Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Irene masih terduduk dengan terus memejamkan matanya, bayangan tentang permainan Lisa dan Jennie masih terus berputar-putar hingga membuatnya merasakan sesuatu yang aneh.
Ceklek... Pintu ruangan Irene terbuka, Irene tau siapa yang datang dan ia tak melakukan apapun dan masih asik dengan menutup matanya.
"Ada yang bisa saya bantu bos?" Tanya seseorang yang ternyata adalah Lisa.
Irene langsung membuka matanya, menatap dengan lekat pada wajah tampan brondong di hadapannya ini.
"Apa Seulgi punya pacar?" Irene membuka suara, kini ia berdiri menghampiri Lisa.
"Punya bos." Lisa menjawab dengan yakin, karna memang Seulgi memiliki pacar.
Setelah di hadapan Lisa, Irene langsung menarik tangan Lisa untuk duduk di sofa empuk yang berada di ruangannya. Mereka tampak sangat intim dalam posisi duduknya dan membuat Lisa tak nyaman.
"Siapa?" Lanjut Irene yang sedang berbasa basi pada Lisa. Tangan Irene kini sudah bertengger dengan indah di paha Lisa.
"N...nnaamanya Joy Bos, teman sekolah kami." Lisa yang kaget dengan tingkah Irene akhirnya merasa gugup.
"Apakah gaya pacarannya sama seperti gaya pacaranmu dengan Jennie?" Kini tangan Irene tak hanya diam dengan manis di paha Lisa, melainkan sudah berani untuk mengelus paha Lisa.
Sungguh Lisa tak nyaman dengan ini semua, Lisa adalah lelaki normal apa lagi ia belum lama bercinta dengan Jennie, ia tak mau libidonya meningkat hanya karna elusan tangan Irene di pahanya.
"Mamaa....ksud Bos apa ya?" Lisa semkain gugup, ia sangat sulit mengendalikan dirinya.
"Bagaimana rasanya bercinta di depan gudang dengan gaya berdiri dan tergesa-gesa, apa itu nikmat Lisa?" Mulut Irene seperti tak memiliki rem, ucapannya sangat tak terkendali.
Deg... Lisa seketika menegang, keringat dingin mulai bercucuran, ia tengah tertangkap basah melakukan hal menjijikan di depan gudang. Lisa hanya diam tak menjawab apapun, rasanya Lisa ingin berlari sekencang mungkin untuk menghindari Irene.
"Bisakah aku merasakan kenikmatan yang Jennie rasakan tadi Lisa?" Pertanyaan yang aneh, namun bukan itu masalahnya, masalahnya adalah tangan Irene yang semakin masuk ke dalam paha Lisa.
"Ma...maaf bos tidak begini, saya ga bi...sa bos mamaaf." Jawab Lisa dengan terbata-bata, demi panci cenel Jennie yang bolong Lisa sangat takut pada Irene.
Ceklek.... Ruangan Irene kembali terbuka dan masuklah Seulgi, sedangkan Irene berhasil menarik tangannya di paha Lisa sebelum Seulgi sempat melihatnya.
*Makasih Seul, lu emang sahabat terbaik gue." Batin Lisa dengan menghela nafas panjang.
"Lho ada Lisa, lagi ngapain Li di kantor kakak gue?" Tanya Seulgi yang merasa heran dengan keberadaan Lisa.
"Itu Lisa katanya mau ngundurin diri Seul, ga tau tuh temen kamu." Bukan Lisa yang menjawab, Justru Irene yang menjawab dan jawaban itu membuat Lisa dan Seulgi kaget.
"Lu kenapa ngundurin diri Li? Lu udah dapet kerjaan baru?" Tanya Seulgi pada Lisa.
Lisa hanya diam bingung harus menjawab apa, Lisa tak mungkin keluar dari restoran ini, namun mengapa Irene justru mengatakan itu pada Seulgi, atau apakah Irene marah karna Lisa menolak tadi.
"Nanti gue jelasin Seul, sekarang gue mau kerja dulu. Permisi bos." Ucap Lisa yang lalu pergi meninggalkan ruangan Irene.
Irene hanya tersenyum miring, salahkan Lisa dan Jennie mengapa harus membuat Irene melihat permainan menjijikan itu. Irene jadi menginginkan Lisa.
"Ka itu Lisa kenapa sih?" Tanya Seulgi yang masih penasaran.
"Belum ngasih tau alasannya, kamu keburu dateng tadi." Jawab Irene yang kini kembali duduk di kursinya, membuka laptop dan kembali mengerjakan sesuatu.
***
Seperti tak pernah terjadi sesuatu antara Irene dan Lisa semua tampak baik-baik saja terutama Irene. Lisa setiap hari selalu menghindari dari Irene dan Irene tak peduli itu.
Ngomong-ngomong ini sudah 3 bulan berlalu setelah kejadian itu, dan sudah jelas Jennie kini berada di mana. Hubungan Lisa dan Jennie baik-baik saja sampai usia 3 bulan mereka LDR dan mereka selalu menyempatkan waktu sesibuk apapun itu saling memberi kabar.
Saat ini Lisa sudah berkuliah tentu saja dengan beasiswa yang ia dapatkan. Lisa hanya bekerja paruh waktu seperti saat ia masih sekolah jadi pertemuan dengan Irene tak sesering dulu saat Lisa masih menganggur karna perkuliahan belum di mulai.
"Li, besok ada yang mau ulang tahun di resto, katanya anak pengusaha gitu. Jadi bos Irene butuh lebih banyak karyawan." Ucap Wendy ditengah-tengah sibuk memasaknya.
"Kebetulan besok kelas gue cuma 1 Wen, jadi bisa lah gue tepat waktu ke resto." Jawab Lisa yang sedang memotong sayuran untuk dimasak oleh Wendy.
Hari ini Lisa sedang tak bersemangat, sejak pagi Jennie tak ada kabar bahkan pesan-pesan yang dikirimkan Lisa tak satupun yang Jennie balas, padahal baru semalam mereka asik Video Call sambil mandi, tentunya mereka sengaja melakukan itu karna rindu ingin saling melepas hasrat yang tertahankan selama 3 bulan ini.
"Jangan ngelamun Li, ada bosm" Wendy yang melihat Lisa tak fokus langsung berbisik jika bos sedang memantau mereka di belakang sana.
Lisa tak bergeming, ia masih asik dengan dunianya sendiri. Dunianya yang dipenuhi oleh Jennie kekasih hatinya yang paling ia cintai.
Lisa melirik jam yang ada ditangannya, sudah jam 9 malam dan jam kerjanya akan habis dalam waktu dekat. Lisa melirik Irene yang ternyata sedang menatapnya diam-diam. Lisa lalu menggelengkan kepalanya menyadarkan dirinya sendiri jika Lisa milik Jennie dan hanya milik Jennie, seberapa banyaknya orang yang coba menggoda dan mendekati tetap Lisa harus kuat.
Dret...dret... Hp Lisa bergetar, diam-diam Lisa mengambil Hp dalam saku celananya, Lisa tersenyum kala mendapatkan pesan dari Jennie, ia buru-buru membuka pesan Jennie karna rindu yang semakin menggebu. Namun senyum Lisa luntur seketika saat ia membaca pesan yang Jennie tuliskan. Hatinya sakit dan bergemuruh, kakinya lemas seakan ia tak sanggup lagi menopang badannya, Ac yang dingin tak mampu membuat keringat mengucur jadi mengaring. Lisa kini tak berdaya.
Air mata jatuh tak tertahankan, Lisa tak peduli dengan sebutan dan ledekan suatu saat nanti untuk dirinya karna menangis saat bekerja.
"Yank..." Gumam Lisa lalu ia segera pergi ke ruang ganti.