Sesampainya Bian di kantor Raisa, Bian langsung menelepon Raisa, Raisa mengambil tas dan jaket nya untuk segera menemui Bian.
"Sampai ketemu besok ya , Gengs." Ucap Raisa.
Raisa langsung masuk Lift dan menuju parkiran. Bian sudah menunggu di sudut yang tidak terpantau CCTV.
Raisa langsung masuk ke mobil Bian.
"Segitu pinginnya ya sama aku ?" Ucap Bian dengan senyum smirk nya.
"Diam, banyak bacot, buka celana kamu." Perintah Raisa. Seru Raisa yang sudah tidak tahan, Bian ketawa sejadi-jadinya melihat Raisa yang seperti ini.
"Nafsu banget mbak , Nggak mau pemanasan dulu, udah kayak gigolo nih aku kamu buat ?" Ucap Bian.
"Nggak mau Bian, mau cepat. Nanti kalau rame gimana, cepetan Bian." Raisa dengan cepat menurunkan celana dalam nya dan melemparkan ke belakang mobil Bian.
"Ya udah sekarang main Cepat tapi Nanti main lambat di rumah ya." Ucap Bian.
"Di kasih hati minta jantung kamu itu, ya udah deh Iya, udah cepat sekarang, nanti orang pada turun." Seru Raisa.
"Iya iya nggak tahan banget sih." Bian ketawa sambil membuka celana nya, Raisa naik ke atas Bian, dan Bian memegang pinggang Raisa. Milik Raisa sudah sangat basah di bawa sana, entah apa yang ada di pikiran Raisa sampai dia sebasah itu tanpa di pegang oleh Bian.
Bian memposisikan miliknya di lubang cinta nya Raisa, sudah merasa pas Raisa menekan dirinya ke bawah, dan milik Bian masuk dengan mudah.
"Ah,,,Bian." Erang Raisa. Bian langsung menggerakkan miliknya di bawah Raisa. Bian menghentak-hentakkan miliknya tanpa ampun, Raisa mendesah nikmat atas permainan Bian, Bian memang selalu memuaskannya. Untung saja kaca mobil Bian benar-benar gelap, ya ini juga gara-gara dia tukar soalnya sering cem-ceman di dalam mobil sama Raisa.
"Sa, lebih cepat geraknya Sa, bareng aku."Pinta Bian, Raisa bergerak di atas Bian dengan cepat membuat Bian semakin menggila. Bian tak tinggal diam dia membuka kancing kemeja satin milik Raisa dan menangkup dua buah payudara ranum milik Raisa, mengisap puncaknya, membuat Raisa keenakan.
"Sudah aku bilang jangan pakai kemeja tipis Raisa ?" Bisa-bisanya Bian menceramahi Raisa tentang baju yang dia pakai di situasi seperti ini.
"Bacot Bian, diam deh." Bian lalu mengisap dan memilin puting Raisa dengan lidah nya, Raisa tambah menggila sekarang, sangat nikmat untuknya.
"Bian, aku mau keluar." Seru Raisa.
"Tahan, bareng aku." Ucap Bian.
"Hah, apa ? Nggak Bi, kamu nggak pakai kondom, awas ya kalau berani keluar."
"Aku nggak tahan, Sa." Dan kemudian sekali hentak dengan kuat Bian pun menyemburkan cairan miliknya di dalam Raisa, Raisa pun tak kuasa menahan gejolak pelepasanya dan ambruk di dada bidang Bian.
"Lama-lama aku bisa mati, mati kenikmatan sama kamu, Sa ?" Ucap Bian yang nafas nya masih tersengal-sengal.
Raisa melepaskan dirinya dari Bian, milik Bian masih mengeras meskipun sudah keluar, dia mengambil tisue dan mengelap miliknya, lalu memberikan tisue baru ke Raisa.
"Ini yang aku nggak suka sama kamu, main keluar di dalam, kalau aku hamil gimana ?" Ucap Raisa yang saat ini sudah mulai membersihkan dirinya.
"Nggak kok, cuma sekali juga. Dulu kan juga pernah kan nggak sengaja keluar di dalam, nggak hamil kan ?"
"Ya kalau aku hamil gimana ?" Ucap Raisa.
"Ya mau gimana, ya kamu hamil terus perut kamu besar, kamu melahirkan, kamu jadi ibu." Kata Bian santai.
"Terus ayahnya ?"
"Ya ayahnya aku, ribet deh Sa. Udah ah yuk pulang. Lapar."
Sepanjang jalan Raisa terus menerus mengoceh pada Bian, Bian diam saja, karena dia juga merasa salah saat ini, tapi ya mau gimana, dia memang nggak tahan tadi.
"Kita lihat aja nanti, Sa. Jangan panikan deh udah gede juga."
"Panik lah, emangnya kamu mau aku hamil, enak kalau kamu mau nikahi aku, ini boro-boro ajak aku pacaran aja nggak." Ucap Raisa sarkatis. Lagi-lagi Bian hanya diam dan mengemudikan mobilya keluar parkiran.
Bedanya Raisa yang dulu sama sekarang. Raisa dulu setiap hari merengek sama Bian, bilang cinta, bilang sayang, rindu dan selalu manja. Dikit-dikit bilang minta jadian, harus pacaran, harus terikat. Tapi tidak dengan sekarang.
Sudah lebih dari 2 tahun ini Raisa tidak pernah mengatakan cinta lagi sama Bian, tidak pernah bilang sayang lagi sama Bian. Gengsi nya lebih tinggi, terlebih lagi dia bosan dengan semuanya, selalu dia yang mengutarakan lebih dulu, selalu dia yang bertindak lebih dulu untuk mempertahankan cintanya dengan Bian. Berbeda dengan Bian sikapnya masih saja seperti dulu tidak ada perubahan masih tidak mau mengikat Raisa, masih bungkam dengan status mereka. Boro-boro bilang cinta dan sayang, semuanya hanya tergantung dengan ketidak jelasan.
Mungkin sudah saatnya Raisa melangkah, melangkah dari Bian dan mencari sosok yang hendak berkomitmen dengan nya, umurnya sudah mau 28 tapi setua itu bahkan Raisa tidak pernah mempunyai mantan dalam hidupnya, Hanya Bian seorang.
Jika Bian tidak juga mengikatnya di usia 28 nanti yang akan jatuh 4 bulan lagi, Raisa janji akan melepaskan Bian dan membuka hatinya untuk pria lain. Itulah janji Raisa.
Ini bukan tentang perasaanya lagi, tapi ini sudah tentang harga dirinya yang tidak kunjung di sambut oleh Bian. Dia sudah tidak punya harga diri lagi, memberikan segalanya untuk Bian, tapi hingga sampai saat ini pun Bian tidak pernah sekalipun menyambutnya. Wanita mana yang tidak mau memiliki hubungan selayaknya dengan pria yang dia cintai.
***
Repost : 06 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone ! [END]
Lãng mạn"Bian,,, ahh Bi, Stop, kamu engga pakai pengaman, don't come inside me, or i will kill you. ?" Ucap Raisa saat Bian menghentakkan miliknya dengan hebat ke dalam milik Raisa berkali-kali dengan keras. "You very tight, Sa., I Can't hold it, oh shit, i...