Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lisa tak berkedip sejak tadi, pandangannya lurus ke depan melihat sang anak di balik jendela ruangan anak, hatinya terasa nyeri melihat anak cantik nan mungil itu terlahir tak memiliki seorang ibu, apakah bisa Lisa membesarkannya sendiri tanpa Irene? Hidup Lisa saja sangat bergantung pada Irene lalu bagaimana cara Lisa menjaga dan merawat baby Celine seorang diri?
Lisa kembali menitikan air mata, rasanya baru tadi pagi ia dan sang istri duduk bersama bercanda, membicarakan semua hal yang membahagiakan terutama tentang mereka yang sangat menantikan kelahiran putri pertamanya.
"Li, ka Irene udah siap buat dibawa ke tempat istirahatnya. Ayo kita ke sana biar baby Celine suster yang jaga." Seulgi datang dan memberitahukan Lisa jika Irene akan segera di makamkan.
Seulgi mendorong kursi roda Lisa, sedangkan Lisa masih diam dan menatap kosong ke depan. Sungguh Lisa tak mau jika harus berjauhan dengan Irene, namun semua adalah takdir, Irene menitipkan buah cinta mereka pada Lisa yaitu Celine, anak cantik yang sangat mirip dengan Irene.
"Daddy..." Panggil Brian yang ada dalam gendongan Jennie.
Lisa tersenyum lalu merentangkan tangannya, bermaksud menggendong Brian.
"Biar Brian aku yang gendong Li, kaki kamu masih sakit." Tolak Jennie yang melihat jika kaki Lisa bermasalah.
Lisa menggeleng, ia tetap kekeuh ingin membawa Brian dan mendudukan Brian dipangkuannya.
"Dad maafkan Brian, karna Brian Bunda jadi pergi." Ucap Brian dengan menangis di hadapan sang ayah.
Lisa menghapus air mata yang mengalir di pipi anak pertamanya ini.
"Jangan menyalahkan diri Brian ya, semua memang sudah takdir Tuhan. Ayo kita antar Bunda ke tempat peristirahatan terakhirnya. Boleh kan Jen?" Lisa menenangkan sang anak, Lisa tak mau Brian hidup dalam penyesalan, ia pun meminta izin pada Jennie untuk membawa Brian ke pemakaman.
"Iya, biar aku temani juga." Jawab Jennie lalu ia berjalan di depan Lisa.
Mereka semua sudah dalam perjalanan menuju pemakaman, Lisa terus mengeluarkan air matanya sedangkan dengan sigap Brian menghapusnya.
"Brian harus jadi anak baik untuk Daddy, jika perlu Brian akan menjaga Dd Bayi dan Daddy juga." Ucap Brian dalam hati, anak kecil berumur 5 tahun ini sungguh sangat dewasa dalam berpikir.
Kini mereka sampai di pemakaman, jenazah Irene sudah siap di samping liang lahat, semua doa dipanjatkan oleh seorang kiyai, memohon maaf apabila Irene memiliki salah selama hidupnya. Saat jenazah akan di turunkan, tangis Lisa pecah, Lisa berteriak seperti orang gila, ia tak terima sang istri dikuburkan. (Aku pakai pemakaman Islam ya)
"Baby, baby jangan tinggalin aku, aku mohon bangun Baby." Teriak Lisa dan ia terus mencoba merangkak menghampiri Irene, tak peduli betapa sakitnya kaki efek patah.
"Lisa nak sabar sayang, relakan Irene pergi." Ibu Lisa mencoba menenangkan sang anak yang sangat hancur.
"Ga Bu, dia ga boleh pergi, bagaimana aku hidup dengan Celine jika tanpa Irene.
Namun pemakaman harus tetap berjalan, Irene tak boleh berlama-lama karna ia akan tersiksa nantinya. Lisa di bopong pergi oleh Seulgi dan Jaehyun, lalu di ikuti Rose, Ibu Lisa, Jennie dan Brian.
"Li denger gue, lu harus ikhlasin ka Irene, kasian ka Irene ga akan tenang di sana kalau elu kaya gini. Lu harus bangkit semua demi Celine." Seulgi mendekap erat tubuh sang sahabat sekaligus kaka iparnya ini.
Bukan hanya Lisa, Seulgi pun sama sakitnya, namun Seulgi mencoba tegar di hadapan semua orang, jika Seulgi ikut lemah lalu siapa yang akan menguatkan Lisa dan kedua orang tuanya.
Lisa masih menangis, namun tak sehisteris tadi. Brian datang mendekat dan mengelus kepala Lisa yang ada dalam dekapan Seulgi.
"Brian janji akan jaga Daddy dan Dd Celine, Brian akan jadi anak dan Kakak yang baik untuk Daddy dan Dd." Ucap Brian dengan terus mengelus kepala Lisa.
Lisa mengangkat kepalanya, ia lihat Brian sedang tersenyum dengan terus mengelus kepalanya.
"Brian jangan tinggalkan Daddy ya, temani Daddy dan Dd Celine." Ucap Lisa seperti anak kecil yang tak ingin ditinggalkan.
"Ne, Brian janji. Brian akan Izin pada Mommy untuk tinggal bersama Daddy, pasti Mommy akan mengizinkannya. Daddy tenang aja." Jawab Brian yang menenangkan Lisa, sedangkan diam-diam Brian melirik Jennie yang berekspresi kaget mendengar ucapan sang anak.
Brian terus menenangkan Lisa, bak orang yang tertukar mereka ini, Brian mendadak dewasa sedangkan Lisa seperti kekanak-kanakan yang sangat tenang dimanja oleh Brian.
"Jen, kenapa Brian dewasa banget sih, dia tau lho gimana cara buat nenangin Lisa." Bisik Rose dengan haru, ia terharu melihat anak dan ayah itu saling menguatkan.
"Brian emang tumbuh jadi anak yang dewasa sebelum umurnya, mungkin karna selama 5 tahun dia hidup cuma sama aku aja Rose, dia jadi anak kuat dan bisa melindungi." Jawab Jennie dengan tersenyum bangga.
Brian dan Lisa kini kembali ke rumah sakit setelah pemakaman, karena mereka berdua memang masih dalam perawatan. Brian memaksa untuk disatu kamarkan dengan Lisa, ia sangat keras kepala meskipun Jennie terus membujuk agar Brian tak mengganggu Lisa yang harus banyak beristirahat, namun Brian terus memaksa hingga akhirnya Jennie mengalah. Disisi lain Jennie tak enak karna takut dianggap buruk oleh keluarga Irene, ia takut dituduh mengambil kesempatan untuk berdekatan dengan Lisa.
Lisa dengan senang hati menyetujui keinginan sang anak, meski sedang berkabung, hatinya sakit tapi Brian adalah anaknya yang harus tetap ia urusi juga. Lisa tak mau sampai mengabaikan kedua anaknya, semua adalah prioritas Lisa saat ini, Lisa harus bangkit dan mengurusi kedua anaknya, meski berbeda ibu mereka tetap darah daging Lisa.
"Lisa maaf kalau Brian jadi ganggu istirahat kamu." Ucap Jennie dengan menunduk tak enak.
Lisa tersenyum lalu ia menggeleng. "Jangan lupakan kalau Brian anakku Jen. Jen ada yang ingin aku bicarakan." Ucap Lisa dengan serius.
"Apa Li?" Jawab Jennie yang penasaran.
"Irene ingin kamu membantu untuk mengurusi Celine, jika kamu mau bantu aku sesekali saja, tapi jika kamu sibuk aku paham." Lisa mengatakan apa pesan terakhir dari mendiang istrinya itu.
"Aku pasti bantu untuk urus Celine, kamu jangan khawatir dan sungkan ya." Jawab Jennie dengan tersenyum manis.
Jennie terdiam sejenak menanti apakah ada hal lain yang akan Lisa sampaikan padanya, namun kenyataannya Lisa kembali bungkam dan melamun. Jennie pikir Lisa akan mengatakan jika Irene meminta Lisa untuk menikahi Jennie, namun semua itu tak keluar dari mulut Lisa, sungguh Jennie terlalu banyak berharap pada sesuatu yang tak mungkin.
"Jen." Panggil Lisa tanpa melihat ke arah Jennie.
"Iya Li?" Jawab Jennie yang sedang mengelus kepala Brian.
"Irene sedang apa ya? Apa Irene merindukanku? Aku rindu pelukan dan ciuman Irene, sangat rindu Jen." Ucap Lisa dengan menitikan air matanya lagi.
Jennie hanya diam, ia ikut menangis namun entah menangisi apa. Ia memang tak menyangka Irene pergi secepat ini, namun Jennie semakin yakin bahwa tak ada cinta tersisa di hati Lisa untuk Jennie.