Jennie terbangun saat dering ponselnya berbunyi. Masih dengan mata tertutup, dia mematikan panggilan yang mengganggu itu. Dan saat hendak tertidur, Jennie justru mendengar sesutu yang aneh.
Segera dia membuka matanya. Memandang cemas Lisa yang tertidur di sampingnya. Wajah gadis berponi itu amat pucat pagi ini. Dengan napas yang terdengar sangat berat dan tersengal.
Uhuk~ Uhuk~
Jennie segera bangkit setelah melihat bagaimana Lisa terbatuk dengan wajah yang memerah. Bahkan ada setitik air mata yang menetes dari sudut mata Lisa. Menandakan adiknya itu kini sedang merasakan sakit yang teramat.
"Lisa-ya, Ireona." Jennie mengusap wajah Lisa dengan lembut. Tapi adiknya itu tak segera merespon.
Sampai dimana, Lisa kembali terbatuk. Namun kali ini disertai darah yang begitu banyak keluar dari mulutnya. Membuat Jennie panik bukan main.
"Hey, Sayang. Ayo buka matamu," kali ini, Lisa melakukan apa yang Jennie suruh. Walau terasa sulit, dia berusaha membuka matanya. Ingin mengatakan sesuatu, tapi hal lain terjadi. Untuk kedua kalinya, Lisa mengalami muntah darah, yang tentu ikut mengotori tangan Jennie.
Huek~
Jennie tak tahu harus bagaimana. Mendadak, dia seperti kehilangan nyawanya begitu saja. Dia hanya bisa menangis dalam diam, sambil terus membersihkan darah milik adiknya yang tercecer kemana-mana.
"LISA-YA!" Sampai dimana teriakan menggelegar itu membuat Jennie kembali tersadar. Terlebih saat sang ayah yang sudah rapi dengan pakaian kantor mengangkat tubuh Lisa.
"Apa yang kau lakukan, Jennie? Kenapa hanya diam?" Jiyong membentak anak keduanya, karena melihat Jennie sama sekali tak mengusahakan apa pun di saat Lisa sedang dalam keadaan mengkhawatirkan seperti ini.
"A-Aku--"
"Appa akan membawanya ke rumah sakit. Kau menyusul dengan yang lain." Secepat kilat, Jiyong membawa tubuh Lisa keluar dari kamar. Meninggalkan Jennie yang tergagu menatap darah di tangannya.
Dengan langkah gontai, gadis berpipi mandu itu melangkah. Menuruni tangga hingga tiba di lantai satu. Disana lah dia bertemu dengan Jisoo, Rosé, dan Dara yang sudah tampak segar dan rapi. Tidak seperti dirinya yang sangat berantakan.
"Wae geure, Jennie-ya? Kenapa Lisa bisa seperti itu?" rentetan pertanyaan bercampur isak tangis Dara itu semakin membuat kepala Jennie ingin pecah.
"A-Aku tidak tahu," Jennie menunduk. Menatap tangannya yang bersimbah darah dengan gemetar. Raut wajah kesakitan Lisa bahkan tidak bisa hilang dari benak Jennie sejenak saja.
"Ayo kita susul Appa," Jisoo tidak ingin terbelenggu oleh ketakutan yang membuat mereka hanya terdiam. Akhirnya setelah dia berseru, Rosé, Jennie, dan Dara mengikuti langkahnya. Memasuki sebuah mobil berwarna biru yang beberapa minggu ini dia kendarai tanpa bantuan seorang penjaga.
Jisoo menginjak pedal gas mobilnya setelah Ibu dan kedua adiknya berhasil masuk. Jennie di sampingnya, sedangkan Dara dan Rosé ada di belakangnya. Sama-sama berwajah tegang dan basah karena air mata terus saja mengalir.
Di dalam perjalanan, semua tampak tak ingin bicara. Mereka terlalu terkejut dengan keadaan Lisa yang tak pernah mereka lihat sebelumnya. Sangat membuat mereka takut, hingga bernapas pun terasa begitu resah.
Sampai dimana, ketika Jisoo menoleh pada Jennie. Dirinya lebih tertegun lagi. Adiknya itu tampak terus memandang sendu kedua tangannya dengan tangis tak bersuara. Di antara mereka, tentu Jennie yang paling merasa terkejut. Jisoo tahu, bahkan Jennie mungkin masih di landa rasa kantuk saat menyaksikan rasa sakit Lisa tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa 2 ✔ [TERBIT]
FanfictionPART 41 - 55 DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN Menjadi bagian dari Kwon, adalah hal teristimewa untuk Lisa. Tangis, canda, tawa. Semuanya dia lewati bersama keluarga itu. Kebahagiaan yang keluarganya itu berikan tak akan pernah terlupakan oleh Lis...