Tiga minggu ini hidup gue terasa sangat anyep. Hening. Hambar. Nggak ada rasanya. Gue kangen adu mulut, marah, kesal dan jengkel dengan Juna. Gue kangen mulutnya yang selalu bikin gue naik darah itu. Aneh banget, ya? Kangen kok sama orang yang ngeselin.
"Eh, eh, boomerang dulu. Ayo bikin boomerang," ajak Kenny seraya menyodorkan ponsel yang menampilkan kamera dalam aplikasi Instagram. Kami baru kembali dari pasar guna membeli makanan dan beberapa hal. Salah satu yang dibeli Kenny adalah gulali warna-warni.
Tahu, nggak, apa yang goblok? Dalam perjalanan ke pasar gue sengaja fokus memperhatikan ruko dan toko di daerah itu. Entah klinik dokter gigi, konter ponsel dan pulsa, toko kelontong, toko sepatu, gerai martabak telur, minimarket, atau toko bangunan. Berharap gue akan beradu pandang dengan Juna lagi. Betapa dungunya.
"Yuk." Gue ambil ponsel Kenny. Postur tubuh gue yang tinggi dan kurus ditambah ketidakpedeannya terhadap tubuhnya sendiri sama dengan gue yang mukanya di depan. Jadi, gue yang bertugas memegang alat.
Kami mulai berpose. Juga melakukan beberapa kali take ulang demi memuaskan hasrat untuk tampil oke dalam story Ig. Diakhiri diskusi singkat perihal video mana yang akan diunggah, acara bikin konten ini pun selesai. Kami sepakat bahwa boomerang yang menampilkan gue tersenyum tipis dengan mata melirik ke kanan dan ke kiri serta Kenny yang bergerak menutup mulutnya dengan gulalilah yang akan di-post.
"Tag gue."
"Oke."
Awalnya gue nggak peduli lagi, kembali sibuk dengan ponsel gue sendiri. Tapi beberapa menit setelahnya Kenny berujar, "Sg-nya dikomen Juna."
Kontan aja kalimat itu bikin kepala gue menoleh kilat. Mati-matian gue tahan bibir gue buat nggak menyeringai.
"Dia bilang apa?"
Kenny nyengir. "Katanya lo gila."
Cengiran itu menular ke gue. Woy, tolong, sih, dibilang gila aja hati gue berbunga-bunga.
"Em~" Gue pura-pura asik melihat story WhatApps. Padahal next terus.
"Gue harus balas apa?"
"Ya terserah elo. 'Kan yang di dm elo."
Perkataan gue yang terkesan nggak terlalu menaruh minat membuat Kenny diam. Gue lirik sekilas. Kenny tengah mengetik balasan.
"Lo balas apa jadinya?"
"Gue bilang: kalo berani follow wkwk. Gitu."
Bunga-bunga dalam hati gue auto membusuk. Gue melotot. Anjrit! Bisa-bisanya lo bilang gitu, Keeeeeeeeen! 'Kan kesannya kayak gue yang minta dia nge-follooooooooooow! Kurang---
art.junasena mulai mengikuti Anda
HOH! Demi apa dia beneran follow gue? Demi apa? Demi apaaa?! Gue nggak sanggup buat nggak tersenyum lebar. Seolah di-rewind, kembang-kembang busuk di hati gue tadi berubah segar kembali. Bahkan lebih berseri-seri dibanding sebelumnya. Ah, dada sebelah kiri gue menghangat. Tanpa babibubebo gue tekan tulisan ikuti balik yang berwarna biru.
Aaaw, sekarang kita se-follow-aaaaan!
Eh? Tunggu-tunggu-tunggu, feeds gue apa kabar, ya? Alay banget nggak, sih? Aduuuuuuuuuuh, hapus-hapus-hapus!
"Udah follow?"
Gue menoleh. "Udah. Ehehehe."
art.junasena: Woy gila
Dor! Jantung gue tiba-tiba meledak saking kagetnya.
Elo yang gila
KAMU SEDANG MEMBACA
Monosodium Glutamate
Teen Fiction[COMPLETED] Semuanya berawal dari bunga mawar imitasi yang gue temuin dalam laci meja di Senin pagi kala itu. Bunga dari cowok yang gue lihat di perpustakaan sekolah. Sebagai cewek semi idealis yang kebanyakan mikir tentu mental gue nggak siap. Ini...