Fio mengembuskan napas lega saat tubuhnya telah mencapai empuknya kasur. Ia baru saja selesai mandi setelah pulang dari sekolah. Hari ini orang-orang begitu ramai, saling berdesakan, dan ada suara berisik di mana-mana. Hal itu telah membuatnya jadi dua kali lebih lelah dari biasanya.
Tangannya masih sibuk mengeringkan rambut ketika kaki kembali membawa tubuh kecilnya—yang sedang dibalut baju terusan berwarna pastel itu—menuju meja belajar. Fio memasang kembali kacamatanya. Menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi pandangan, lalu mengambil sebuah alat elektronik berbentuk persegi panjang tipis itu, di dekat sebuah kotak pensil.
Fio menyalakan benda itu. Membuat layarnya berdiri dalam posisi horizontal dengan bantuan penahan dari case yang dipakai, lalu membuka sebuah fitur dari tablet tersebut. Dalam hitungan detik, layarnya segera menampilkan sebuah video. Apa yang terlihat di sana hanyalah isi sebuah rumah—tepatnya pada bagian ruang tamu; beserta sofa dan meja, dua buah pintu kamar yang kelihatan cukup jauh dari jarak pengambilan video, dan tangga menuju lantai atas di pojok kanan.
Namun, yang perlu digaris bawahi adalah, yang ditampilkan dari tabletnya sekarang ini, bukanlah sebuah film. Ini adalah sebuah rekaman dari kamera pengintai yang saat ini sedang menampilkan apa yang terjadi di rumah Kiran.
Ya, di rumah Kiran.
Sebenarnya, misi ia dan Sano kemarin tidak benar-benar gagal. Fio hanya membuat rencana ganda saat menyadari, hanya dirinya seorang tidak akan bisa menipu Kiran. Karena itu ia lalu menjadikan Sano sebagai umpan agar Kiran keluar rumah—hingga ia bisa memasangkan kamera pengintai di sebuah pilar dengan warna gelap itu—tanpa dicurigai oleh pemilik rumah.
Meski, Fio sendiri sebenarnya sama sekali tidak menyangka kalau Kiran akan bersikap kasar begitu pada Sano. Kiran benar-benar marah saat itu. Paling tidak, ia tahu hal itu—meskipun alasan marahnya masihlah sebuah misteri sampai sekarang. Dan kalau saja gadis itu tahu ternyata kamera ini berhasil terpasang, mungkin dia juga akan melakukan hal yang sama pada Fio.
Namun, Fio tidak punya waktu untuk ragu. Jauh dibanding rasa takutnya akan kemarahan Kiran, ia lebih merasa takut akan hal lain; ayah Kiran, dan juga rencana Kiran yang Sano ceritakan padanya kemarin.
Semuanya terasa membingungkan, tapi pula, mengkhawatirkan. Fio tidak tahu Kiran bisa senekat apa; tidak setelah ia mengingat pertemuan pertama mereka, dan hal yang baru ia lakukan beberapa hari lalu. Karenanya, dia akan mengawasi keduanya dengan benar. Tidak akan membiarkan ayah Kiran melakukan kekerasan di bawah pengawasannya, dan akan menghentikan tindakan nekat apa pun yang mungkin akan Kiran ambil.
Hanya itulah cara yang bisa Fio lakukan untuk melindungi Kiran.
Tangannya berhenti bergerak setelah akhirnya, matanya menangkap sosok Kiran keluar dari kamar di sebelah kiri; dari kamarnya sendiri. Gadis itu membawa alat dengan kabel panjang berwarna hitam—entah apa, hal itu tidak terlalu jelas terlihat dari video—lalu menaiki tangga menuju lantai dua. Fio sebenarnya tidak tahu banyak tentang lantai itu. Namun, ia yakin dulu kamar orang tua Kiran berada di sana.
Fio semakin jeli mengamati. Namun, Kiran baru terlihat lagi setelah sepuluh menit berlalu. Dia turun dari lantai atas, membawa kembali alat berwarna hitam itu, dan memasuki kamarnya.
Kembali, terjadi keheningan. Gadis itu melirik ke sisi kiri meja—tempat jam berbentuk bulat terpasang. Pukul setengah lima. Entah kenapa semuanya berjalan sangat lambat saat Kiran kembali mendekam di kamarnya. Fio menghela napas saat akhirnya Kiran kembali keluar. Namun, ternyata ia tidak segera berjalan dan malah terdiam di depan pintu.
Suara detik jam memenuhi gendang telinga, menggema dan menjadi backsound mengerikan saat matanya seakan langsung bertatapan dengan Kiran. Fio menahan napas. Kiran benar-benar sedang menatap ke arahnya sekarang—lebih tepatnya, ke arah kamera pengintainya. Begitu lurus, seakan dia memang sengaja menatap ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
liquid: get your revenge || end
Mystery / Thriller15+ Perasaan tidak diperlukan, apalagi nurani. Cukup lakukan seperti yang dia inginkan; kisah ideal yang penuh sandiwara. Sembunyikan 'dirimu' yang asli. Karena yang perlu kau lakukan hanyalah mengikuti benang takdir buatan Dia yang memegang kendali...