4. Arumanis

8.7K 764 35
                                    

Brakkk....

Alano dan Alain yang memang sedang melamun langsung terkejut, remaja kembar itu langsung menolehkan ke kursi belakang mobil, di mana Adiknya sudah duduk manis dengan wajah tidak bersalahnya.

Mata Arum meneliti penampilan Kakak kembarnya yang terlihat rapih. Memakai jas berwarna hitam dengan tatanan rambut klimis. "Abang, sama Kakak ko jadi kaya Papa si?"

Alano langsung melengos kembali ke depan. Mulai menyalakan mesin mobilnya meninggalkan gedung sekolah Arum. Berbeda dengan Alain yang masih memberikan tatapan mematikan pada Adik perempuannya.

Bibir Arum mengerucut. Menggeplak wajah Kakaknya dengan telapak tangan cukup kencang, ia tidak suka di tatap seperti itu.

"Ga sopan kamu!" judes Alain memukul kepala Arum dengan botol air mineral yang sudah kosong.

Dengan tangkas Arum merebut botol itu, balas memukul kepala Alain beberapa kali dengan semangat.

Alain segera berpindah duduk ke belakang. Menjewer telinga Arum kencang, perlu kalian tau kelemahan anak gadisnya Bapak Alaric dan Ibu Qiana itu di bagian telinga.

Mata Arum langsung berkaca-kaca, menerjang Alain dengan pelukan. Wajahnya tenggelam di dada bidang Alain. "Ampun, jangan jewer telinga Arum lagi. Hiks..."

"Jangan nakal mangkanya," sebal Alain melepaskan jeweran nya pada kedua telinga Arum yang kini terlihat memerah, beralih mengelusnya.

Alano yang sedang mengemudi menggelengkan kepalanya pelan. Ketimbang dengannya, Arum lebih sering berantem dengan Alain. Mengingat keduanya sama-sama jail juga tidak mau diam, hingga sering kali terjadi perselisihan dalam jangka waktu yang tidak lama.

Alano keluar dari mobil lebih dulu. Membuka pintu belakang. Ia lakukan khusus untuk Arum. "Manis ayo ke luar."

Arum mengurai pelukannya dengan Alain, beralih menatap kesal pada Alano. "Jangan panggil manis, Arum kan bukan kucing tetangga."

Tawa Alain meledak. Mengacak rambut Arum sehingga berantakan. Sedangkan Alano sudah keki sendiri mendengarnya.

Arum keluar dari mobil. Berjalan mengekor tepat di belakang kedua kakak kembarnya. Mengucek pelan kedua matanya yang terasa buram karena menangis, bibirnya yang tadi cemberut kini tersenyum lebar ke arah gedung yang ada di hadapannya.

Dengan semangat juang yang menggebu-gebu, Arum berlari heboh menerobos di tengah-tengah, di mana kedua Kakak kembarnya berjalan berdampingan tadi. Langsung masuk ke dalam butik itu.

"Kelakuan Adik lo Bang!"

"Adik lo juga."

Keduanya berjalan masuk menyusul, menyuruh pegawai di sana memilihkan sebuah dress yang cocok untuk Arum, meminta mereka sekalian mendandani Arum secantik mungkin.

Beberapa saat kemudian, Alano dan Alain di buat terpesona oleh Adik perempuan mereka. Dress sebatas mata kaki tanpa lengan, menjadikan kulit Arum yang memang putih semakin bersinar. Rambut sebahunya yang pendek tertata indah, dengan riasan wajah yang natural.

"Semua biayanya jadi 5jt."

Rasa terpesona mereka langsung lenyap seketika. Mata keduanya membulat pada pegawai tadi. "Mahal amat," saut keduanya serempak.

Pegawai itu terlihat memaksakan senyum. "Sebenarnya biaya semuanya hanya 3jt, tapi biaya ganti rugi karena beberapa alat makeup yang patah, serta beberapa riasan wajah lainnya yang hancur, jadi kalian mendapat tambahan biaya 2jt."

"Arum!"

Sang pemilik nama cengengesan. "Abis Arum bosen, salah kalian juga yang ga ngasih ponsel buat dimainin sama Arum pas didandani tadi."

ArumanisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang