23. Time

26.7K 3.1K 619
                                    

Selama dua tahun berkuliah, ini adalah satu-satunya hari libur semester Lisa yang terburuk. Bukan hanya mendapatkan musibah, tapi dia tak bisa menikmati waktu liburnya. Walaupun nanti dia tak akan bisa kembali berkuliah. Tapi saat ini status Lisa masih lah mahasiswi aktif.

Satu hari setelah keluar dari rumah sakit, Lisa nekat pergi secara diam-diam ke Cafe milik keluarga Junhoe. Lisa tidak ingin merasa bosan dan menjadi gila karena tak boleh melakukan apa pun.

"Kenapa tidak ada yang memberitahuku jika kau sudah pulang?" Junhoe datang sembari meletakkan satu potong red velvet dan secangkir cokelat hangat untuk Lisa.

Lelaki yang berstatus sebagai sahabat Lisa itu memang tak tahu menahu perihal kembalinya Lisa ke Korea. Akhir-akhir ini dia sedang sibuk mengurus kuliahnya, dan Ten pun tak memberitahunya walaupun mereka setiap hari bertemu.

"Lalice, kau ada disini?" Ten muncul dengan seragam khas Cafe itu. Ingin mengantarkan pesanan pelanggan namun terkejut dengan keberadaan Lisa.

"Hyung, kenapa kau tak memberitahuku jika Lalice sudah pulang?" tanya Junhoe kesal. Namun pandangan Ten tak teralihkan dari Lisa sedikit pun. Sampai dia tersadar, jika di tangannya masih ada sebuah pesanan pelanggan.

"Aku akan mengantar ini dulu."

Ten berlalu. Meninggalkan Junhoe yang tampak kesal. Juga Lisa yang tak tahu harus menjawab apa. Karena saat ini, Junhoe satu-satunya orang yang tak tahu perihal keadaan Lisa saat ini. Dia memang tak mengabari Junhoe, tapi tidak menduga jika Ten pun tak memberitahu lelaki itu.

"Bukankah kau bilang ingin pulang beberapa bulan lagi, Lalice?" tanya Junhoe sembari duduk di samping Lisa. Bersyukur dia memiliki beberapa karyawan yang membuatnya bisa menemani Lisa mengobrol.

"Rasanya sudah lama sekali aku tidak kemari. Apa ibumu tidak datang hari ini? Aku merindukannya,"

Junhoe mengerutkan dahi bingung ketika Lisa justru tak menjawab pertanyaannya. Lelaki itu memilih diam, memandang wajah sang sahabat dengan dalam. Hingga akhirnya mata Junhoe tak sengaja melihat sebuah gelang berwarna putih di tangan kiri gadis itu saat pandangannya teralihkan dari wajah Lisa.

Lelaki itu menelan salivanya susah payah. Membuka mulut hendak berujar. Namun suara Ten sudah mendahuluinya.
"Siapa yang mengijinkanmu pergi kemari, Lalice?"

Lisa hanya tersenyum tipis menanggapi Ten. Mulai menyeruput cokelat panasnya dengan santai. Tanpa tahu jika dua sahabatnya itu kini sedang merasakan perasaan yang tak nyaman.

Ten bukan tak suka jika Lisa berkunjung. Namun dia tahu jika keluarga gadis itu belum mengijinkannya keluar. Dan Ten bisa bertaruh, jika Lisa pergi tanpa izin karena gadis berponi itu baru saja keluar dari rumah sakit satu hari lalu. Dan kondisinya pun belum bisa dianggap baik.

"Tunggu dulu," sanggah Junhoe pada Ten. Dia menarik tangan kiri Lisa dan meneliti gelang itu lebih dekat lagi. Junhoe tak salah, itu adalah gelang yang sama dengan beberapa tahun lalu. Gelang yang menandakan identitas seorang pasien tetap rumah sakit.

"Lalice, ini---"

"Wae, Junhoe-ya? Kenapa wajahmu seperti itu? Ini bukan masalah serius." Ujar Lisa menarik tangannya.

"Kau---"

"Dia pulang ke Korea karena penyakitnya." Jawab Ten memotong ucapan Junhoe. Yang tentu membuat pria beralis tebal itu terkejut bukan main.

"Pe-Penyakit?" tanya Junhoe terbata. Menatap penuh tanya pada Lisa hanya memilih diam.

"Penyakit itu kembali, Junhoe. Kembali pada uri Lalice dan membawa teman."

Hey, Lisa 2 ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang