Bian sudah keluar dari rumah sakit, dia memaksa untuk keluar karena mau menghabiskan waktu nya dengan Raisa. Dia tidak mau menghabiskan waktu di rumah sakit. Dokter mengizinkan asalkan Bian terus memantau pengobatannya.
Bian dan Raisa masih tinggal di Singapura untuk sekarang. Frans sendiri sudah kembali ke Jakarta. Mama Bian menemani Raisa disini karena Raisa juga lagi hamil tua. Papa Bian kembali ke Jakarta karena perkerjaan.
Tapi siapa di sangka setelah semua berjalan tenang beberapa minggu ini, tiba-tiba Bian membuat rencana yang mengharuskan banyak orang untuk datang ke Singapura lagi. Tentu saja semua juga butuh bantuan dari Frans.
Di Restauran.
"Jadi gimana rencana nya Bro ?" Tanya Frans yang ternyata sudah sampai di Singapura, sekarang Frans, Hanung, dan Bian lagi di sebuah Restauran.
"Aku sudah mengatur dengan orang hotel, aku akan membuat acara nya di The Ritz-Carlton, aku ingin kalian hanya mengumpulkan orang - orang yang sudah aku bilang tadi."
"Gampang, aku sudah hubungi semua kok, mereka free kok kebanyakan untuk lusa, jadi Lo tenang aja Bos." Ucap Hanung.
Setelah pengaturan acara lamaran itu Bian kembali ke hotel untuk bertemu dengan Raisa.
"Sa ?" Panggil Bian. Dia langsung duduk di sofa, bayangannya kabur, kepalanya sangat pusing saat ini, tapi dia menahanya.
"Iya sayang, aku di dapur sama Mama." Ucap Raisa.
"Sudah sana sama Bian, cuci tangan dulu, biar Mama yang selesain ini kan tinggal dikit juga."
"Oke Ma, maaf ya aku tinggal."
"Nggak apa-apa."
Raisa lalu mencuci tanganya dan menemui Bian.
"Dari mana sih Bi ?" Tanya Raisa.
"Tadi ketemu temen."
"Udah minum obat ?"
"Udah kok."
"Hari ini nggak ada terapi kan ?" Tanya Raisa.
"Besok sayang." Ucap Bian.
"Besok aku anterin ya ?"
"Iya sayang, sekalian abis itu malam nya kita belanja yuk, aku pingin beliin kamu baju."
"Tumben ?"
"Iya sekali-kali kan."
"Nggak usah deh Bi, nanti kamu malah kelelahan."
"Kan malam Raisa, nggak kok, aku kuat." Bujuk Bian, dia sekarang sering mengajak Raisa jalan dan banyak memberikan Raisa kejutan-kejutan special. Terlebih lagi Bian juga banyak membelikan berbagai kebutuhan untuk anaknya nanti, padahal Raisa bilang jangan soalnya dia udah beli di Indonesia, tapi Bian tetap mau membelinya katanya kan itu dari Mamanya sama Papa angkatnya Frans, kalau ini kan khusus dari Papa kandung tercintanya.
"Iya, deh kalau maunya kamu begitu. Ya udah sekarang Kamu mau makan nggak ?" Tanya Raisa.
"Nanti aja deh, bentar lagi. Kamu dekatan sini duduknya, aku mau elus anak kita." Ucap Bian, Raisa lalu mendekat dan duduk di samping Bian dengan manja.
"Anak Papa, lagi bobo ya, kok nggak nendang perut Mama lagi ?" Ucap Bian .
"Iya Pa, dedek lagi bobo." Ucap Raisa yang suaranya di kecil-kecilin.
"Sa, kamu mau lahiran disini atau Jakarta ?"
"Disini aja deh, kata Mama juga disini aja, soalnya aku juga udah nggak bisa berangkat lagi kan, udah besar."
"Iya juga ya, ya udah deh disini aja, kamu udah dapet nama untuk anak kita nggak Sa ?"
"Belum, aku mau kamu yang kasih, kan kamu Papa nya ?"
"Apa ya Sa yang bagus, aku bingung."
"Yang penting kamu yang kasih, apapun namanya pasti bagus, lagian kan untuk anak kamu, nggak mungkin kamu kasih nama bedul."
"Emangnya kenapa , kan lucu nama bedul, dul,,dul,,, lucu kan, enak juga di panggil."
"Nggak lah, lucu dari mana coba ? Yang serius dong Bi, nanti anak kita merajuk sama kamu ." Bian ketawa sambil mengelus dan mencium perut Raisa.
"Iya, nanti aku pikirin deh nama yang bagus untuk anak kita ya."
"Bian aku mau pipis dulu ya, kebiasan nih sekarang aku kan suka pipis, kantung kemih aku jadiin bantal untuk dedek." Ucap Raisa. Lalu dia bangkit dari duduk nya. Bian mengangguk, tidak lama Raisa masuk ke toilet, Bian memegang kepalanya, lalu dia memanggil Mama nya.
"Ma, Ma , Ma ?" Teriak Bian.
"Apa sayang ?" Ucap Mama nya yang datang menghampiri Bian.
"Astaga Bian, kamu kenapa Bian ?" Mama nya langsung berlari saat melihat Bian hidungnya sudah keluar darah sangat banyak.
"Bantu Bian ke kamar mandi, Ma. Terus tolong bersihin bekas darah Bian disitu, Ma. Jangan sampai Raisa lihat." Ucap Bian. Mama nya mengangguk lalu Bian masuk ke kamar mandi. Darah dari hidungnya terus mengalir tanpa henti, dia menekan dan mendongakkan kepala nya ke atas. Mama Bian menangis melihat darah anak nya yang dia bersihkan. Sungguh pilu hati seorang Ibu yang harus melihat anak nya menderita sakit seperti ini.
"Ma, mana Bian ?" Tanya Raisa. Mama nya langsung cepat-cepat berdiri dan ke wastafel.
"Ke toilet sayang, katanya sakit perut."
"Oh, Mama sudah selesai masak nya."
"Udah tuh, kamu bantuin Mama susun di meja ya, Mama mau cuci dulu piring kotor."
"Oke Ma." Ucap Raisa.
Bian mencuci muka nya dengan cepat , akhirnya mimisan nya berhenti, dia juga langsung meminum obat nya. Bian tahu nyawa nya sudah tidak akan lama lagi, apalagi dia baru di kasih tahu Kanker nya sudah masuk stadium 3, dan perkembangan tumor nya sudah sangat besar sampai menekan banyak sistem saraf nya, belum lagi sel kanker nya juga sudah menyebar ke bagian lain, seharusnya saat ini Bian sudah di rawat Intensif, tapi Bian bilang jika memang dia memiliki waktu untuk bertahan hidup tidak lama lagi menurut Dokter, dan karena itulah dia lebih memilih bersama Raisa dan anak nya. Akhirnya Dia memohon pada Dokter Lidia, yaitu Mama Frans untuk tidak memberitahukan keluarganya dulu, sampai rencana lamarannya berhasil
Dia keluar dari kamar mandi, dan langsung duduk di meja makan. Akhirnya mereka bertiga makan malam dengan penuh kebahagian.
***
Repost : 08 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone ! [END]
Romance"Bian,,, ahh Bi, Stop, kamu engga pakai pengaman, don't come inside me, or i will kill you. ?" Ucap Raisa saat Bian menghentakkan miliknya dengan hebat ke dalam milik Raisa berkali-kali dengan keras. "You very tight, Sa., I Can't hold it, oh shit, i...