9. Arumanis

7.4K 689 58
                                    

Sedari tadi Alain selalu mematikan panggilan masuk dari Diva. Perlu kalian tau, Diva itu bukan pacarnya tapi hanya gebetan. Dan ternyata membawa Diva ke rumah sudah berdampak besar pada hubungan dengan sang Adik perempuannya hingga renggang, jadi untuk apa melanjutkan semakin jauh?

Rasanya ia ingin menangis saja, entah bagaimana lagi cara yang harus ia lakukan untuk bisa mendapat maaf dari Arum.

Ia Rindu Arum yang banyak tinggkah, atau bahkan rengekkan meyebalkan Adik perempuannya saat ingin membeli skin care atau alat makeup agar dibelikan dengan uangnya.

Pokoknya ia rindu semua kebiasaan gadis pecicilan yang tidak bisa diam macam Arum itu.

Sudah terhitung empat hari ia tidak banyak bercengkerama dengan Ar, dan empat hari itu adalah rekor terlama yang membuat hari-harinya hampa.

Tidak jauh berbeda pula Alano yang sampai tidak nafsu makan, meskipun sarapan dan makan malam langsung dibuatkan oleh Arum sendiri, tapi tetap saja Adik kecilnya membuat itu dengan hati yang terselimut rasa jengkel.

Sedangkan Arum yang sedang di galaui oleh Kakak kembarnya malah terlihat baik-baik saja, di atas kasurnya berserakan gula-gula serta permen kaki yang ia dapat dari Barra.

Layar leptopnya menayangkan sebuah film drakor, yang ia dapat dari rekomendasi Sita.

Ceklek...

Arum langsung menatap pintu kamarnya, ketika mengetahui Kakak kembarnya lah yang masuk, segera saja ia langsung menutup cepat layar leptopnya. Bisa habis diceramahi ia kalau tau menonton drakor.

"Kenapa? Ko pada masuk ke kamar Arum sih."

"Keluar yu, ke pasar malem," ajak Alano tersenyum hangat.

"Ga ah, Arum mager."

Alain duduk di pinggir ranjang. "Kakak sama Abang nanti yang bayarin, kamu pilih apapun yang mau dibeli, tenang aja."

Manik mata Arum langsung terlihat minat. "Ga boong kan?"

Senyum Alano dan Alain mengembang, sepertinya ada jalan untuk mereka mendapat maaf dari Arum. "Beneran," jawab keduanya semangat.

Mata Arum memicing, turun dari ranjang. Tangannya berkacak pinggang. "Tapi Abang, sama Kakak ga bakal bawa pacar kan? Entar Arum jadi nyamuk lagi kaya tadi."

"Engga sayang." lagi-lagi si kembar menyahut serempak.

Arum tersenyum cerah, berjalan ke arah kamar mandi. "Tungguin, Arum mau mandi sama dandan dulu ya."

Senyum kedua pemuda itu terbit haru, mereka bertos ria karena rencananya berhasil, tinggal menyiapkan dana untuk memanjakan Adik perempuan kesayangan mereka.

*

Arum berdiri di depan kaca full bodynya, berlenggok centil, membenarkan tatanan poni doranya serta memoles sedikit pelembab bibir hingga terlihat mengkilap.

"Sekarang Arum udah cantik, waktunya Jajan," monolognya sendiri tersenyum cerah, memakai tas selempang nya kemudian berjalan keluar rumah.

Kakinya melangkah keluar setelah mengunci pintu rumah dari luar, membuka pintu belakang mobil dan menutupnya. "Berangkat!" serunya bahagia.

Alano mulai menancapkan gas, melaju pergi dari pekarangan rumah, tidak hentinya ia dibuat gemas akan penampilan menggemaskan Arum.

Pantas aja Dosennya bisa terpesona dengan gadis pecicilan macam Arum.

"Kalian beneran punya uang buat jajanin Arum kan?"

"Iyaa punya."

"Kalo Arum jajannya banyak ga papah?"

ArumanisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang