liquid: bertahan hidup

45 14 0
                                    

aku melihat itu;
sosok cantik pun beraroma manis
pandai menyembunyikan emosi
diselubungi banyak misi
di balik kantung unik
berlakon layaknya anak baik
mengikat mangsa tanpa disadari

aku melihat itu;
kasihan
lingkungan tak ramah
bertahan hidup susah
akhirnya ia harus berkoban
dengan memakan serangga

sebenarnya,
mungkin kantong semar ingin berteman
pada serangga dan lalat,
pada semut yang hinggap
karena aroma nektar yang dibuat

namun akhirnya ia menyerah
membuang asa
memakan kandidat teman
memilih sendirian
agar dapat mempertahankan hidupnya

meski itu berarti
ia akan dianggap jahat

•••

PAGI ITU, sekolah terlihat lebih ramai dari biasa. Spanduk terpasang di depan gerbang, tenda tersemat dari panggung hingga ke ujung lapangan, siswa-siswi dengan pakaian batik (pakaian khusus para anggota OSIS) berlalu lalang dari kelas menuju kantor guru-dan sebaliknya, juga ada banyak siswa sedang berkumpul di ruang kelas yang dijadikan tempat rehearsal dadakan.

Gadis itu masih diam di perpustakaan, meski siswa lainnya telah tertarik pada huru-hara kemewahan acara hari ini. Matanya yang berbalut kacamata meniti tiap baris kata dari buku dengan tebal lebih dari tiga ratus halaman itu dengan perlahan. Setelah terdengar suara dari mikrofon yang mengumumkan seluruh siswa untuk keluar dari kelasnya untuk menyaksikan acara, barulah gadis itu menutup buku, meletakkannya kembali ke rak dan berjalan keluar dari perpustakan.

Hari jadi sekolah. Itulah yang mereka-anak SMP Harapan-rayakan sekarang. Khusus hari ini, tidak ada acara belajar. Setiap ekskul akan memberikan pementasan menarik, stan makanan dan bazar terpasang di sekeliling lorong. Murid bahkan diperbolehkan mengundang orang tua, dan biasanya dijadikan ajang untuk saling mengenal bagi para wali murid. Karenanya semua sangat bersemangat dengan kegiatan hari ini.

"Fio, ayo cari tempat yang pas buat nonton! Katanya ekskul silat akan tampil setelah penampilan tari ini!"

Fio akhirnya menurut saja saat tangan Renna menyeretnya menuju hamparan manusia yang telah mengelilingi panggung terbuka-dan tersambung ke lapangan luas itu-lalu mencari tempat terbaik untuk menikmati penampilan pentas. Suara dari pengeras suara di samping kiri dan kanan panggung terdengar memperdengarkan alat musik tradisional, lalu tak lama setelahnya, gadis-gadis dengan pakaian dominan kuning keemasan dan riasan wajah tebal memenuhi panggung dan sisi lapangan yang dibiarkan kosong dengan kaki yang menghentak sesuai irama.

Sepuluh menit, dan akhirnya penampilan itu selesai dengan tepuk tangan meriah. Kini orang-orang dengan pakaian hitam, dan dua anak yang berpakaian lebih menonjol telah menunggu di ujung panggung, lalu segera keluar saat pemandu acara menyebut kata sambutan untuk ekskul silat.

Fio tidak bisa berhenti menatap ke arah gadis itu selama drama beriring aksi ditampilkan. Bagaimana dia menjalankan sandiwara dengan penuh percaya diri, lalu bagaimana ia bisa beradu peran dengan orang yang baru dua hari lalu ia tendang sangat keras tanpa segan, juga betapa luwesnya ekspresi yang ditampilkan gadis itu di setiap adegan-berhasil membuat Fio terpana.

Kiran memang selalu sebaik ini dalam melakukan sesuatu, sejauh dirinya menjadi pengamat gadis itu. Namun, setelah mengetahui lebih banyak tentang masa lalunya, berhasil membuat Fio berpikir ulang.

Mungkin ... Kiran tidak benar-benar pandai melakukan semua dari awal; dia pandai melakukannya karena dipaksa keadaan. Karena ayahnya akan selalu mengawasi di belakang, tidak ada waktu untuk menjadi gadis lemah baginya.

liquid: get your revenge || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang