Pukul 11 siang di Singapura.
Setelah keberangkatan mendadak itu akhirnya mereka tadi malam sudah tiba di Singapura. Mama dan Papa Bian, serta Frans dan Raisa.
"Sayang Mama di Singapura, nanti siang Mama kesana ya ?" Ucap Mama Bian di telepon saat menelepon Bian dari kamar hotel.
"Iya Ma." Ucap Bian, suaranya terdengar sangat lemah, Raisa langsung menangis dan memeluk Frans.
Hancur sudah hidupnya mengetahui cinta nya Bian, yang menahan sakit sendirian selama ini, dan dia hanya bisa marah dan menekan Bian dengan ke egoisannya.
"Sabar Sa, kamu harus sabar, Bian kuat dia pasti kuat, aku yakin itu. Dan kamu sendiri harus kuat juga, ingat anak kamu Raisa, anak kamu dengan Bian. Jangan lemah ini demi mereka berdua, kamu adalah wanita terkuat yang pernah aku kenal." Ucap Frans mencoba menenangkan Raisa. Raisa hanya bisa mengangguk sedih.
Pukul 2 siang.
Raisa dan lainnya sudah di rumah sakit. Mama nya mencari tahu kalau Bian sedang duduk di taman, dia akan selalu duduk di taman setelah terapi radiasi dan Kemoterapi. Ketika di rumah sakit, sudah dipastikan kalau benar adanya Mama Frans adalah dokter yang merawat Bian.
Dan ketika sampai di rumah sakit Raisa dan sekeluarga menemui Mama Frans terleih dahulu, kali ini bertemu dengan Mama Frans bukan sebagai Mama dari tunangannya tetapi sebagai Dokter yang merawat Bian.Raisa juga mendengar banyak penjelasan dari Mama Frans, Mama Frans pun juga sudah mengetahui yang terjadi, baik Mama Frans, dan Frans pun tidak akan mengungkit apapun tentang hubungan antara Frans dan Raisa lagi, karena sekarang bukan itu waktu yang tepat.
Raisa di antarkan ke taman. Terlihat disana seseorang sedang duduk menatap langit yang tampak mendung, tidak terlalu bersinar, dia menggunakan penutup kepala untuk menutupi rambutnya yang perlahan rontok di karenakan pengaruh dari kemoterapi. Raisa dan orang yang menatap hal itu tidak ada yang bisa menahan rasa sedih melihat Bian harus menjalani itu semua sendirian.
Raisa berjalan pelan mengarah Bian.
Mama dan Papa Bian, serta Frans dan Mama nya hanya melihat mereka dari kejauhan, air mata mengalir dari mereka semua, termasuk Frans, sungguh dia merasa sakit melihat Raisa seperti ini.
Raisa berjalan dan duduk di samping Bian.
"Bukankah itu foto ku ?" Ucap Raisa yang melihat Bian menggenggam foto nya. Air mata nya terus mengalir di pipi Raisa, Bian tampak terkejut bukan tapi kemudian dia hanya bisa tersenyum sambil menggeleng menatap wanita yang sangat dia cintai itu.
"Kau memang tidak pernah mau mendengarkan ya, tidak bisakah kau bahagia disana tanpa harus melihatku sekarat." Ucap Bian, air matanya pun mulai menggenang.
"Kemarikan tangan mu." Ucap Raisa mencoba setenang mungkin meskipun air matanya masih terus keluar, sambil mengambil tangan Bian dan meletakkannya ke perut buncit Raisa.
"Kau merasa pergerakannya ?" Seru Raisa, Bian mengangguk sambil tersenyum. Wajah Bian sangat pucat dan bibirnya sangat kering. Dia tampak sangat lemas. Raisa tidak tahan melihat Bian seperti ini.
"Sangat keras kan, di laki-laki, dan dia sangat sehat, tapi dia jarang bergerak sekuat ini, tidak pernah sebelum dia datang kesini, dia begitu semangat dan menendang dengan sangat kuat setibanya di sini."
"Kenapa bisa begitu ?" Tanya Bian.
"Karena dia sangat semangat mau bertemu dengan Papa nya ?" Ucap Raisa. Bian melihat nya.
"Bukankah Papa nya bersama dengan kamu di Jakarta ?"
"Tidak, Papa nya disini, Papa nya menghilang, Papa nya jahat karena telah meninggalkan Mama nya sendirian, tapi sekarang dia bahagia bisa merasakan tangan Papa nya untuk pertama kali nya." Ucap Raisa yang tangisan pelannya akhirnya pecah.
"Apa maksud kamu Sa ?" Tanya Bian yang terkejut mendegar perkataan Raisa.
"Ini anak kamu Bian bodoh, ini anak kamu, gara-gara kamu mengeluarkannya di dalam, gara-gara kebodohan kamu aku hamil, dan kamu malah ninggalin aku, dasar Bian bodoh." Raisa memukul pelan Bian sambil menangis dan memeluknya, Bian masih shock mendengar perkataan Raisa.
"Kamu nggak becanda kan Sa ?" Tanya Bian.
"Untuk apa aku bercanda Bian, ini anak kamu, sebentar lagi anak kamu lahir, makanya aku kesini, aku mau kamu di samping anak kita, ketika dia lahir."
"Kamu serius Sa, ini anak aku ?"
"Iya Bian, ini anak kamu sayang, ini anak kamu. Nanti kalau dia lahir kita tes DNA supaya kamu percaya." Ucap Raisa yang sukses membuat Bian menangis tersedu, Raisa langsung memeluk Bian dan mengelus pundaknya.
"Maafin aku, Sa. Maafin aku."
"Nggak usah minta maaf Bian, aku cuma mau kamu janji, janji sama aku kalau kamu tidak akan pernah meninggalkan aku lagi, Jujur aku tidak perduli dengan kematian Bian, semua orang bisa mati kapan saja, aku lebih baik berada di samping mu, menemani mu, bersama mu, dan merawat mu, asalkan kau bersama ku, aku bisa bersama mu, dan aku akan bertahan dengan itu semua, aku akan menerimanya Bian, aku tidak takut kau meninggalkan ku karena kematian, aku lebih takut karena kau meninggalkan ku dengan cara seperti ini Bian, kau berjanji akan bersama ku sampai tuhan memisahkan kita, Bian ? Kau janji ?" Ucap Raisa pada Bian.
"Aku cuma tidak mau menyusahkan mu Raisa ."
"Kau tidak menyusahkan Bian, tidak sama sekali."
"Kau mau menemani ku ?" Tanya Bian.
"Kau gila, tentu saja, kau mau berjanji satu hal lagi Bian ?"
"Apa ?"
"Kita berusaha untuk sembuh, kita jalani semua cara untuk kamu sembuh, sekarang kamu akan menjadi Papa, kamu harus berusaha keras untuk sembuh." Ucap Raisa.
"Tentu, aku akan berusaha untuk sembuh, demi kamu dan anak kita."
"Kamu janji Bian ?"
"Aku janji Raisa ."
"Dan satu lagi."
"Banyak banget si Sa." Ucap Bian yang mengeluh, Raisa tertawa melihat Bian yang memang seperti kembali menjadi Bian nya dulu.
"Bian, kamu mau menikah sama aku ?" Raisa melamar Bian.
***
Repost : 08 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone ! [END]
Romance"Bian,,, ahh Bi, Stop, kamu engga pakai pengaman, don't come inside me, or i will kill you. ?" Ucap Raisa saat Bian menghentakkan miliknya dengan hebat ke dalam milik Raisa berkali-kali dengan keras. "You very tight, Sa., I Can't hold it, oh shit, i...