Perkataan Arum persoalan nikah muda membuat Qiana nampak sebal. "Punya nyali berapa kamu sampe berani nanya gitu ke Mama?!" qiana berkacak pinggang.
Arum langsung bungkam. Kalau ia masih menjawab yang ada telinganya yang akan menjadi korban kesadisan sang Ibu
"Hi gaes!!"
Mata bulat Ibu tiga anak itu kini berganti menatap sengit Putranya yang datang dengan satu kantong kresek besar. "Ulangi!"
"Huh, apa Mah?"
"Kamu keluar, terus masuk lagi. Sambil bilang salam, jangan Hai gaes... Hai gaes..." omelnya bertambah kesal.
Alain langsung memutar kembali badannya, berjalan terburu-buru ke pintu keluar. Perasaan waktu ia berangkat untuk membeli martabak, Ibunya masih adem ayem, terus kenapa sekarang meledak-ledak.
Siapa yang udah membangunkan sisi ganas sang Ibu malam-malam begini?
"Assalamualaikum ukhty... Akhi..."
"Ulangi!!"
"Yahh Mah, cape tau..." rengek nya dengan wajah tertekuk masam.
"Pokoknya ulangi, yang bener... Kamu ini udah Mama bilang kalo ngucap salam jangan dijadiin mainan!"
Dengan bahu lemas, dan langkah kaki terseret-seret, Alain kembali menuju pintu keluar.
"Assalamualaikum, Ain pulang!" teriaknya dengan semangat yang dibuat-buat.
Tega sekali Ibunya itu, menyuruhnya mengulang adegan sampai tiga kali.
Dikira ia lagi syuting sinetron apa.
"Walaikumsalam. Nah, gini kan enak di dengernya."
Alaric menggelengkan kepalanya dengan senyum geli, memang hanya Qiana lah yang bisa membuat Alain si pemberontak langsung menurut.
Sedangkan Arum memandang kejadian itu dengan bingung, mulut yang masih terisi nasi yang belum ia telan.
"Iya Mah, maaf..." alain meletakkan kantong kresek hitam di atas meja, mengeluarkan beberapa martabak yang dibungkus dengan kertas minyak.
"Makan nasinya udah ya Mah, Arum mau makan martabak aja." semangat Arum berniat mencomot satu bungkus martabak yang masih belum dibuka.
Tangan Qiana langsung memukul pelan punggung tangan Arum. "Abisin nasinya dulu, baru makan martabak."
Bibir Arum maju ke depan, menatap Ayahnya dengan tampang memelas, "Papa belain Arum dong..."
"Sorry princess. Papa juga takut sama Mamamu."
*
Pagi ini ketiga saudara itu sudah rapih dengan pakaiannya masing-masing. Arum dengan seragam putih-birunya serta Alain dan juga Alano dengan pakaian santai mereka untuk berangkat ke kampus.
"Rum..." panggil Alano dengan suara rendahnya.
Semua orang yang ada dimeja makan langsung menatap ke arah pemuda kalem itu dengan pandangan penasaran. Tidak terkecuali Arum yang juga memasang wajah kepo luar biasa.
"Apa Bang?"
Alano mengelap bibirnya dengan tisu yang tersedia di tengah meja makan, pandangannya langsung menajam pada Arum. "Tadi ada cowok-"
"Hubungannya sama Arum apa Bang? Abang mah kalo pagi otaknya susah sinyal, bikin kesel aja." serobot Arum cepat dengan ke soktauannya.
"Dengerin Abang dulu Rum..." alano melayangkan ultimatumnya.
Arum menyengir, kembali memasukkan bubur yang dibuat khusus oleh sang ibu karena ia masih dalam masa pemulihan, entahlah... Ia nurut saja, dari pada terkena ceramahhan Ibunya pagi-pagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arumanis
Подростковая литература[Sebagian chapter di privat, follow untuk membacanya] [ Sequel dari ' Suami Kampret!' ] Ini tentang Arum, Putri Bungsu dari sepasang Suami Istri bernama Alaric dan Qiana. Arum yang cantik, polos dan naif membuat sebagian laki-laki terjerat pesona se...