Jennie saat ini sedang duduk di kursi tunggu depan ruang ICU. Dia baru saja memeriksa keadaan Yeri dan kini gadis itu sedang di temui oleh kedua orangtuanya karena kondisi yang sudah cukup baik. Mungkin beberapa jam lagi, Yeri akan keluar dari ICU.
Gadis berpipi mandu itu merogoh ponselnya. Menbuka galeri foto dan memilih sebuah foto yang bergambar dia serta ketiga saudaranya. Mereka sedang tertawa bahagia saat itu. Membuat setitik air mata Jennie jatuh.
"Apakah kesalahanku sangat besar?" lirih Jennie. Air matanya semakin banyak berjatuhan ketika mengingat Jisoo mematikan sambungan telepon secara sepihak kemarin. Menandakan kakaknya itu sangat marah karena Jennie lebih memilih bersama orang lain.
Dalam lubuk hati yang paling dalam, Jennie sangat ingin pergi ke London. Menghabiskan waktu dengan bersenang-senang bersama keluarganya. Tapi di satu sisi, dia tak tega meninggalkan Yeri. Gadis itu terus saja memanggil namanya dengan lirih. Dan menurut Jennie, Yeri lah yang lebih membutuhkannya saat ini.
Jennie pikir, mereka bisa bersenang-senang di lain waktu. Tapi bersama Yeri? Jennie belum tentu bisa melakukannya di masa depan. Karena kesembuhan gadis itu tak bisa di raih dengan mudah. Penyakit Yeri semakin menjadi, dan maut perlahan mulai menghantunya.
"Aku akan menebus kesalahanku, nanti. Aku janji," gumam Jennie mengecup layar ponselnya. Membayangkan betapa senangnya keluarga gadis itu saat ini yang sedang menikmati keindahan London.
.......
Mereka memang sedang menikmati berbagai tempat wisata di London. Namun nyatanya hati mereka justru merasa hambar. Setiap saat terus saja memikirkan Jennie yang jauh disana. Bersama dengan orang lain.
Jiyong dan Dara bahkan tak bisa mengerti arah pikiran anak kedua mereka itu. Di rumah sakit bahkan banyak sekali Dokter yang bisa diandalkan. Namun kenapa Jennie harus turun tangan langsung? Lagipula, saat ini Jennie hanyalah asisten Dokter. Seharusnya tak diberi tugas yang sangat berat.
Kebersamaan keluarga Kwon kini sudah jarang terjadi. Seharusnya Jennie mengerti itu. Lisa dan Rosé begitu mendambakan kedatangannya, namum harus pupus begitu saja.
Mereka benar-benar tak bisa menghilangkan kekesalan pada Jennie sedetik pun. Walau mulut tertawa, hati selalu menangis melihat jarak yang tercipta. Jennie yang dulu telah berubah. Tak sama lagi.
"Ini sudah malam. Ingin pulang sekarang?" berbagai tempat sudah mereka datangi, dan kini Jiyong hendak mengajak anak dan istrinya pulang. Karena rencananya besok mereka akan kembali mendatangi betbagai tempat.
"Aku ingin ke London Eye? Bisakah?" pinta Lisa menatap kedua orang tuanya. Dan tanpa seorang pun tahu, Rosé sudah mengepalkan tangannya erat. Menahan diri untuk tidak menangis.
Sehari sebelum kedatangan keluarganya ke London, Rosé dan Lisa sudah mengumpulkan daftar berbagai tempat wisata yang akan mereka tuju. Lisa sangat antusias menyebut London Eye sebagai rekomendasi darinya. Gadis berponi itu ingin mengenang kejadian di pasar malam beberapa tahun silam. Dimana mereka sedang menikmati indahnya malam dari dalam bianglala.
London Eye memiliki bentuk yang sama dengan bianglala. Namun lebih besar dan menakjubkan. Tempat impian Jennie yang belum dia datangi sampai sekarang. Namun nyatanya, kakak mereka itu tak akan pernah merasakan bagaimana indahnya London Eye.
"Baiklah. Nanti Appa dan Eomma akan menunggu di mobil. Biar kalian saja yang naik,"
Jiyong mulai melajukan mobil milik Rosé membelah jalanan indah London. Mengikuti kemana arah maps di ponselnya. Dan tak perlu memakan waktu yang lama, mobil mewah itu akhirnya sampai di tempat tujuan.
![](https://img.wattpad.com/cover/229020415-288-k950954.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Lisa 2 ✔ [TERBIT]
FanfictionPART 41 - 55 DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN Menjadi bagian dari Kwon, adalah hal teristimewa untuk Lisa. Tangis, canda, tawa. Semuanya dia lewati bersama keluarga itu. Kebahagiaan yang keluarganya itu berikan tak akan pernah terlupakan oleh Lis...