Zulfi & Zulfa 2

951 92 13
                                    

Secepat ini kau menjadi calon imamku?

- Indana Zulfa Nugraha

°

°

"Kamu yakin mas, secepat ini?"

Selesai dengan tidur siangnya, lelaki tampan beralis tebal itu tidak sengaja mendengar penyataan dari orang tuanya saat hendak mengambil segelas air untuk kerongkongan keringnya.

Mengambil floridina orange juice sebagai menu favorit untuk diminumnya. Ditenggaknya minuman itu oleh jakun menonjol menggoda hingga menampilkan gerakan turun naik.

"Zulfi sudah dewasa, aku yakin ini keputusan yang terbaik"

Mendengar namanya disebut-sebut tadi, membuat Zulfi menggugurkan niatnya untuk tidak menguping. Tapi kenyataan membuatnya ingin sekali mendegar.

Melangkah menghampiri untuk bisa mendengar jelas ia lakukan.

"Lamaran akan di laksanakan malam ini bun"

Nyonya purnama itu terlihat tampak terkejut, suaminya baru saja mengatakan lamaran? Yang benar saja.

"Lamaran? Lamaran siapa?" Zulfi kelewat kepo, ia putuskan untuk bertanya langsung seperti sekarang.

Bundanya terlihat lebih terkejutnya dari pada tadi saat setelah melihatnya.

Minuman Floridina favorite nya kini ia letakkan di atas meja, mendudukkan bokongnya secara sukarela pada big sofa.

Orang tuanya tampak lebih tegang dari pada sebelumnya, bundanya yang seakan bungkam hingga ayahnya yang kembali Menormalkan ekspresi terkejutnya menjadi datar.

Desahan panjang terdengar, ayahnya kini mengangkat kepalanya hingga terlihat jelas menghadap Zulfi serius.

Zulfi tau keadaan sekarang sangat serius, mau tidak mau ia harus mendengarkan dengan jelas.

"Kamu masih ingat? Teman kamu yang namanya Zulfa?" kata Dika, ayah Zulfi.

Zulfi mengingat kembali memori masa lalunya, dimana hanya Zulfa yang mengganggunya ditengah sikap dingin menguasai Zulfi.

"Mau denger ayah cerita gak?" begitu anggukan penasaran mulai dirasa, Dika kini bercerita tentang masa lalunya.

"Ayah Zulfa adalah teman baik ayah, kita berteman layaknya persaudaraan. Hingga dimana dia menikah dengan pilihannya, beberapa tahun dari itu ayah baru menyusulnya menikah. Kita tidak pernah melupakan kebersamaan susah senang bersama kita dulu. Bahkan istri dia sama bunda kamu kebetulan hamil gak jauh bulan"

Tampak asik Zulfi mendengarkan hingga menampilkan senyum geli dari sang bunda.

"Konyol memang, saat usia kandungan bunda sembilan bulan dan Bela ibunya Zulfa 7 bulan. Kita berencana bahkan berjanji menjodohkan kalian saat usia kalian 17 tahun."

Cerita yang amat menarik itu, seakan malas untuk didengarkan Zulfi sekarang.

"Bulan depan kamu sweet seventeen, jadi perencanaan lamaran itu malam ini."

Melihat perubahan di wajah anaknya, Dika kembali berucap. "Zulfi dengerin ayah, ayah melakukan ini secara mendadak karna memang hanya ini waktu dan kesempatan buat bicarain lamaran Kamu sama keluarga Zulfa. Kita selalu sibuk sama urusan masing-masing. Dimana saat ayah libur pasti orang tua Zulfa sibuk, begitupun sebaliknya." berjaga-jaga untuk Dika jika Zulfa akan menanyakan kenapa acaranya bisa mendadak.

The Cupu Boy (PEMBARUAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang