak bisa apa-apa sekarang, dengan kondisi kaki dan tangan yang mulai merasakan dampak dari tembakan itu.
“Menyingkir dariku!” Putri mononoke sekali lagi menampik tangan yang telah membantunya ketika mereka akhirnya masuk jauh ke dalam hutan dan berada sekarang sedang di samping danau. Ashitaka sama sekali tidak kelihatan marah dan malah berjalan menuju tumbuhan obat dan mengobati lukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
liquid: get your revenge || end
Mystery / Thriller15+ Perasaan tidak diperlukan, apalagi nurani. Cukup lakukan seperti yang dia inginkan; kisah ideal yang penuh sandiwara. Sembunyikan 'dirimu' yang asli. Karena yang perlu kau lakukan hanyalah mengikuti benang takdir buatan Dia yang memegang kendali...