Alano dan Alain sedang menunggu kedatangan Adik perempuan mereka di depan kampus. Namun sudah hampir lima belas menit gadis itu masih belum menampakkan batang hidungnya.
"Ade lo nyangkut di mana dah? Perasaan ga nongol-nongol."
"Mana gue tau Bang, tau sendiri tuh bocah leletnya naudzubillah," jawab Alain malas. Bahkan telponnya saja tidak pernah di angkat oleh Arum.
Kedua kembali terdiam. Sibuk memainkan ponsel masing-masing. Alain dengan aplikasi YouTubenya sedangkan Alano sedang cengar-cengir berbalas chat dengan Nana, sang pujaan hati.
Beberapa saat kemudian Arum yang ditunggu telah berdiri di hadapan mereka dengan penampilan yang cukup berantakan dan rambut awut-awuttan.
"Buset... Kamu habis kena angin apa Dek?!" alano membantu menyingkirkan daun kering yang menyangkut di rambut Arum.
"Demi satu pack permen kaki Arum rela manjat tembok belakang sekolah biar sampe di sini," matanya berbinar senang.
Alano melototkan matanya. "Jadi kamu bolos?!"
"Ya iya lah. Kalo ga bolos mana bisa Arum sampe di sini."
"Ya ampun secuil. Kan kamu bisa ke ruang TU buat minta izin."
Bibir gadis itu cemberut. "Kakak ga bilang gitu tadi. Jadi Arum ga tau."
"Astagfirullah," alain meraup wajah Adik perempuan nya gemas.
"Bang, liat gimana nih bocil bisa bantuin gue ngomong sama Pak Barra. Kalo buat ijin ke TU aja dia perlu di bilangin dulu.""Tenang aja kali. Arum ini pinter debat, jadi lo yang anteng. Biar Adik perempuan kita yang bertindak. Iya ga Dek?"
"Iya dong Bang. Mana dosen yang udah marahin Kakaknya Arum. Biar Arum jadiin perkedel tempe."
Melihat itu Alano mengacak rambut Arum gemas. "Cuma bantuin ngomong. Jangan sampe ribut."
"Udah ayo kita ke sana," alain menarik pelan pergelangan tangan Arum.
"Gue ga ikut yah. Mau nyamperin Nana."
"Oke," saut Alain mengacungkan jempolnya ke arah Ano.
"Permen kakinya mana Kak?"
"Kalo misi kamu udah selesai Kakak bakal langsung kasih tanpa di angsur."
Mata Arum memicing tajam. "Minta satu dulu buat depe."
"Nanti aja."
"Ya udah Arum ga jadi bantu!" teriak Arum kencang. Menghempas cengkeraman tangan Kakaknya. Lalu melipat tangannya di depan dada dengan wajah cemberut.
Teriakan itu mampu membuat semua pasang mata yang memang berada tidak jauh dari keberadaan mereka mengintai penasaran. Lebih tepatnya ke arah Arum yang menggenakan seragam SMP.
"Nih, nih ambil." alain memberikan satu buah permen kaki agar Adiknya tidak lagi kesal.
"Satu lagi," Paksa Arum menodong kan telapak tangannya dengan senyum menyebalkan.
"Agak ngelunjak ya," ketus Alain menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Tangannya kembali memberikan satu permen kaki pada Arum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arumanis
Ficção Adolescente[Sebagian chapter di privat, follow untuk membacanya] [ Sequel dari ' Suami Kampret!' ] Ini tentang Arum, Putri Bungsu dari sepasang Suami Istri bernama Alaric dan Qiana. Arum yang cantik, polos dan naif membuat sebagian laki-laki terjerat pesona se...