Dandelion | Kim Doyoung [END✔]

■ 38 | Akhirnya Sidang!

Uri Doyoungiee🥰🐰

.
.
.

Happy Reading:)

ㅡㅡㅡㅡ

Taemi's POV

.
.
.

"Gak nyangka kalo Ibu kita saling kenal dulu," Doyoung membuka percakapan saat hening menjalar di ruang tamu.

"Takdir Tuhan memang selalu mengejutkan." sahutku.

"Mungkin mereka senang sekarang di sana karena ngeliat anaknya ketemu." ucap Doyoung sembari menatap bingkai foto yang masih aku pegang.

Aku tersenyum tipis, mungkin Mama sekarang senang melihat aku bertemu dengan anak sahabatnya. Dulu, Mama sering bercerita padaku soal sahabatnya sejak kuliah ini dan akan mengenalkan ku dengan sahabatnya dan juga anaknya yang sepantaran denganku. Aku tidak menyangka jika sahabat Mamaku adalah Ibu dari Doyoung dan anak yang di maksud Mamaku adalah Doyoung. Benar-benar sebuah takdir.

"Dulu aku pikir aku bakalan dijodohin sama anaknya sahabat Ibuku, ternyata belum sempat ketemu, Ibuku meninggal karena kecelakaan beruntun 2 tahun silam," Doyoung mulai membuka dirinya padaku dengan bercerita mengenai Ibu dan masa lalunya yang awalnya membuatku tersenyum geli lalu akhirnya menjadi pudar karena Doyoung bercerita mengenai Ibunya yang meninggal karena kecelakaan 2 tahun yang lalu.

Tunggu.
Kecelakaan? 2 tahun yang lalu? Apa jangan-jangan Ibu Doyoung juga korban kecelakaan beruntun di dekat lampu merah depan sekolah SMA-ku dulu? Aku ingin bertanya, tapi takut membuat Doyoung menjadi canggung. Lalu aku memberanikan diri menanyakannya pada Doyoung,

"Doy.." panggilku dengan nada agak canggung

"Hm?"

"Aku boleh tanya? Tapi kalo kamu gak bisa jawab gak apa-apa,"

"Tanya apa? Tanya aja"

"Ibu kamu jadi korban kecelakaan dua tahun silam di depan sekolah SMA Seuli, bener atau nggak?"

Aku melihat raut wajah Doyoung yang seketika tegang saat aku menanyakan tentang itu pada Doyoung. Namun, Doyoung memandangku dengan serius lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban,

"Iya. Kecelakaan yang menimbulkan banyak korban jiwa karena seisi penumpang bus yang Ibuku tumpangi meninggal"

Tanganku yang bertumpu pada sofa yang aku duduki pun melemas, bahu yang tadinya tegang pun juga lemas ketika mendengar jawaban Doyoung barusan.