29. Request

25.9K 2.9K 436
                                    

Lisa merasa begitu lega karena telah bercerita mengenai banyak hal bersama Yeri. Tadi, mereka saling berbagi kisah kehidupan masing-masing. Bahkan Yeri sampai tak menyangka jika ini adalah kedua kalinya Lisa mengidap kanker.

Sedari dulu, Lisa tak pernah menganggap orang yang membenci dirinya sebagai musuh. Karena orang sejahat apa pun pasti memiliki hati yang baik. Dan Lisa selalu saja bisa meluluhkan hati-hati yang keras itu.

Lisa tak mau memiliki musuh. Sebisa mungkin, Lisa akan menjadikan orang yang jahat padanya sebagai teman. Menurut Lisa, hidup itu singkat. Akan terbuang sia-sia jika kehidupannya di penuhi oleh musuh.

Dalam langkah ringan itu, Lisa terus tersenyum. Dia tak akan takut jika Yeri nantinya bisa membocorkan perihal status Lisa yang sebenarnya. Dia ingin berteman dengan Yeri, dan kunci awal pertemanan adalah sebuah kepercayaan.

Saat hampir sampai di ruang rawatnya, Lisa mengernyit melihat pintu yang terbuka. Seingat gadis itu, dia sudah menutup pintunya rapat. Maka dengan rasa penasaran, Lisa kembali melangkah. Tersenyum lebar melihat Jennie yang berdiri membelakanginya sembari menggigit jari gusar.

Lisa melangkah tanpa suara. Lalu memeluk kakak keduanya itu dari belakang. Yang tentu membuat Jennie tersentak.
"Ya! Anak nakal! Kau dari mana saja, eoh?"

Ketika Jennie ingin melepaskan pelukan itu, Lisa menahannya. Gadis berponi itu meletakkan dagunya di atas bahu sang kakak. Memejamkan mata merasakan hangat yang tercipta di tubuh Jennie.

"Kau... Masih ingat dengan janjimu kan, Unnie?" tanya Lisa yang membuat kebingungan timbul di benak Jennie.

"Janji? Janji yang mana?"

"Kau bilang, akan menuruti keinginanku kan?" barulah saat kalimat itu keluar dari mulut Lisa, Jennie mengangguk paham.

"Apa yang kau inginkah? Katakan. Unnie akan menurutinya." Ujar Jennie mengusap tangan Lisa yang memeluk perutnya erat.

Lisa terdiam sejenak. Dia sudah memikirkan keinginannya ini jauh-jauh hari. Tapi ada keraguan di dalam hatinya. Dan kemungkinan besar, Jennie akan menolaknya. Karena dia tahu bagaimana sifat kakaknya itu.

"Aku tidak ingin dirawat di rumah sakit. Dan... Bisakah kau menggantikan peran Dokter Lee untukkku setelah resmi menjadi Dokter nanti?" Lisa merasa tubuh Jennie menegang. Dan hingga beberapa saat berlalu, gadis berponi itu tak kunjung mendapatkan jawaban. Membuatnya terpaksa melepaskan pelukannya pada Jennie lalu berpindah posisi ke hadapan sang kakak.

"Unnie, aku janji tidak akan merepotkan. Aku hanya... Itu satu-satunya cara agar aku tidak terkurung di tempat ini. Aku bisa mati kebosanan, Unnie. Tolonglah aku. Kau sudah janji untuk menuruti mau ku kan?" Lisa berujar dengan wajah memelas. Permintaannya itu sebenarnya memang hanya dia gunakan sebagai senjata agar Jiyong bisa mengeluarkannya dari rumah sakit. Karena jika Jennie yang meminta dengan gadis itu menjadi pengganti Dokter Lee, jiyong pasti akan mengijinkannya.

"Bukan itu masalahnya Lisa. Aku sudah bilang untuk terus repotkan aku. Tapi... Aku tidak bisa mengambil tanggung jawab besar itu." Pergerakan tubuh Jennie mulai gelisah. Dia sangat ketakutan sekarang.

Dia sadar, dia bukanlah Dokter hebat seperti Dokter Lee. Dia bahkan belum menyandang gelar Dokter resminya. Dan Lisa sangat salah telah memintanya mengambil tanggung jawab yang amat besar. Lisa adalah adik kesayangannya. Jennie ingin Lisa mendapatkan yang terbaik. Dan jawabannya adalah bukan Jennie, namun Dokter Lee. Karena siapa pun di rumah sakit ini tahu, Dokter terbaik disini adalah Dokter Lee.

"Tapi Unnie---"

"Unnie tidak akan melakukan itu. Kau bisa meminta apa pun asalkan jangan hal itu. Dokter Lee adalah yang terbaik untukmu, Lisa-ya. Unnie dan dia tentu jauh berbeda. Jadi mengertilah. Ini untuk kebaikanmu," setelah mengatakan itu, Jennie keluar dari ruangan Lisa. Meninggalkan adiknya yang harus menelan rasa kecewa.

Hey, Lisa 2 ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang