Terbongkar Semua

33.7K 1.1K 27
                                    

"Apa maksud kamu Raisa ?" Ucap Mama Bian.

"Iya Ma, Raisa hamil anak Bian, Raisa selama ini selalu bersama Bian, bahkan Mas Frans tahu, ini bukan anak Mas Frans, dia hanya mau menanggung beban yang sudah Bian tinggalkan untuk Raisa, dan sekarang Bian berhak tahu dan dia harus bertanggung jawab untuk anak nya." Ucap Raisa.

"Kamu nggak bercanda kan Raisa, apa benar ini, Nak Frans ?" Seru Mama Bian.

"Iya Tante, itu anak Bian , Cucu Tante."

"Jadi Mama katakan dimana Bian ? Raisa harus ketemu Bian Ma ?"

"Raisa, kenapa kamu menyembunyikan itu Nak, kenapa ?"

"Kenapa Mama juga menyembunyikan Bian, kenapa ?"

"Bian sakit Sa, dia sakit parah, dia tidak mau kamu tahu, dia tidak mau kamu sedih dan menderita, dia tidak mau Sa, karena itu dia meninggalkan kamu, karena itu dia memaksa Mama menyembunyikanya, dia tidak mau kamu terpuruk dalam kesedihan karena kehilangan dia." Mama Bian menangis sejadi-jadinya, Raisa terdiam, tanganya gemetar, tatapannya kosong, dan tiba-tiba semuanya tampak berbayang seketika dia tidak sadarkan diri.

Raisa di bawa ke kamar untuk istirahat. Mama Bian mengoleskan minyak kayu putih di hidung dan keninganya, sekitar beberapa menit akhirnya Raisa kembali sadar. Dia langsung menangis tersedu-sedu.

"Katakan ini cuma mimpi kan ?" Ucap Raisa sambil menangis, miris melihat kondisi ini, kenapa semua ini bisa sampai seperti ini.

"Bian dimana, Raisa harus ketemu sama Bian, Bian nggak sakit dia pria terkuat yang pernah Raisa kenal. Bian kuat."

"Tenang nak, minum dulu sayang, kamu harus tenang."

"Nggak, Raisa mau Bian, antar Raisa ke tempat Bian sekarang, Raisa mohon Ma, Pa, Frans."

"Oh Tuhan, anak Mama sayang." Mama Bian memeluknya erat.

"Bian Ma, Raisa mau Bian, Raisa mohon Raisa mau Bian Ma, Mama harus temukan Raisa sama Bian." Mama nya ataupun Papa nya Bian sudah tidak sanggup lagi melihat keadaan Raisa, ini bisa bahaya untuk keselamatan Raisa jika Raisa terus menerus seperti ini.

"Kita harus mempertemukan Raisa dan Bian, Tante." Ucap Frans.

"Tapi Nak Frans."

"Raisa bisa depresi , itu tidak bagus untuk kondisinya dan juga bayinya, bisa bahaya." Jelas Frans lagi.

"Raisa mohon katakan dimana Bian, dan pertemukan Bian sama Raisa."

Mama dan Papa Raisa saling tatap, lalu mengangguk bersamaan.

"Baiklah, Bian di Singapura sayang, dia lagi menjalani Terapi Radiasi dan kemoterapi." Ucap Mama Bian. Dunia Raisa seakan runtuh, hancur berantakan.

"Bian sakit apa kalau saya boleh tau Tante ?" Tanya Frans.

"Kanker Otak, nak Frans. Stadium 2." Frans terdiam. Jadi ini yang terjadi sebenarnya.

"Bian tahu dari dulu kalau keluarganya memiliki riwayat kanker, keluarga dari Tante, Tante memang tidak kena, tapi anak pertama Tante meninggal ketika kecil dan dia mengidap Kanker otak hanya saja dia sangat parah dan menyerang saat dia masih bayi."

"Mama kok nggal pernah kasih tahu kalau Bian punya Kakak ?" Tanya Raisa.

"Karena memang itu sudah terjadi sangat lama, dan Bian juga tidak tahu banyak tentang itu, itu seperti bencana buruk untuk keluarga Mama Raisa, terlebih lagi keturunan itu terjadi dari keluarga Mama, kejadian itu juga terjadi ketika kami belum pindah kesini, jadi Tante benar-benar menutupi hal itu, itu adalah luka terbesar untuk keluarga kami, dan sekarang----." Mama Bian berhenti bicara dilanjutkan dengan tangisnya yang pecah.

"Ma, kita harus kuat Ma, kita harus kuat demi Bian." Ucap Raisa saat ini.

"Semenjak kehilangan anak Mama yang pertama, Mama sangat hancur dan depresi, tapi Tuhan menitipkan Mama anak lagi, awalnya Mama takut hamil lagi karena Mama takut akan kehilangannya lagi, tapi Papa Bian menguatkan Mama, dan akhirnya Mama hamil lagi yaitu hamil Bian, Mama selalu merawat Bian, mengecek kesehatannya dan semua berjalan dengan lancar, tidak ada sel kanker yang tumbuh di otak nya, tapi beranjak dia Kuliah, tumor itu mulai muncul, kami berusaha untuk menyembuhkannya dan melakukan berbagai cara agar tumor itu menghilang, dan akhirnya menghilang, kami sangat bahagia ketika itu, tapi Tuhan berencana lain, dan sampai akhirnya kabar buruk itu  datang kepada kami. Kami mengetahui dari Dokter Pribadi keluarga kami, kalau Cek tahunan Bian memberikan hasil kalau Tumor otak itu tumbuh dan ternyata sudah tumbuh besar, dan mengatakan dia sudah stadium dua, dan tumor itu tumbuh dengan pesat, dia hendak berusaha untuk berobat, katanya dia mau bertahan agar bisa bersama kamu Raisa. Jadi kami ke US, ke Jerman, ke Singapura, kami mencari segala macam cara agar tumor itu bisa di hilangkan, tapi kenyataan pahit lainnya terjadi, Bian di beritahu letak tumor itu, tumbuh tepat di sistem saraf otak nya, yang bilamana jika dia melakukan operasi dia akan Koma, dan untuk sadar sangat kecil kemungkinannya, 90 banding 10 persen, dan kalaupun sadar sistem tubuhnya akan lumpuh dan membuat dia semakin kecil hati untuk hidup, yang dia pikirkan hanya Raisa, dia tahu Raisa sangat mencintainya dan dia tidak mau sampai Raisa tahu . Semenjak itu dia memutuskan untuk pasrah, dia memohon pada kami untuk menyembunyikan ini, Bian memohon agar Raisa tidak tahu. Dia tidak mau Raisa terpuruk untuk nya, dia tidak mau hidup Raisa sia-sia untuk nya, jadi akhirnya kami memutuskan untuk menyetujui keinginanya, dengan syarat dia akan menjalani Terapi radiasi dan Kemoterapi."

"Kenapa Ma, kenapa harus disembunyikan, Raisa merasa tidak berguna, Raisa bisa lebih menyesal kalau sampai terjadi sesuatu dan Raisa tidak bisa ketemu dia sebelum itu, Raisa bisa Gila Ma, seharusnya kalian kasih tahu Raisa."

"Frans, aku mau ke Singapura sekarang juga. Dan aku yakin Mama kamu adalah Dokter yang menangani Bian" Ucap Raisa.

"Dari mana kamu tahu ?"

"Tadi waktu aku teleponan sama Mama kamu, dia cerita tentang pasiennya dan ketika di akhir telepon dia menyebut nama Bian, makanya aku langsung merasakan sesuatu yang mengganjal dan ternyata benar kan."

"Baiklah kalau begitu aku akan mengaturnya, aku akan mengantarkan kau kesana Raisa." Ucap Frans.

Tidak ada yang bisa Frans lakukan lagi, benar dia adalah Tunangan dari Raisa, dia memiliki hak besar untuk Raisa, tapi mendengar hal ini, dan mengetahui yang terjadi tentang Bian sebenarnya, dia juga tidak bisa melarang Raisa, terlebih lagi anak yang Raisa kandung adalah anak Bian. Dia sekarang hanya akan menjalani apa yang terjadi, dan menemani Raisa sampai ujung yang Raisa inginkan, dia tidak akan menahannya, bahkan dia akan melepaskannya jika memang itu yang terbaik untuk Raisa, yang terpenting sekarang hanyalah kebahagian Raisa. Hanya itu.


***

Repost : 08 April 2021

Friend Zone ! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang