Pagi-pagi sekali Lisa harus rela di seret oleh Jennie untuk mendatangi rumah sakit. Padahal dia masih sangat mengantuk. Bahkan belum mandi dan mengganti bajunya. Alhasil saat ini penampilannya benar-benar buruk. Berbeda dengan Jennie dan kedua kakaknya yang tampak segar dan rapi.
"Kau yakin selama ini baik-baik saja, Lisa-ya?" tanya Dokter Lee penuh selidik. Setelah melihat hasil pemeriksaan Lisa yang berbeda dengan penuturan gadis itu, Dokter Lee menjadi heran.
"Tentu---"
"Lihat saja hasil pemeriksaannya, Dokter. Jangan dengarkan omong kosong Lisa. Dia tak akan bicara jujur," Rosé bicara dengan gurat kesal yang sangat terlihat. Setelah mendengar penuturan Jennie pagi tadi mengenai Lisa yang berbohong tentang kondisinya, Rosé benar-benar merasa marah.
Tampak Dokter Lee menghela napasa berat. Lalu tiba-tiba layar LCD yang ada di hadapan mereka menampilkan sebuah hasil rongen paru-paru milik Lisa.
"Kerusakannya semakin parah. Kalian bisa melihatnya sendiri,"Saat ini, Lisa seakan ada di tengah-tengah Kutub Utara. Merasa begitu kedinginan karena tiga pasang mata itu menatapnya tajam. Dia hanya bisa berdoa dalam hati, semoga ketiga singanya tak akan mengamuk nanti.
"Jujur padaku, Lisa. Kau... Pernah mengalami muntah darah kan?" mendengar pertanyaan Dokter Lee itu, Lisa benar-benar tak tahu harus menjawab apa. Menelan salivanya susah payah, Lisa berusaha menoleh pada Jennie yang duduk di sampingnya.
"Jawab saja dengan jujur. Kau tidak suka kebohongan kan?"
Cepat-cepat Lisa kembali mengalihkan pandangan ke arah Dokter Lee, karena saat ini Jennie tampak ingin menerkamnya hidup-hidup.
"Itu... Aku mengalaminya sekali.""Dan kau tidak bicara pada kami, Lisa-ya?" dengan nada tak percaya, Jisoo bertanya pada Lisa. Kali ini, dia sangat kecewa karena tingkah Lisa.
"A-Aku hanya---"
"Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk selalu mengeluh? Apa perkataanku hanya kau anggap angin lalu?" kali ini Rosé yang angkat bicara. Ikut menyerukan kekesalannya pada adik bungsu mereka.
"Kenapa kau selalu mengecewakanku, Lisa-ya." Suara itu lirih, Rosé berujar sembari meneteskan air mata yang perlahan membasahi wajahnya. Lalu detik berikutnya, anak ketiga Kwon Jiyong itu memilih keluar dari ruangan Dokter Lee. Diikuti oleh Jisoo dan Jennie yang sama kecewanya dengan Lisa.
Gadis berponi itu tak berniat mengejar ketiga kakaknya. Karena akan percuma jika dia menjelaskan namun mereka masih dikelilingi rasa amarah. Alhasil Lisa memilih bersandar pada kursi. Membiarkan Dokter Lee menatapnya iba.
"Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Lisa-ya? Jika semakin parah, paru-parumu harus diganti." Pernyataan Dokter Lee itu kembali membuat Lisa menegak.
"M-Mwo?"
.........
Walaupun Lisa bersalah karena membuat keluarganya kecewa, namun sampai saat ini Lisa enggan untuk meminta maaf. Dia hanya sedang kalut memikirkan ucapan Dokter Lee. Transplantasi paru-paru? Lisa tak ingin melakukan hal mengerikan itu.
Menghela napas, Lisa menatap jengah pada lukisan yang berbentuk cukup berantakan. Sedari tadi, tangannya memang terus menggoreskan cat di atas canvas itu, namun mata dan pikirannya justru tertuju ke arah lain. Alhasil, untuk pertama kalinya Lisa membuat sebuah lukisan yang gagal di seumur hidupnya.
"Argh!" Dengan napas memburu, Lisa berdiri dan melempar kuas dan sisa cat hingga mengotori lantai. Amarah gadis itu tiba-tiba meningkat, karena takdir seakan tak ingin berjalan satu jalur bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa 2 ✔ [TERBIT]
FanfictionPART 41 - 55 DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN Menjadi bagian dari Kwon, adalah hal teristimewa untuk Lisa. Tangis, canda, tawa. Semuanya dia lewati bersama keluarga itu. Kebahagiaan yang keluarganya itu berikan tak akan pernah terlupakan oleh Lis...