12. Hurt

27K 2.9K 2.5K
                                    

Pagi ini dan dua minggu belakangan, kegiatan sarapan di keluarga itu berjalan amat hambar. Bukan karena tak ada percakapan, tapi anggota yang kian sedikit membuatnya tampak sangat sepi. Padahal ruang makan itu sangatlah besar.

"Jennie sudah jarang pulang ke rumah. Apakah dia menjaga diri dengan baik?" gumam Dara sedih. Sejak kesembuhan putrinya pasca operasi waktu itu, Jennie menjadi lebih sibuk dan jarang berada di mansion. Sesekali memang Dara pergi menengok anaknya, namun dia tak pernah menemui Jennie karena ruangannya selalu kosong.

"Tempat tinggalnya bukan disini lagi, tapi di rumah sakit." Ujar Jisoo datar. Mendadak tak nafsu makan mengingat perubahan sikap Jennie yang begitu membuatnya kesal.

"Jisoo-ya, kenapa kau seperti itu? Jennie melakukannya karena itu adalah kewajiban adikmu." Ucap Hyejun yang merasa ada nada tak suka pada suara Jisoo, segera menegur.

"Jika aku tahu akan seperti ini, aku tak akan setuju dia menjadi Dokter. Pekerjaan mulia? Bedebah!" Jisoo berdiri sambil membanting sumpitnya. Berjalan cepat meninggalkan ruang makan itu sebelum dia sempat mengisi perutnya.

Jisoo benar-benar muak dengan perilaku Jennie. Di tambah tak ada yang mengerti jika dia dan kedua adiknya sangat tersakiti dengan sikap Jennie sekarang. Ingin sekali Jisoo nekat terbang ke London saat ini juga lalu memeluk kedua adiknya. Tapi Lisa dan Rosé tak akan suka dengan itu.

"Apakah ada yang tidak beres, Jiyong-ah? Apakah anak-anakmu sedang bertengkar?" tanya Hyejun memastikan setelah terlepas dari rasa terkejutnya akan kemarahan Jisoo.

Dia amat kenal dengan putri sulung Jiyong itu. Jisoo tak pernah murka sebesar ini karena dia cukup pendiam dan lembut. Menurutnya, ada yang tidak beres hingga Jisoo berlaku seperti itu.

"Anak-anak tidak bicara apapun padaku." Jawab Jiyong bingung. Sedangkan Dara sudah meremas lengannya karena sebagai ibu, dia bisa merasa amarah Jisoo kali ini tak main-main.

.......

Lisa hendak membidik setangkai bunga yang indah dengan kameranya. Namun belum sempat mendapatkan gambar yang dia inginkan, tubuhnya kembali menegak. Meringis merasakan punggungnya teramat nyeri.

Dia membasahi bibirnya, melirik pada Jungkook yang juga sibuk membidik beberapa bunga dan objek lain di sana. Mereka baru saja sampai, tak mungkin jika Lisa bilang dia sudah lelah dan ingin pulang.

Alhasil, gadis itu memilih berjalan pelan menuju bangku panjang di taman bunga itu. Duduk disana sembari berdoa agar nyeri di punggungnya segera hilang. Karena saat ini dia cukup tersiksa.

Ingin meletakkan kamera di tangannya ke atas kursi, namun segera mengurungkan niatnya mengingat siapa yang memberikan benda itu. Seketika perasaan Lisa dipenuhi rasa sesak. Ingin sekali menangis karena sangat rindu dengan Jennie.

"Bolehkah aku sakit hati karenamu, Unnie?" lirih Lisa tanpa sengaja menjatuhkan setetes air matanya. Namun secepat mungkin dia segera menghapusnya karena takut Jungkook melihat air mata itu.

Kini Lisa benar-benar meletakkan kamera yang sudah hampir tiga tahun bersamanya. Mulai membuka tas ransel putihnya dan meraih sebuah boneka anak ayam berukuran sama dengan binatang aslinya.

Benda itu masih terawat dengan baik. Lisa selalu membawanya kemanapun karena Jennie sempat berpesan, jika anak ayam itu akan menjadi penggantinya di saat mereka terpisah. Benar-benar Jennie yang manis sebelum semuanya berubah menjadi lebih buruk.

Perlahan, Lisa meraba bibirnya. Memejamkan mata dengan membayangkan masa lalunya bersama sang kakak yang teramat manis. Walaupun galak, Jennie akan selalu menjadi kakak terbaiknya.

Hey, Lisa 2 ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang