"ABANG! KAKAK!" teriak Arum. Melambaikan tangannya ke arah kedua Kakak kembarnya yang kelihatan sedang nongkrong bersama teman-temannya di kantin kampus.
Semua mahasiswa yang berlalu lalang di koridor kampus berhenti dari kegiatan masing-masing, menatap ke sumber teriakan yang berasal dari gadis yang masih berseragam batik mega mendung dengan bawahan rok berwana putih, khas tingkat sekolah SMP.
Arum yang memang tebal muka tidak menghiraukan itu, ia malah berlari menghampiri gerombolan di mana kedua Kakak nya berada.
"Kamu kenapa ke sini Dek?" tanya Alano kaget.
"Iya nih, seharusnya jam segini kan waktunya jam istirahat," tambah Alain curiga. Jangan-jangan Arum kembali membolos.
"Kalian tuh suujon mulu sama Arum." arum mencebik bibirnya kesal. Mendudukkan bokongnya pada kursi yang masih kosong.
"Ini minum punya siapa?""Jangan ambil, ini punya Kakak," serobot Alain langsung mengamankan gelas minumnya.
"Kakak mah sama Adik sendiri aja pelit." sungut Arum kesal. Matanya beralih ke arah Abangnya.
"Minum punya Abang mana?""Abis," alano menunjuk gelasnya. Hanya ada sisa berapa bulatan es batu di dalamnya.
"Yahh..." bahu Arum lemas seketika. Kedua Kakak kembarnya itu pelit sekali, ia bisa saja membeli minuman yang baru, hanya saja uang jajannya mau ia tabung untuk membeli pabrik permen kaki.
"Minum punya gue aja," aji meletakkan gelasnya di hadapan Arum, tersenyum tipis ke arah gadis yang ternyata adalah Adik perempuan dari kedua sahabat kembarnya.
"Beneran ga papah nih, Kak?" arum kembali tersenyum ceria.
"Iya, lagian itu belum gue minum ko."
"Makasih ya," arum langsung menyeruput minumannya dengan rakus.
"Oh iya, Arum kan belum kenalan sama kalian. Kalian mau ga kenalan sama Arum?""Panggil aja gue Bimo."
"Kalo gue Damar."
"Gue Aji."
Arum tersenyum manis, bersalaman dengan ketiganya. "Arum. Anaknya Papa Alaric sama Mama Qiana."
Ketiganya mengangguk seraya tertawa gemas, kelihatannya gadis kecil yang sekarang berada di dekat mereka ini sangat mudah berbaur dan cepat akrab.
"Arum kamu belum jawab pertanyaan Abang, kenapa kamu ada di sini. Bolos lagi?"
"Jadi gini Bang, sekolah Arum di pulangin cepat hari ini. Jadi Arum ke sini aja, dari pada di rumah sendiri."
"Kan ada Papa sama Mama," bantah Alain protes. Bukanya ia tidak suka Adik perempuannya ke sini, hanya saja melihat tatapan genit semua mahasiswa yang dilayangkan untuk Arum, membuat hatinya sedikit tidak rela.
"Coba deh buka WA."
"Ga ada paket data," saut Alano jujur.
"Miskin amat Bang," sindir Arum dengan raut wajah polosnya.
Alano mengumpat pelan ketika semua sahabatnya tersenyum mengejek ke arahnya. Mulut tajam Arum itu diturunkan langsung oleh sang Ibu, Qiana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumanis
Teen Fiction[Sebagian chapter di privat, follow untuk membacanya] [ Sequel dari ' Suami Kampret!' ] Ini tentang Arum, Putri Bungsu dari sepasang Suami Istri bernama Alaric dan Qiana. Arum yang cantik, polos dan naif membuat sebagian laki-laki terjerat pesona se...