18. Go Home

30K 3K 1.2K
                                    

Hidup itu penuh dengan rahasia. Sebaik apapun rencana manusia, jika Tuhan tak berkehendak maka semuanya tak akan terjadi. Sebaliknya, jika manusia tidak menduga sesuatu akan terjadi kedepannya, kalau Tuhan berkeinginan maka hal itu akan terjadi.

Semua orang tentu memiliki impian. Termasuk Lisa. Karena untuk apa dia pergi jauh dari tanah air jika bukan karena ingin meraih impiannya. Namun sekarang, dia sadar. Impian itu hanya bisa membuatnya sakit karena akan sulit untuk menggapainya saat ini atau mungkin tak akan pernah tercapai.

Saat itu, Jennie sempat mendapatkan mimpi yang buruk tentang adik bungsunya. Seharusnya memang Jennie sudah was-was tentang kondisi Lisa sejak itu. Namun dia teledor, sibuk mengurus orang lain namun lupa jika takdir sudah mengirim tanda tak baik mengenai adiknya.

Dalam mimpi itu, awalnya Jennie sedang memghabiskan waktu bersama Lisa di sebuah taman bunga. Namun tiba-tiba ada sesosok bayangan hitam yang merenggut Lisa begitu saja. Dan setelahnya Jennie benar-benar ketakutan. Maka dari itu, yang dia rasakan kini lebih dari sebuah penyesalan.

"Kenapa hanya diam? Tidak ingin mengajak Unnie mengobrol?" suara itu berasal dari orang yang duduk di samping Lisa.

Ini adalah hari terakhir Lisa menghirup udara London. Karena besok dia dan keluarganya akan terbang menuju Korea Selatan sesuai permintaan Lisa. Tapi sebelum itu, Jennie mengajaknya untuk mengunjungi London Eye. Janji yang sebelumnya sudah Jennie buat untuk sang adik.

Dan disini lah mereka berdua. Menikmati bagaimana sensasi menaiki sebuah bianglala raksasa yang terkenal di London. Menikmati bagaimana indahnya kota London di malam hari dari atas.

"Aku hanya membayangkan bagaimana suasana Korea saat ini. Aku benar-benar merindukannya." Ujar Lisa tersenyum kearah Jennie dengan tulus.

Gadis berpipi mandu yang ada di sampingnya itu nyatanya pernah membuat Lisa kecewa. Sulit untuk menghilangkan luka di hatinya. Namun kasih sayang Lisa untuk Jennie sudah terlalu besar. Dia dapat dengan mudah memaafkan kakaknya itu, terlebih Jennie selama tujuh hari ini selalu merawatnya dengan baik.

Lisa merasa kakak keduanya itu sudah kembali seperti sediakala. Menjadi sangat perhatian, namun terkadang galak. Dan Lisa berjanji tak akan memprotes kegalakan Jennie lagi. Karena saat dia kehilangan itu, dia akan sangat kesakitan.

"Semuanya tetap sama. Tak ada yang berubah." Jennie berujar seperti itu sembari menyampirkan sebuah selimut untuk adiknya. Menarik tubuh kurus itu ke dalam dekapan hangatnya.

Lisa membalas pelukan sang kakak. Menikmati usapan yang Jennie berikan di kepalanya.
"Aku sudah tak sabar, untuk bertemu Tiffany Eomma dan Nenek."

.......

Ini adalah hari ke dua keluarga Kwon kembali menginjakkan kaki di Korea Selatan. Setelah kemarin mereka istirahat dengan baik, kini Dara dan Jiyong memutuskan untuk berkunjung ke rumah sakit guna membawa Lisa berkonsultasi dengan Dokter Lee.

Jennie juga sudah mulai kembali bertugas di rumah sakit. Karena dia tak mungkin meninggalkan tanggung jawab terlalu lama jika ingin cepat melakukan kelulusan resmi dan sumpah dokter.

Sesampainya di ruangan Dokter Lee, Lisa hanya perlu menyerahkan berkas-berkas pemeriksaannya dari rumah sakit London kepada Dokter wanita itu. Menunggu dengan bosan bersama kedua orang tuanya saat Dokter Lee sedang mempelajari masalah yang terjadi pada tubuh Lisa lewat kertas-kertas itu.

"Kita tidak akan mungkin melakukan radioterapi pada Lisa karena akan semakin memperburuk fibrosis parunya. Jadi, aku hanya akan merekomendasikan kometrapi untuk Lisa."

Gadis berponi itu tersentak saat merasa tangannya diremas oleh Dara. Lisa memang sudah menduga jika ibunya itu sangat takut mendengar bagaimana kondisi Lisa saat ini. Terlihat saat mereka dalam perjalanan tadi, Dara terus diam dengan wajah gelisah.

Hey, Lisa 2 ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang