liquid: keputusan

71 16 0
                                    

***

“Apa kau bilang tadi?!”

“Aku ingin bercerai dan membawa anak-anak keluar dari rumah ini! Mungkin kami juga bisa ke kantor polisi, dan melaporkan perlakuan kejammu selama ini kepada mereka!!”

Pria itu dengan cepat menjambak rambut wanita di depannya. Tidak sampai di situ saja, dia lalu mengangkat tubuh wanita itu hingga menggantung hanya dengan menarik rambutnya.

Teriakan terdengar, dari wanita itu maupun dua anaknya yang menyaksikan kejadian dari jauh. Namun, si pria tidak lagi waras. Ucapan istrinya tadi berhasil membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Wajahnya memerah penuh amarah dan giginya bergemelutup. Dalam satu hentakan, ia menghempaskan tubuh itu ke dinding di sampingnya.

“Ibu!!”

Dua anak gadis yang sedari tadi hanya bisa mengamati dengan air mata yang mengucur deras segera menghampiri ibunya. Mereka terisak dengan tubuh yang bergetar hebat. Meski begitu, dengan kaki yang lemas hingga sulit berdiri itu, mereka mencoba membuat ibunya kembali terduduk.

Gina, gadis berambut panjang itu, menggunakan tubuhnya sendiri untuk menyandarkan ibunya. Satu tangannya memegang tubuh ibunya agar tidak kembali jatuh, sedangkan satu tangan lain dengan cepat ia gunakan mengelap darah yang berada di pelipis dan hidung ibunya dengan ujung baju.

Sedangkan gadis berambut pendek, Kiran, berdiri di depan mereka berdua. Mencoba melindungi keduanya dari hal gila apa pun yang akan ayahnya lakukan setelah ini—meski sebenarnya, tubuhnya yang paling kecil di antara mereka bertiga.

“Brengsek kalian semua! Kalau saja kalian menurut dari awal, aku tidak akan melukai kalian, tahu? Tapi lihatlah, meskipun sudah kudisiplinkan, kamu malah ingin memberontak dan membuat suamimu masuk penjara? Apa-apaan ini?”

Pria itu melampiaskan amarahnya dengan menendang kursi di sampingnya hingga hancur. “Dan kalian berdua, kenapa kalian juga ikut menatapku dengan tatapan begitu? Kalian juga ingin memberontak pada ayah kalian sendiri? Tidak tahu terima kasih! Kalian pikir kenapa kalian masih hidup sampai sekarang?”

Pria itu kali ini lebih serius dengan melemparkan meja dengan isi-isinya ke arah mereka bertiga. Kiran dengan sigap maju lebih jauh—membiarkan tubuhnya dijadikan tameng hidup—dan langsung membuatnya terhempas ke samping.

“Kiran!!”

Jibun ga shinde mo dou demo yokute
[Aku tak peduli jika diriku sendiri mati]

Sore demo mawari ni ikite hoshikute
[Tapi aku ingin orang disekitarku hidup]

Mujun wo kakaete ikiteku nante
[Hidup dengan kontradiksi seperti itu]

Okorarete shimau
[Kupikir aku akan dimarahi]

Gina ingin segera menolong adiknya, tapi ia juga tidak bisa meninggalkan ibu yang masih berada di dalam pelukannya. Apalagi kakinya gemetar. Jujur saja, sepertinya ia tidak bisa berdiri lagi. Tidak setelah melihat kekejaman yang dilakukan ayahnya itu. Berapa sering pun ia melihatnya, rasa takut itu tidak pernah hilang. Ia sedikit tersentak saat Kiran akhirnya terbangun. Di dahinya mengalir darah yang cukup banyak. Sepertinya meja itu langsung membentur kepalanya.

Kiran merasakan pandangannya mulai menggelap. Ia gigit lidahnya sendiri agar tidak pingsan. Tidak. Tidak boleh sekarang. Ia lalu melirik ke arah dua orang di belakangnya. Mereka masih selamat. Ibunya kelihatan lemah dan hanya bisa menangis di pelukan kakaknya.

liquid: get your revenge || endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang