Setelah kejadian tadi siang, sampai malam ini dia tak bisa tenang sama sekali. Terlebih saat makan malam tadi, Lisa tak mengikutinya. Dara bilang, perut gadis itu sakit. Alhasil Lisa tak bisa ikut makan malam bersama.
Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Jennie bangkit dari duduknya. Berjalan keluar dari kamar dan menaiki tangga menuju lantai dua mansion itu. Setelahnya membuka pintu kamar Lisa yang tidak terkunci.
Semua orang di mansion itu memang melarang Lisa untuk mengunci pintu kamarnya. Hanya berjaga-jaga jika sesuatu terjadi secara tak terduga, dan mereka pasti akan membuang waktu cukup lama hanya untuk membuka pintu Lisa jika dia menguncinya.
Ini masih pukul sembilan malam, dan Lisa sudah tampak tertidur. Jennie menduga itu karena beberapa obat yang diberikan Dara setelah makan malam tadi. Lisa memang akan selalu merasakan kantuk berat melanda jika sudah memakan obat yang menurutnya sangat banyak itu.
"Mianhae, Sayang. Unnie telah menyakitimu." Gumam Jennie mengusap pipi kiri Lisa yang masih tampak memerah.
Dia benar-benar menyesal telah menampar Lisa siang tadi. Bukannya menjaga, gadis itu justru menyakiti Lisa dengan tangannya sendiri. Jennie benar-benar benci pada dirinya sendiri yang selalu tak bisa mengendalikan emosinya.
Jennie menunduk. Mencium sekilas bibir adiknya yang mengatup rapat. Dan saat hendak kembali menegak, tiba-tiba sebuah tangan memeluk lehernya. Membuat Jennie harus terus dalam posisi seperti itu. Memandang dengan jarak begitu dekat pada wajah Lisa.
"Kau membutuhkan sesuatu?" tanya Jennie saat kedua mata Lisa mulai terbuka.
"Hm,"
"Apa yang kau butuhkan? Biar Unnie ambilkan," ujar Jennie ingin melepas tangan Lisa yang melingkar di lehernya. Namun adiknya itu tak melakukan apa yang Jennie inginkan. Justru pelukan di lehernya semakin erat.
"Kau. Pelukanmu."
Jennie terdiam sejenak. Lalu mengambil posisi berbaring di sebelah Lisa. Merengkuh tubuh kurus adik bungsunya itu ke dalam dekapannya.
"Kau... Mau memaafkan Unnie kan?""Aku sudah pernah bilang kan, Unnie? Aku tidak mungkin untuk tidak memaafkanmu. Sekali pun kau membunuhku." Ujar Lisa, sedetik kemudian mendapatkan kecupan berkali-kali di puncak kepalanya.
.......
Sebenarnya Lisa akan berada di rumah selama satu minggu atas izin Dokter Lee. Namun pagi ini kedua orang tua gadis itu harus membawanya kembali ke rumah sakit atas saran Jennie karena sakit di perut Lisa tak kunjung mereda. Bahkan setelah gadis berponi itu mengkonsumsi beberapa obat.
Lisa mau menuruti keinginan Jennie, asalkan kakak keduanya itu tak meninggalkan tugas di rumah sakit lagi. Alhasil, Jennie dengan tak ikhlas pergi menuju rumah sakit terlebih dahulu. Menjalankan tugasnya sebagai asisten dokter, karena beberapa hari sempat lalai.
Beberapa jam setelah kepergian Jennie. Lisa, ditemani oleh Rosè dan kedua orang tua mereka mulai beranjak menuju rumah sakit. Dalam perjalanan, Rosé yang duduk di samping Lisa terus saja mengusap perut bagian kiri atas adiknya. Sedangkan Jisoo hari ini harus menghadiri acara kampus yang mengundangnya.
Lisa memang tidak sedikit pun mengeluh, tapi melihat betapa pucat wajahnya dan keringat yang sangat banyak membasahi tubuhnya. Mereka tentu tahu bagaimana sakit yang di rasakan gadis berponi itu.
Setibanya mobil Toyota Alphard itu di rumah sakit milih Kwon Hyejun, Jiyong secepatnya turun dari pintu depan dan hendak menggendong Lisa yang kini tengah berbaring di bangku mobil. Namun ternyata anak bungsunya itu menolak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa 2 ✔ [TERBIT]
FanfictionPART 41 - 55 DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN Menjadi bagian dari Kwon, adalah hal teristimewa untuk Lisa. Tangis, canda, tawa. Semuanya dia lewati bersama keluarga itu. Kebahagiaan yang keluarganya itu berikan tak akan pernah terlupakan oleh Lis...