#2 talk: number 456

48 17 0
                                    

GADIS ITU masih berdiri di sana. Bayangan yang terpantul dari cermin itu kembali memberi senyum.

"Siapa kamu?"

"Aku adalah kamu, tapi juga bukanlah dirimu."

Ia mengerutkan alis selaras dengan tangannya yang terangkat menyentuh permukaan cermin yang dingin. Anehnya, bayangan itu tidak merefleksikan gerakannya; dia tetap berdiri tegak dengan kedua tangan yang berada di samping tubuh. Kiran merendahkan suaranya hingga seperti berbisik, "Aku pasti sudah gila."

"Bukannya kamu memang gila? Tidak akan ada anak umur tiga belas tahun yang berencana membunuh ayahnya sendiri, kalau ia masih waras."

Kiran menghela napas lalu memilih duduk di depan cermin itu dengan posisi memeluk lutut. Di detik berikutnya dia ikut duduk dengan posisi bersila. Tatapannya terlihat kosong saat memandang bayangan di cermin itu lagi.

"Dari sudut pandang orang lain, aku hanya sedang berbicara sendiri, bukan?"

"Iya."

"Sebenarnya bagaimana ini bisa terjadi?Bagaimana aku harus memanggilmu sekarang?"

"Hm ... sebenarnya itu tidak terlalu penting, kan? Tapi bagaimana dengan mengambil nama belakangmu?"

"Puspita ..., jadi, Pita?"

"Itu pun boleh."

Kiran menghela napas. Pandangannya turun ke bawah bersamaan dengan pelukannya pada lutut mengerat. "Padahal aku tidak boleh gila sekarang. Aku harus menghabisi ayah dulu."

"Tenang saja. Kemunculanku memang untuk membantumu melakukannya."

"Aku adalah bagian darimu; malaikat penjagamu. Kamu masih ingat saat dulu mencari tahu tentang hal itu, hanya untuk membodohi dirimu sendiri bahwa seseorang akan datang membantumu?"

Kiran mengerjap lalu segera berjalan menuju rak buku. Mengambil sebuah buku bersampul biru lalu kembali duduk di depan cermin. "Nomor ... 345."

Gadis itu mengerutkan alis. Tatapannya menajam ketika kembali menatap ke arah cermin. "Aku tidak pernah mendengar malaikat akan membantu manusia untuk melakukan dosa keji. Berhenti berbohong."

Pita terkekeh lalu tersenyum miring.

"Kamu salah. Aku yang sekarang mungkin bukan, tapi aku bisa menjadi malaikat penjagamu."

"Aku adalah wujud dari keinginanmu; kebebasan untuk keluargamu dan balas dendam. Aku muncul setelah kamu berhasil mengambil satu langkah maju menuju tujuan itu. Sama seperti malaikat penjaga yang kamu inginkan itu, bukan?"

Kiran tidak membalas lagi setelahnya. Semakin bertanya, penjelasannya semakin membingungkan. Mungkin memang sebaiknya ia tidak tahu.

Kiran menghela napas. Merangkak maju hingga ke sudut, dan bersandar di dinding yang berada tepat di samping cermin itu. Ia kembali duduk dengan posisi memeluk lutut. Tatapannya kosong, dan ia memilih menutup mulut rapat-rapat setelahnya.

"Apa yang akan kamu lakukan
sekarang?"

Ia terdiam lama. Matanya semakin menggelap, seakan tidak ada sumber kehidupan di dalam dirinya. "Mencari peluang, mengumpulkan alat, dan mencari titik lemah ayah."

liquid: get your revenge || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang