Hanafi kenal dengan Revan lebih-lebih dari gue.
Kok gitu?
Ya karena mereka sekelas, saudara-saudara. Hanafi ketua kelas IPA 5, yang nggak lain dan nggak bukan adalah kelas Prima, kelas Revan. Kalau lagi upacara, dapat dipastikan dia berdiri di barisan paling depan yang artinya mereka sampingan---mengingat si Mesum itu hobi baris di muka barisan. Dia pasti tahu banget kalau Revan anak basket dan pernah ada 'something' sama gue.
Dan itu bikin gue panik.
Kira-kira apa yang dia pikirkan tentang gue sekarang? 'Islameyra yang dulu telah menolak Revano kini berbalik menyukainya'?
Duh, merinding bulu roma saudari. Itu nggak benar, ya. Ini kesalahan. Gue nggak suka sama Revan. Nggak bermaksud menggambar si Mesum itu, sumpah! Dunia lagi ngelawak apa gimana, sih? Sejak gue dapat kiriman bunga itu kok kayaknya semua yang gue lakukan itu ujung-ujungnya jadi boomerang buat gue. Salah terus.
Hanafi Sulistya P
Maap, itu gue bikinnya di sekolah. Hehe.
Gue nggak bawa hape.
Mana sini foto lo gue gambarin ....Kan udh
Gue mulai takut kalau Hanafi marah. Balasannya pendek kayak rok banci di perempatan.
Yakin mau yang kemaren?
Gue nggak bisa gambar muka lhoFyi, foto Hanafi kemarin full face. Gue bakal gambar bulatan lonjong berambut doang seandainya dia ngotot maunya foto itu.
Bentar
Hanafi sent a picture
Kali ini fotonya mengenakan baju kelas. Dia duduk di bangkunya sendiri.
Kalo ini?
Setelah gue cari-cari ternyata gue
nggak punya banyak foto anjir wkwkwkwkNapas gue berembus tenang. Mood-nya udah naik. Bagus.
Baik, baiklah. Mari kita mengambar Hanafi.
Pensil kayu di tangan gue mengambil posisi. Siap sedia menggores kertas ulangan harian kimia gue pada lembar yang lain. Bagian pertama yang gue gambar adalah bentuk wajah. Bolak-balik gue lihat foto dan medium gambar, menyelaraskan setiap garis yang gue bentuk agar sesuai dengan model. Setelah gue rasa cukup, gue menggambar rambut. Di bagian ini gue agak kesulitan karena rambut Hanafi modelnya cepak. Tapi gue berusaha semampu gue.
Kemudian gue lanjut ke leher, bahu dan bajunya. Tahu-tahu gambar Hanafi udah selesai.
Namun, bukannya merasa lega, gue malah semakin panik. Gimana enggak? Gambar Hanafi kalah jauh jika dibandingkan dengan gambar orang-jogging-tapi-nggak-jogging. Rambut cepaknya aneh dan gambarnya flat. Gue udah revisi berkali-kali, menghapus sana-sini, tapi sia-sia alias nggak ada pengaruhnya. Kalau gue kekeh, kertas ulangan kimia gue bisa bolong.
Ponsel gue berbunyi. Sebaris chat dari Hanafi masuk.
Hanafi Sulistya P
Udah belom, Mey?
Waduh ....
Iya ini gue foto dulu
Gue segera membuka aplikasi kamera dan mengarahkannya ke kertas. Memotret gambarnya beberapa kali dari berbagai angle. Gue hanya berharap kemampuan fotografi gue lumayan oke untuk bisa menyamarkan keburikan gambar. Atau keajaiban terjadi dan boom! Hanafi amnesia. Dia lupa masalah pergambaran ini dan kami hidup damai dalam ikatan pertemanan sejati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monosodium Glutamate
Teen Fiction[COMPLETED] Semuanya berawal dari bunga mawar imitasi yang gue temuin dalam laci meja di Senin pagi kala itu. Bunga dari cowok yang gue lihat di perpustakaan sekolah. Sebagai cewek semi idealis yang kebanyakan mikir tentu mental gue nggak siap. Ini...