28. Arumanis

7.3K 635 204
                                    

Arum memasuki area sekolah dengan senyum cerianya, membuat semua orang yang juga berpapasan dengan Arum ikut tersenyum lantaran gemas melihat bagaimana imutnya penampilan Arum pagi ini.

Kedua rambut yang di kunci dua disisi kanan dan kiri, juga poni yang menutupi dahi.

"Selamat pagi, Sita."

"Pagi Arum," Jawab Sita tersenyum.

Arum langsung duduk di samping Sita, melepas tas gendongnya. Berniat memainkan ponsel, namun diurungkan karena Sita melarangnya.

"Kenapa dilarang?"
"Arum kan mau telpon Pak Barra," Bibirnya mengerucut.

"Itu, ada Kak Sakya," Tunjuknya pada Sakya yang sedang berjalan ke arah bangku yang mereka tempati.

Arum ikut menoleh. "Kak Sakya bawa apa tuh?"

"Kayaknya kotak bekel deh," Tebak Sita.

"Wah... Pasti buat Sita nih."

"Ko buat aku si?"

"Ya kan soalnya kalo Arum udah sarapan masakannya Mama tadi."

"Tapi bukan aku juga Arum," Sita menggelengkan kepalanya gemas.

"Hi, Arum... Sita."

"Hi Kak," Jawab Arum juga Sita dengan kompak.

Sakya menyodorkan kotak bekal makanannya. "Buat kamu."

Arum menerimanya, menatap serius ke arah Kakak kelasnya. "Cuma buat Arum, buat Sita nya mana?"

"Hehe, lupa," Balas Sakya mati kutu.
"Besok aku bawain juga, janji."

Kepala Arum langsung mengangguk-angguk. "Kak Sakya ini masih pagi lho."

"Huh? Gimana?"

"Ini masih pagi, gedung kita kan beda. Jaraknya juga lumayan, bentar lagi masuk. Kenapa Kakak malah duduk?"

Lagi-lagi Sakya dibuat tidak bisa berkata apa-apa. "Kalo gitu aku balik ke kelas dulu ya."

"Iya Kak, makasih juga buat ininy," Arum mengangkat kotaknya.

Sakya tersenyum lebar saat merasa usahanya tidak sia-sia. "Sama-sama, jangan lupa dihabisin, itu buatan Ibu."

Arum mengacungkan jempolnya semangat. "Udah sana balik."

"Iya, iya," Jawab Sakya langsung berjalan keluar.

"Nih, buat Sita."

"Ga mau ah, kan itu punya kamu."

Arum membuka kotak bekalnya, yang ternyata berisi roti dengan isi sayur dan juga daging. "Buat Sita aja, Arum ga suka."

"Ga mau."

"Nanti mubajir."

"Ya udah sini," Pasrah Sita, mulai memakan roti isinya. Ternyata rasanya enak.

*

"Rum, ayo naik!" Teriak Alain menyembulkan kepalanya dari jendela pintu mobil, menatap sebal pada Arum yang malah dengan santai mengantri membeli es tebu. Tidak tau apa kalau ia sedang buru-buru!

"Kakak mau beli es tebu juga?" Arum malah menawari Kakaknya dengan wajah lugu.

"Ga!"
"Udah cepetan!"

Bibir Arum maju ke depan, menerima kembalian dari penjualnya, lalu segera masuk ke dalam.

"Lama banget sih!"

"Salah sendiri, ditungguin ga nongol-ongol, Arum jadi beli es tebu dulu," Balas Arum tidak mau disalahkan.

Alain mengendarai mobilnya cukup kencang, melirik tajam pada Arum. "Kamu mana tau kalo Kakak buru-buru."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArumanisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang