15. Choose Her

31.1K 3.2K 2.1K
                                    

Yeri sudah di pindahkan ke ruang rawat sejak lima jam yang lalu. Dimana Jennie terus menemaninya sampai saat ini. Menggenggam tangannya lembut, dan jika Yeri meringis kesakitan maka Jennie akan mengeluarkan suara menenangkannya.

"Unnie, sarapan lah dulu." Suruh Yeri masih dengan suara lemas. Karena saat ini pun dia masih harus memakai nasal canula di hidungnya untuk membantu bernapas dengan baik.

"Aniya. Unnie tidak lapar. Unnie akan menjagamu terus disini," jawab Jennie yang hanya mendapatkan anggukan pelan dari Yeri. Walau sebenarnya dia sangat senang karena Jennie tak ingin meninggalkannya, dia tak bisa leluasa berekspresi sekarang.

Sampai ketika Yeri hendak memejamkan mata, suara berisik dari ponsel Jennie membuatnya mendesah kesal. Ingin sekali gadis itu menghancurkan ponsel mahal Jennie saat ini juga, dan membelikannya yang baru lalu disana hanya ada nomor teleponnya. Tidak dengan orang-orang yang menurutnya pengganggu itu.

"Aku akan mengangkat telepon sebentar," Jennie hendak bangkit dari duduknya, namun Yeri menahan lengan gadis itu.

"Bisakah kau matikan saja?" pinta Yeri membuat Jennie bimbang.

Tapi yang menelponnya saat ini adalah Jisoo. Sulit sekali memghubungi kakaknya itu setelah pertengkaran mereka, dan kini Jisoo menelpon. Membuat Jennie tak ingin menyia-nyiakan kesempatan.

"Maaf, Yeri. Aku harus mengangkatnya. Ini dari kakakku," Jennie memilih melepaskan tangan Yeri dari lengannya. Bangkit berdiri dan menerima panggilan telepon itu.

"Unnie, kenapa ponselmu tidak aktif? Aku sudah berusaha menghubungimu," ujar Jennie menahan kekesalannya pada Jisoo. Dia hanya ingin masalah mereka tak berlarut-larut, tapi seakan Jisoo menghindarinya dan tak ingin menyudahi pertengkaran mereka. Padahal Jennie sudah minta maaf.

Tapi anehnya, Jennie tak langsung mendapatkan jawaban. Justru dia hanya mendengar suara tangis Jisoo yang benar-benar menyesakkan. Dan gadis itu menduga sedang ada yang tak beres disana.

"Unnie, kau menangis? Ada apa?" Bahkan langkahnya yang semula ingin keluar dari ruangan Yeri terhenti karena terlalu khawatir dengan sang kakak. Menunggu jawaban yang tak kunjung keluar.

"Unnie, jawab aku!" Tanpa sadar, Jennie membentak Jisoo. Dia tak bisa melihat atau mendengar tangis saudarinya. Itu akan menyakiti hatinya juga.

"Kau... Pasti senang kan, Jennie-ya?" suara serak Jisoo muncul. Semakin membuat rasa bingung Jennie menjadi.

"Maksudmu apa, Unnie? Bicaralah yang jelas, aku tak mengerti." Jennie bahkan kini sudah meremas ponselnya dengan erat. Hatinya sangat tak tenang, dan ada rasa sesak yang timbul.

"Kau bahagia disana, Jennie-ya? Kau bahagia telah mengabaikan adikmu sendiri?" suara Jisoo terdengar amat menyayat, benar-benar mencekik leher Jennie saat ini.

"Unnie, wae geure?" Jennie bahkan sudah ikut menangis. Frustasi karena rasa tak nyaman di hatinya yang tak juga terjawab hingga saat ini.

"Adik kita sakit Jennie-ya. Lisa sakit,"

Tubuh Jennie menegang, bahkan napasnya seakan tercekat di tenggorokan. Mendengar suara serak Jisoo itu dia benar-benar merasa sesak bukan main.

"Penyakit sialan itu kembali, Jennie-ya. Uri Lisa sedang kesakitan, Jennie-ya." Suara Jisoo kini tenggelam oleh tangis keras. Sedangkan Jennie hanya bisa terdiam, meraba dinding untuk menopang badannya yang ingin ambruk saat ini juga.

"A-Aku... aku akan kesana." Jawab Jennie lalu mematikan sambungan telepon. Melangkah lebar dengan tangis yang mulai keluar secara perlahan.

"Unnie, kau ingin kemana?"

Hey, Lisa 2 ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang