Pasangan fenomenal pada masanya itu keluar dari dalam mobil, dengan Alaric yang membawa satu koper hitam dengan ukuran sedang. Senyum tampan milik Alaric terlukis bahagia saat akan kembali bertemu dengan Pitra-Putrinya yang nakalnya tidak ketulungan itu, apa lagi Arum.
Sedangkan Qiana terlihat biasa-biasa saja, bahkan Ibu tiga anak itu malah asik memakan coklat batangnya.
"A' masih ada ga coklatnya?"
"Habis!" kesal Alaric jengah, entah sudah coklat ke berapa yang dihabiskan oleh sang Istri. mulai turun dari bandara hingga sampai ke rumah.
"Beli lagi sana, buat stok aku ngemil."
Al melengos, lebih memilih mengetuk pintu rumah dari pada meladeni Istrinya yang sedang mode rakus coklat.
Tok... Tok... Tok...
"Tuh, kan. Qia ngomong dikacangin!" murka wanita yang semakin cantik itu menempeleng kencang punggung suaminya.
Plakk...
"Sakit Qi!"
Qia melipat tangan di depan dada. "Mangkanya jangan kacangin Qia."
"Iya, ga lagi-lagi sayang," alaric berkata lembut, melingkarkan tangannya ke pinggang sang Istri.
"Jangan peluk-peluk, dosa!" kesal Qia menepis kasar tangan suaminya.
Kepala Al menggeleng, dosa dari mana? Mereka saja sudah sah sejak beberapa tahun yang lalu.
Ibu tiga anak itu berkacak pinggang di depan pintu. Menarik napas panjang. "ABANG... ADE... ARUM! KELUAR KALIAN!"
Brraakk...
Brruukk...
Prraangg...
Derap langkah kaki terdengar ramai dari dalam, tidak lama pintu terbuka menampakkan penampilan ketiganya membuat Alaric dan Qiana menggeleng tidak habis pikir.
Alano dengan wajah bantalnya, khas baru bangun tidur. Sedangkan Alain hanya menggenakan handuk sepinggang dengan rambut yang masih berbusa sampo.
Juga Arum yang sudah rapih dengan penampilan imutnya, hanya saja wajahnya kini cemberut, tangan gadis itu memegang panci dan centong sayur, mungkin ingin memasak.
"Gara-gara suara Mama, Arum sampe lupa mau masak apa!"
Qiana mendelik tidak terima pada perkataan Putrinya, yang secara tidak langsung remaja tanggung itu mengatakan kalau suaranya jelek.
Sedangkan Alaric terkekeh, sikap Putrinya itu jiplakan asli dari Qiana sendiri. "Sini, Papa peluk dulu."
Arum memberikan panci serta centong sayur pada sang Ibu, langsung berhambur memeluk tubuh tegap Ayahnya. "Kangen Papa, pake banget."
"Dasar bocah bandel," qiana mendengus, memukul bokong Putrinya dengan centong sayur lalu melenggang pergi dari sana.
Bibir Arum mengerucut, mengelus-elus bokongnya pelan. Ibunya itu selalu saja tega terhadap gadis seimut dirinya ini.
Kepala Al menggeleng tidak habis pikir melihat kelakuan Istri dan Putrinya, mata tajamnya beralih menatap Alano dan Alain. "Kalian mandi dulu gih, terus langsung ke sini lagi."
"Siap Pah!" jawab keduanya kompak.
Alain langsung ngacir dengan memegang handuknya kencang, kalo jatuh kan bisa berabe. Bisa ke mana-mana aset berharganya.
Lain halnya dengan Alano yang berjalan lunglai, sesekali pemuda itu menguap lebar dan mengucek matanya pelan. Akibat begadang bersama kedua Adiknya tadi malam, matanya jadi sulit terbuka sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arumanis
Novela Juvenil[Sebagian chapter di privat, follow untuk membacanya] [ Sequel dari ' Suami Kampret!' ] Ini tentang Arum, Putri Bungsu dari sepasang Suami Istri bernama Alaric dan Qiana. Arum yang cantik, polos dan naif membuat sebagian laki-laki terjerat pesona se...