KEDUA GADIS itu memacu langkah menuju pintu keluar yang berjarak belasan meter di depan mereka. Namun, saat mereka hampir mencapai pintu, tangan Kiran kembali menahan Renna hingga mereka berhenti.
Ketika tiba-tiba gadis di sampingnya itu mengerut dahi dengan gurat serius di wajah, Renna ikut merasa cemas hingga menahan napasnya yang sudah terengah sedari tadi. Di detik berikutnya, saat Kiran mendorongnya ke belakang tanpa peringatan dan berhasil membuatnya terpental beberapa meter—terjatuh dengan pantat lebih dulu mencapai lantai yang keras, tidak ada yang bisa Renna lakukan selain meringis dengan mata tertutup.
Perlu beberapa detik hingga Renna sadar dan segera menengadah. Namun saat itu terjadi, semuanya sudah terlambat. Sebagai ganti dirinya, seorang wanita telah menangkap Kiran dengan menarik rambutnya kencang-kencang.
Renna tersentak, itu pasti penculik keempat. Ia hampir saja melupakan fakta itu setelah berhasil melewati dua penculik sekaligus tadi. Matanya menatap wajah Kiran yang terlihat kesakitan saat rambutnya ditarik lebih keras—bahkan hampir membuatnya mendongak ke atas dengan paksa—tubuhnya bergerak tanpa diperintah untuk mundur, merasakan bahaya hanya dengan melihat senyum yang ditampilkan wanita itu.
"Jangan mengira kalian bisa lari setelah mengacaukan rencana kami."
Wanita itu tertawa keras. Sebelum Kiran bisa memberikan sebuah perlawanan, putung pistol berwarna hitam legam telah mengarah tepat ke pelipisnya. Renna membeku. Tangannya terangkat seakan ingin menjangkau tubuh gadis itu, namun pada akhirnya turun lagi. Seluruh tubuhnya bahkan bergetar hanya dengan melihat senjata itu, tidak mungkin ia bisa melakukan sesuatu untuk membantu Kiran.
"Jangan bergerak. Berani lari atau bergerak sedikit saja, kutembak kepala temanmu."
Kiran terdiam. Salah satu tangannya terangkat untuk menarik rambutnya yang berada dalam genggaman penculik itu, matanya melirik dengan tajam—mencoba melawan meski sebenarnya dalam keadaan sangat tidak diuntungkan saat ini. Ia tersenyum miring, "Kamu tidak akan melakukannya. Lagipula, kami adalah sumber uang kalian yang berharga, 'kan?"
Wanita di belakang Kiran mencebik. Tubuhnya yang lebih tinggi dari Kiran menatap ke bawah dengan mata tajam. Tangan kirinya menarik helaian rambut lebih kencang hingga Kiran merintih dengan napas tersendat, mencoba untuk tidak mengeluarkan sebuah teriakan kesakitan. Dengan bagian ujung pistol, penculik itu menggores pelipis Kiran hingga mengeluarkan darah.
Renna segera berdiri setelah melihat cairan merah itu mengalir hingga ke pipi Kiran. Namun, ketika ia ingin mendekat, lagi-lagi orang itu mengacungkan pistolnya. "Sudah kubilang diam di tempat!!"
"Kaulah yang harus diam di tempat."
Renna membulatkan mata saat melihat beberapa pria dengan setelan hitam dan sebuah pistol di tangan sedang berada di belakang wanita itu. Salah satunya mendekat, mengambil tangan penculik itu yang sedang memegang pistol, lalu memelintirnya hingga senjata api itu terjatuh ke lantai.
"Periksa penculik lainnya di dalam rumah ini."
Segera setelahnya, empat pria lainnya yang sudah bersiaga langsung menyebar ke seluruh bagian rumah. Mata Renna mengikuti orang-orang itu. Langsung terdapat kelegaan dalam hatinya saat ia melihat tulisan 'Polisi' tercantum di punggung baju mereka.
Air mata mengalir deras bersamaan dengan isak tangis. Renna langsung kembali terduduk setelah merasakan kaki lemasnya akhirnya bisa beristirahat. Mereka selamat. Para polisi telah menemukan mereka. Ia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa jika saja mereka terlambat sedikit tadi.
Saat melihat Kiran segera terlepas dari jeratan tangan wanita itu ketika polisi memborgol tangannya, Renna segera mendekat dengan lututnya. Memberinya sebuah pelukan hangat dan menangis tersedu-sedu dengan hidung yang ikut basah saat Kiran ikut terduduk ke lantai. Perlu beberapa detik hingga Kiran membalas pelukan itu. Terdengar suara helaan napas lalu tangan yang menepuk punggungnya beberapa kali. Renna jadi menangis lebih keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
liquid: get your revenge || end
Mystery / Thriller15+ Perasaan tidak diperlukan, apalagi nurani. Cukup lakukan seperti yang dia inginkan; kisah ideal yang penuh sandiwara. Sembunyikan 'dirimu' yang asli. Karena yang perlu kau lakukan hanyalah mengikuti benang takdir buatan Dia yang memegang kendali...